Sukses

FimelaMom

5 Ketakutan yang Sering Dialami Orangtua Masa Kini

Fimela.com, Jakarta Ada malam-malam ketika seorang ibu duduk di tepi ranjang, memandangi anaknya yang sedang terlelap, sementara pikirannya melayang jauh. Bukan karena lelah, bukan pula karena kehilangan arah, tetapi karena cinta yang begitu besar sering datang bersama rasa takut: takut gagal, takut kurang, dan takut tidak mampu menjaga dengan sempurna.

Moms, di balik senyum dan rutinitas yang tampak tenang, banyak orangtua masa kini menyimpan kegelisahan yang tidak mudah diungkapkan. Dunia berubah cepat, nilai hidup bergeser, dan cara anak-anak tumbuh pun tak lagi sama. Peran orangtua kini bukan sekadar membesarkan, melainkan juga menuntun jiwa di tengah derasnya perubahan.

1. Ketakutan Kehilangan Kendali di Dunia Digital

Teknologi kini bukan sekadar alat, tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan anak. Dunia digital membuat anak belajar lebih cepat, mengenal lebih luas, dan sekaligus berisiko tersesat lebih dalam. Ketakutan orangtua bukan lagi sekadar tentang kecanduan gawai, tetapi kehilangan peran dalam membentuk cara anak berpikir dan merasakan.

Moms tentu tahu bahwa batas antara rumah dan dunia luar kini semakin tipis. Anak-anak bisa melihat, mendengar, dan terhubung dengan hal-hal yang tidak selalu sesuai dengan usianya. Di titik ini, orangtua sering merasa bimbang, apakah harus melarang demi melindungi atau memberi ruang agar anak belajar mandiri.

Ketakutan ini muncul dari cinta yang ingin melindungi, tetapi juga dari rasa tidak berdaya menghadapi dunia yang berubah begitu cepat. Menjadi orangtua di era digital berarti belajar menyeimbangkan antara kepercayaan dan kendali tanpa kehilangan kedekatan dengan anak.

2. Ketakutan Tidak Menjadi Cukup

Ada satu kalimat yang sering berputar dalam benak banyak orangtua masa kini, “Apakah aku sudah cukup baik?” Rasa ini hadir bukan hanya karena tuntutan ekonomi, tetapi juga tekanan sosial yang membuat banyak Moms merasa tertinggal atau kurang dibanding orang lain.

Di masa ketika media sosial menjadi cermin kehidupan, standar kebahagiaan dan kesuksesan tampak begitu tinggi. Melihat keluarga lain yang tampak sempurna sering kali membuat seseorang merasa gagal, padahal anak tidak menuntut kesempurnaan. Mereka hanya membutuhkan kehadiran yang tulus dan perhatian yang nyata.

Menjadi orangtua yang cukup bukan berarti harus bisa memberikan segalanya, melainkan hadir dengan hati yang hangat dan pikiran yang sadar. Dunia boleh menuntut banyak hal, tetapi anak hanya membutuhkan satu hal sederhana: Moms yang benar-benar hadir.

3. Ketakutan Akan Masa Depan yang Tak Pasti

Masa depan kini tidak lagi bisa diprediksi dengan peta lama. Dunia kerja berubah cepat, nilai sosial bergeser, dan anak-anak tumbuh di tengah ketidakpastian global. Banyak Moms yang diam-diam memikirkan satu hal sederhana namun dalam, “Apakah anakku akan baik-baik saja nanti?”

Rasa takut ini lahir bukan karena pesimisme, melainkan karena cinta yang sadar bahwa dunia luar tidak selalu lembut. Orangtua masa kini berusaha menanamkan nilai yang relevan dengan zaman, seperti ketangguhan, empati, dan fleksibilitas, karena mereka tahu bahwa pengetahuan akademis saja tidak lagi cukup.

Namun di balik semua upaya itu sering muncul perasaan tidak berdaya. Moms ingin menyiapkan masa depan yang aman, tetapi juga tahu bahwa dunia bisa berubah dalam sekejap. Maka satu-satunya cara adalah mendampingi anak dengan ketenangan, bukan ketakutan, serta mengajarkan bahwa yang paling penting bukan memprediksi masa depan, melainkan memiliki kemampuan untuk menghadapi apa pun yang datang.

4. Ketakutan Kehilangan Kedekatan Emosional

Dalam kesibukan dan tumpukan tanggung jawab, waktu sering kali menjadi korban pertama. Banyak Moms bekerja keras untuk memastikan masa depan anak, tetapi tanpa sadar kehilangan momen kecil yang membangun kedekatan hari ini.

Kehilangan koneksi tidak terjadi dalam semalam. Ia tumbuh perlahan dari percakapan yang tertunda, dari pelukan yang tidak sempat diberikan, dan dari hari-hari yang terlalu penuh urusan. Moms mungkin berpikir masih punya banyak waktu, padahal anak tumbuh cepat, dan kedekatan yang hilang tidak mudah dikembalikan.

Ketakutan ini lahir dari cinta yang mendalam, keinginan untuk tetap menjadi tempat pulang bagi anak. Kedekatan tidak tumbuh dari waktu yang banyak, melainkan dari kehadiran yang penuh. Hadir sepenuhnya, meski hanya sebentar, sering kali lebih bermakna daripada sehari penuh yang dihabiskan tanpa perhatian utuh.

5. Ketakutan Kehilangan Diri Sendiri

Dalam peran sebagai orangtua, pelindung, dan pengasuh, banyak Moms tanpa sadar kehilangan ruang untuk dirinya sendiri. Identitas pribadi perlahan larut dalam rutinitas hingga muncul perasaan asing terhadap diri sendiri.

Kelelahan fisik bisa diatasi dengan istirahat, tetapi kehilangan diri membutuhkan keberanian untuk berhenti sejenak dan bertanya, “Apa yang masih membuatku hidup selain menjadi ibu?” Moms yang lupa pada dirinya sendiri sering kali membawa kelelahan emosional yang tidak disadari dan akhirnya memengaruhi cara mereka mencintai.

Menemukan diri kembali bukan bentuk egoisme, melainkan cara untuk mencintai lebih sehat. Anak membutuhkan orangtua yang bahagia dan seimbang. Saat Moms merawat dirinya sendiri, anak belajar bahwa mencintai diri adalah bagian penting dari mencintai kehidupan.

Moms, lima ketakutan ini bukan tanda kelemahan, melainkan bukti betapa besar cinta yang dimiliki setiap orangtua. Di balik rasa cemas terdapat kasih yang ingin melindungi.

Di balik rasa tidak cukup tersimpan tekad untuk terus belajar. Dunia boleh berubah secepat apa pun, tetapi satu hal tetap sama: cinta orangtua selalu menemukan caranya sendiri untuk bertahan.

Mungkin di tengah semua ketakutan itu, kita justru sedang belajar menjadi orangtua yang lebih bijak dan tenang, yang berani mencintai dengan tulus.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading