Sukses

FimelaMom

Dampak Negatif Tontonan Berlebihan bagi Perkembangan Anak

Fimela.com, Jakarta Menonton menjadi salah satu aktivitas favorit anak di era digital. Mulai dari kartun, video edukasi, hingga konten hiburan di YouTube, semua mudah diakses hanya dengan satu sentuhan layar. Anak bisa tertawa, belajar, dan merasa senang seolah dunia di dalam layar adalah tempat terbaik untuknya.

Namun, di balik keseruannya, menonton berlebihan bisa membawa dampak yang tidak disadari. Saat anak menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar, ada bagian penting dari tumbuh kembangnya yang terabaikan.

Sebagai orang tua, memahami dampak negatif tontonan berlebihan adalah langkah pertama untuk membantu anak tumbuh lebih seimbang, secara fisik, mental, dan sosial.

Gangguan pada Perkembangan Otak dan Konsentrasi

Terlalu lama menatap layar bisa menghambat perkembangan otak anak, terutama pada usia dini. Stimulasi visual yang cepat dan berlebihan membuat otak terbiasa menerima rangsangan instan, sehingga anak kesulitan fokus saat menghadapi hal yang lebih lambat, seperti membaca atau mendengarkan penjelasan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang sering menonton lebih dari dua jam per hari cenderung memiliki rentang perhatian yang lebih pendek. Akibatnya, anak mudah bosan, sulit diam, dan tidak sabar menghadapi kegiatan yang memerlukan konsentrasi tinggi.

Risiko Gangguan Tidur

Cahaya biru dari layar gadget bisa mengganggu produksi melatonin, hormon yang membantu tubuh untuk tidur. Akibatnya, anak yang sering menonton sebelum tidur akan sulit terlelap, bahkan mengalami kualitas tidur yang buruk.

Kurang tidur tidak hanya membuat anak mudah rewel dan lelah, tetapi juga memengaruhi perkembangan otak dan sistem imun. Jika kebiasaan ini terus berlanjut, anak bisa tumbuh dengan pola tidur yang tidak sehat sejak kecil.

Menurunnya Aktivitas Fisik

Saat anak lebih memilih duduk menonton berjam-jam, otomatis waktu untuk bergerak berkurang. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan anak mengalami peningkatan berat badan, menurunnya daya tahan tubuh, hingga gangguan postur tubuh.

Padahal, masa kanak-kanak adalah waktu penting untuk melatih motorik dan kekuatan tubuh. Dengan terlalu banyak duduk di depan layar, anak kehilangan kesempatan untuk bermain aktif yang justru mendukung perkembangan fisik dan sosialnya.

Pengaruh terhadap Emosi dan Perilaku

Tidak semua tontonan memiliki pesan positif. Banyak tayangan menampilkan kekerasan, perilaku kasar, atau konten yang tidak sesuai usia anak. Jika sering terpapar hal seperti itu, anak bisa meniru perilaku yang sama tanpa sadar.

Selain itu, tontonan berlebihan bisa membuat anak sulit mengatur emosi. Mereka menjadi mudah marah ketika tontonan dihentikan, atau sedih berlebihan saat tidak diperbolehkan menonton. Lama-kelamaan, anak dapat bergantung pada tontonan untuk menenangkan diri.

Menghambat Interaksi Sosial

Anak yang terlalu asyik menonton cenderung menghabiskan lebih sedikit waktu berinteraksi dengan keluarga atau teman. Hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan sosialnya, seperti kemampuan berkomunikasi, berbagi, dan berempati.

Anak membutuhkan pengalaman nyata, bermain bersama teman, berbicara, atau berimajinasi secara langsung. Tanpa itu, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih tertutup dan kurang percaya diri saat berhadapan dengan lingkungan sosialnya.

Tontonan bukanlah hal yang sepenuhnya buruk — banyak konten yang bisa mendidik dan menghibur anak dengan cara positif. Namun, ketika dilakukan secara berlebihan, dampaknya bisa meluas pada berbagai aspek perkembangan anak.

Kuncinya adalah keseimbangan. Orang tua perlu hadir sebagai pendamping aktif yang membantu anak memilih tontonan yang sesuai usia, menetapkan waktu menonton yang wajar, dan memberi alternatif kegiatan lain di luar layar.

Dengan cara itu, anak tidak hanya tumbuh cerdas secara digital, tapi juga sehat, ceria, dan berempati di dunia nyata.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading