Sukses

FimelaMom

Stres Kronis Pengaruhi Fertilitas, Pentingnya Mempersiapkan Mental dan Emosional saat Program Kehamilan

ringkasan

  • Emosi negatif seperti stres, kecemasan, dan depresi memiliki dampak signifikan pada kesuburan, keberhasilan perawatan reproduksi berbantuan (ART) seperti IVF, dan hasil kehamilan.
  • Stres kronis dapat mengganggu keseimbangan hormon reproduksi dan menurunkan peluang kehamilan, sementara depresi antenatal meningkatkan risiko komplikasi pada ibu dan bayi.
  • Intervensi psikologis, dukungan sosial, dan perubahan gaya hidup sehat sangat penting untuk mempersiapkan mental dan emosional saat program kehamilan, serta meningkatkan peluang keberhasilan.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, perjalanan menuju kehamilan seringkali penuh tantangan, baik secara fisik maupun emosional. Banyak pasangan yang menjalani program kehamilan mungkin tidak menyadari bahwa kondisi mental dan emosional mereka memegang peranan krusial dalam keberhasilan proses ini. Emosi negatif seperti stres, kecemasan, dan depresi, bukan hanya sekadar perasaan tidak nyaman, melainkan dapat berdampak langsung pada kesuburan dan efektivitas perawatan reproduksi berbantuan (ART) seperti IVF.

Infertilitas itu sendiri merupakan sumber stres yang signifikan, memicu lingkaran setan di mana tekanan emosional memperburuk kondisi fisik. Sebuah studi di Kazakhstan bahkan menunjukkan bahwa lebih dari 80% responden IVF memiliki risiko depresi klinis. Oleh karena itu, memahami dan mempersiapkan mental dan emosional saat program kehamilan menjadi langkah fundamental yang tidak boleh diabaikan demi mencapai impian memiliki buah hati.

Bagaimana sebenarnya emosi negatif ini memengaruhi tubuh dan apa yang bisa Sahabat Fimela lakukan? Artikel ini akan mengupas tuntas dampak emosi negatif pada kesuburan, keberhasilan ART, hingga hasil kehamilan, serta pentingnya intervensi psikologis. Mari kita selami lebih dalam untuk menemukan strategi terbaik dalam mengelola kesehatan mental selama program kehamilan.

Dampak Emosi Negatif pada Kesuburan dan Keberhasilan IVF

Emosi negatif, seperti stres kronis, kecemasan, dan depresi, terbukti memiliki korelasi kuat dengan penurunan kesuburan dan keberhasilan program kehamilan, termasuk pada prosedur IVF. Stres kronis dapat menginduksi sensitisasi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), yang merupakan sistem penting dalam pengaturan hormon tubuh. Gangguan pada aksis HPA ini berpotensi memengaruhi keseimbangan hormon yang diperlukan untuk ovulasi dan kesuburan.

Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan tingkat kecemasan tinggi dua kali lebih mungkin mengalami infertilitas. Bahkan, sebuah studi menemukan bahwa wanita dengan stres psikologis tinggi 29% lebih kecil kemungkinannya untuk hamil secara alami dibandingkan mereka yang memiliki tingkat stres rendah. Selain itu, kecemasan dapat mengubah aliran darah ke organ reproduksi, yang dalam jangka panjang dapat mengganggu fungsinya secara signifikan.

Pada pasien yang menjalani ART seperti IVF, stres juga memberikan efek negatif yang jelas. Tingkat kecemasan yang lebih tinggi secara negatif terkait dengan kehamilan klinis setelah IVF. Peningkatan satu poin pada skala kecemasan tertentu dapat menurunkan risiko kehamilan IVF klinis sebesar 5% hingga 8%. Meskipun ada beberapa penelitian yang menunjukkan hasil beragam, mayoritas data mengindikasikan bahwa mempersiapkan mental dan emosional saat program kehamilan sangat vital untuk meningkatkan peluang keberhasilan.

Mengenali Risiko Depresi Antenatal dan Kecemasan Selama Kehamilan

Dampak emosi negatif tidak berhenti pada tahap konsepsi atau keberhasilan ART, tetapi juga berlanjut hingga masa kehamilan. Depresi antenatal, atau depresi selama kehamilan, merupakan salah satu gangguan suasana hati yang paling umum, dengan prevalensi global antara 15% hingga 65%. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi ibu, tetapi juga memiliki konsekuensi serius bagi bayi yang dikandung.

Depresi antenatal dikaitkan dengan peningkatan risiko berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur. Bayi yang lahir dari ibu depresi memiliki risiko 1,49 kali lebih tinggi untuk berat badan lahir rendah dan 1,40 kali lebih tinggi untuk kelahiran prematur. Selain itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan bayi, masalah emosional, masalah keterikatan, kinerja akademik yang buruk, malnutrisi, gangguan pernapasan, dan risiko lebih tinggi bayi mengalami gangguan kesehatan mental di kemudian hari.

Kecemasan selama kehamilan juga menjadi perhatian serius. Hampir separuh wanita hamil di Pakistan dilaporkan mengalami kecemasan. Namun, kabar baiknya adalah intervensi prenatal dini dan berbiaya rendah dapat secara signifikan mengurangi depresi dan kecemasan pascapersalinan. Wanita yang menerima intervensi memiliki kemungkinan 81% lebih rendah mengalami depresi pascapersalinan atau kecemasan sedang hingga parah, serta penurunan risiko berat badan lahir rendah dan bayi kecil untuk usia kehamilan.

Faktor Pemicu dan Solusi Intervensi Psikologis

Beberapa faktor dapat memperburuk emosi negatif pada individu yang menjalani program kehamilan. Durasi infertilitas yang panjang dan biaya perawatan yang tinggi merupakan pemicu utama kecemasan dan depresi. Selain itu, riwayat keguguran, infertilitas primer, dan kurangnya pengetahuan tentang teknologi reproduksi berbantuan (ART) juga meningkatkan risiko kecemasan. Kurangnya dukungan sosial, terutama dari pasangan, menjadi faktor risiko menonjol untuk depresi antenatal, menunjukkan pentingnya sistem pendukung yang kuat.

Mengingat dampak yang signifikan ini, intervensi psikologis menjadi sangat penting dalam mempersiapkan mental dan emosional saat program kehamilan. Konseling dan dukungan sebaiknya ditawarkan kepada pasangan sejak diagnosis infertilitas dibuat. Terapi kognitif-perilaku (CBT) kelompok, misalnya, dapat menjadi cara yang efisien untuk mengurangi tekanan psikologis dan bahkan meningkatkan tingkat kehamilan.

Selain terapi formal, praktik seperti mindfulness, yoga, dan akupunktur juga dapat meningkatkan kesehatan kesuburan. Perubahan gaya hidup sehat seperti meningkatkan kualitas tidur, mengonsumsi diet bergizi, olahraga teratur, serta membatasi kafein dan alkohol, secara signifikan dapat mengurangi stres dan mendukung kesehatan reproduksi secara keseluruhan. Dengan pendekatan holistik ini, Sahabat Fimela dapat lebih siap secara mental dan emosional menghadapi program kehamilan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading