1 dari 10 Alami Depresi, Ini Cara Prioritaskan Kesehatan Mental Orangtua

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, menjadi orangtua baru adalah sebuah babak kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan dan cinta. Namun, di balik semua sukacita tersebut, periode ini juga bisa menjadi masa yang menantang, diwarnai oleh stres, kecemasan, dan gejolak emosional yang signifikan.

Perubahan besar yang menyertai kehamilan, persalinan, dan merawat bayi baru lahir dapat memengaruhi kesehatan mental siapa pun. Oleh karena itu, memprioritaskan kesehatan mental orang tua baru menjadi sangat krusial, tidak hanya untuk kesejahteraan pribadi tetapi juga untuk seluruh anggota keluarga.

Memahami tantangan, mengenali tanda-tanda, serta menerapkan strategi yang tepat adalah kunci untuk menjaga stabilitas emosi dan mental. Dilansir dari berbagai sumber, kita akan membahas secara komprehensif bagaimana orang tua baru dapat menjaga kesehatan mental mereka di tengah dinamika kehidupan yang baru.

Periode perinatal adalah waktu krusial yang mencakup masa kehamilan hingga 18-24 bulan setelah melahirkan. Selama periode ini, kesehatan mental ibu menjadi perhatian utama, namun kesehatan mental ayah juga tidak kalah pentingnya. Banyak orangtua baru menghadapi kondisi yang mengkhawatirkan.

Studi menunjukkan bahwa sekitar 500.000 wanita hamil di AS mengalami kondisi kesehatan mental sebelum atau selama kehamilan setiap tahun, dengan 75% di antaranya tidak menerima pengobatan yang dibutuhkan. Selain itu, pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan dapat meningkatkan risiko depresi prenatal, terutama pada wanita berpenghasilan rendah.

Bukan hanya ibu, 1 dari 10 ayah juga mengalami depresi pascapersalinan. "Trimester keempat" setelah melahirkan seringkali menjadi ujian berat, mulai dari tantangan menyusui, pemulihan pascapersalinan, hingga munculnya kondisi seperti depresi pascapersalinan, kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), atau bahkan psikosis.

Kesehatan mental orangtua memiliki implikasi luas bagi perkembangan emosional, kognitif, dan sosial anak. Depresi pada orangtua, misalnya, telah dikaitkan dengan perilaku negatif pada anak-anak mereka sejak bayi hingga masa kanak-kanak awal, menunjukkan bahwa kesejahteraan mental orang tua adalah fondasi bagi keluarga yang sehat.

Mengenali tanda dan gejala masalah kesehatan mental adalah langkah pertama untuk mendapatkan bantuan. Depresi Pascapersalinan (PPD) adalah kondisi umum yang ditandai dengan perasaan sedih, cemas, atau kewalahan yang intens, atau bahkan merasa tidak mencintai bayi. Jika perasaan ini berlangsung lebih dari dua minggu selama atau setelah kehamilan, ada kemungkinan Anda mengalami PPD.

Gejala PPD lebih parah dan bertahan lebih lama dibandingkan "baby blues" yang biasanya mereda dalam beberapa hari atau minggu. Gejala PPD meliputi perasaan sedih atau marah tanpa peringatan, kesulitan fokus, merasa "robotik" atau hanya menjalani rutinitas, kecemasan intens di sekitar bayi, rasa bersalah, serta mudah tersinggung atau marah yang ekstrem.

Tidak hanya ibu, Depresi Paternal Pascapersalinan (PPND) juga memengaruhi ayah baru. Meskipun gejalanya serupa dengan PPD pada ibu, PPND pada pria cenderung bermanifestasi sebagai kemarahan, iritabilitas, dan perasaan terputus dari keluarga. Sekitar 10% ayah baru mengalami kondisi ini, dan penting bagi mereka untuk mencari dukungan.

Selain depresi, banyak wanita juga mengalami kecemasan pascapersalinan. Kecemasan ini terjadi ketika seseorang mengalami kekhawatiran berlebihan yang sulit dikendalikan, hingga mengganggu aktivitas normal mereka. Memahami perbedaan antara kekhawatiran normal dan kecemasan yang memerlukan perhatian medis adalah kunci untuk penanganan yang tepat.

Memprioritaskan kesehatan mental orang tua baru memerlukan pendekatan proaktif. Salah satu strategi utama adalah perawatan diri. Luangkan waktu untuk melakukan aktivitas yang memberi Anda nutrisi, seperti meditasi, menulis jurnal, menghabiskan waktu di alam, atau terlibat dalam kegiatan kreatif. Ingatlah, perawatan diri bukanlah tindakan egois, melainkan esensial untuk menjaga keseimbangan emosional Anda.

Selain itu, tidur yang cukup adalah faktor krusial yang sering terabaikan oleh orang tua baru. Meskipun sulit, tidur yang memadai memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan mental setelah melahirkan. Studi menunjukkan bahwa insomnia dan kurang tidur secara signifikan meningkatkan risiko depresi pascapersalinan, kecemasan, OCD, dan masalah kemarahan.

Membangun jaringan dukungan yang kuat juga sangat membantu. Jangkau keluarga dan teman, atau bergabunglah dengan kelompok dukungan orang tua baru. Berbicara dengan orang lain yang memahami perjuangan Anda dapat memberikan validasi dan dukungan emosional. Bagi orang tua non-melahirkan, mencari jaringan dukungan sesama orang tua juga penting, bahkan bisa dimulai sebelum bayi lahir.

Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan. Terapis atau konselor dapat memberikan panduan dan dukungan yang berharga. Bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan jika Anda memiliki kekhawatiran tentang kesehatan mental Anda selama atau setelah kehamilan. Ada berbagai pilihan pengobatan, termasuk terapi dan obat-obatan, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan Anda.

Mengelola harapan juga penting. Media sosial dan ekspektasi masyarakat seringkali menciptakan gambaran orang tua yang sempurna, yang tidak realistis. Tekanan untuk memenuhi standar ini dapat menyebabkan kecemasan dan perasaan tidak mampu. Terakhir, meningkatkan pengetahuan tentang bayi dan berbicara tentang perasaan dapat sangat membantu, terutama bagi ayah baru yang mungkin merasa tidak yakin bagaimana menafsirkan isyarat bayi atau mengekspresikan emosi mereka.

Meskipun sumber daya yang disebutkan dalam konteks ini berfokus pada Amerika Serikat, prinsip-prinsip dukungan kesehatan mental bersifat universal. Banyak negara memiliki layanan hotline kesehatan mental nasional yang menyediakan dukungan emosional gratis dan rahasia 24/7. Layanan ini dirancang khusus untuk individu hamil dan pascapersalinan yang mengalami masalah kesehatan mental, seringkali dengan dukungan multibahasa.

Selain itu, terdapat berbagai organisasi dukungan yang berfokus pada kesehatan mental ibu dan ayah. Organisasi semacam ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, pencegahan, dan pengobatan masalah kesehatan mental perinatal. Mereka biasanya menyediakan direktori penyedia layanan, saluran bantuan, dan kelompok dukungan online untuk menghubungkan orang tua dengan sumber daya lokal dan komunitas yang relevan.

Di era digital, sumber daya online juga menjadi sangat mudah diakses. Banyak aplikasi dan platform kesehatan mental menawarkan dukungan emosional dan kesejahteraan 24/7, terapi online, serta panduan berbasis bukti untuk orang tua baru. Platform ini dapat membantu orang tua menemukan doula virtual, dukungan laktasi, atau terhubung dengan komunitas yang memahami perjalanan mereka.

Untuk membantu orang tua menilai kesehatan mental mereka sendiri, tersedia berbagai alat skrining. Contohnya adalah Edinburgh Postnatal Depression Scale, yang memungkinkan individu untuk mengevaluasi diri melalui serangkaian pertanyaan. Alat-alat ini dapat menjadi langkah awal yang baik untuk menentukan apakah Anda perlu mencari bantuan profesional lebih lanjut.

Kesehatan mental orang tua baru bukan hanya masalah individu, melainkan juga isu sistemik yang memerlukan perhatian kebijakan. Di banyak negara, terdapat krisis kesehatan mental ibu dan bayi yang secara tidak proporsional memengaruhi kelompok masyarakat tertentu. Mengatasi tantangan ini adalah keharusan moral yang juga menyelamatkan nyawa dan mendukung perkembangan bayi yang sehat dengan manfaat seumur hidup.

Menerapkan kebijakan yang memberikan dukungan ekonomi dapat memberikan orang tua waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan mental mereka. Ini termasuk cuti keluarga dan medis berbayar, hari sakit dan aman berbayar, serta akses terhadap perawatan anak yang terjangkau dan mudah dijangkau. Dukungan finansial dapat mengurangi tekanan signifikan yang seringkali memperburuk kondisi mental.

Selain itu, kebijakan seperti skrining universal dan koneksi ke pengobatan yang efektif untuk gangguan kesehatan mental ibu sangatlah penting. Intervensi dini untuk bayi, perluasan layanan kesehatan, diversifikasi tenaga kerja perinatal, dan investasi dalam layanan berbasis komunitas dapat membantu orang tua, bersama dengan bayi mereka, mengakses dukungan yang mereka butuhkan untuk meningkatkan kesehatan mental mereka secara keseluruhan.