Sukses

FimelaMom

Belajar Mandiri Sejak Dini, Ini 5 Manfaat Self-Feeding pada Anak

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, salah satu momen penting dalam perkembangan anak yang sering bikin orangtua bimbang adalah saat si kecil mulai makan sendiri atau self-feeding. Meskipun rasanya senang dan bangga karena mereka mulai belajar mandiri, namun tak jarang orangtua juga khawatir melihat makanan berjatuhan ke mana-mana. Mulai dari tangan dan wajah yang belepotan penuh saus, hingga lantai maupun area makan yang berubah jadi “medan tempur”.  

Meski begitu, justru dari kekacauan kecil inilah banyak hal baik bermula. Bukan hanya soal membuat anak kenyang tanpa kita suapi, self-feeding merupakan proses belajar yang bisa membantu anak mengasah banyak hal sekaligus—mulai dari motorik, kepekaan sensorik, hingga rasa percaya diri. 

Oleh karena itu, yuk, kenali lima manfaat penting di balik kebiasaan makan sendiri—dilansir dari candokiddo.com berikut ini.

1. Melatih Kemampuan Meraih dan Menggenggam

Self-feeding merupakan salah satu cara awal yang aman bagi anak untuk melatih koordinasi tangan dan jari mereka. Saat mereka mencoba mengambil makanan kecil, mereka mengembangkan kemampuan motorik halus, termasuk pincer grasp (kemampuan menjepit makanan dengan ibu jari dan telunjuk).

Banyak orangtua berpikir anak harus sudah bisa menjepit makanan dulu sebelum boleh makan sendiri. Padahal, kemampuan itu justru tumbuh lewat proses makan sendiri. Jadi, tak perlu menunggu anak ‘siap’ secara sempurna—melainkan beri mereka kesempatan untuk belajar sambil praktik langsung.

2. Mengasah Koordinasi Mata dan Tangan

Self-feeding bukan hanya soal makan, tapi juga latihan visual dan motorik yang menyatu. Anak belajar menyendok makanan, menusuk potongan sayur dengan garpu, dan mengarahkan makanan ke mulut tanpa tumpah—semua ini memperkuat koordinasi mata dan tangan atau visual motor skills.

Karena makanan adalah motivasi alami yang menyenangkan, anak pun cenderung lebih gigih dan mau berusaha menghadapi tantangan gerakan motorik ini. Selain itu, aktivitas ini juga bisa melatih fokus, kontrol gerakan, serta kesabaran anak sejak dini.

3. Menstimulasi Perkembangan Sensorik

Berantakan saat makan bukanlah hal buruk, melainkan merupakan bagian penting dari eksplorasi sensorik anak. Ketika tangan dan wajah mereka terkena tekstur makanan yang lengket, licin, dingin, atau hangat, bayi belajar bahwa sensasi-sensasi ini tidaklah menakutkan.

Pengalaman ini membantu mereka membentuk ambang toleransi sensorik—belajar mana yang terasa nyaman dan mana yang terlalu banyak atau terlalu sedikit. Selain itu, self-feeding juga membantu bayi mengembangkan indra proprioseptif, yaitu kemampuan merasakan posisi tubuh dan bagian tubuh tanpa perlu melihatnya. 

Misalnya, saat mereka belajar menyuap mulut mereka sendiri, walau sering meleset di awal, hal ini melatih kesadaran tubuh yang penting untuk aktivitas sehari-hari nantinya.

Self-feeding memberi anak kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam waktu makan. Bukan hanya soal “biar tidak disuapi terus,” tapi juga memberi mereka otonomi—merasa bahwa mereka punya peran dan pilihan.

Anak yang mulai terbiasa makan sendiri akan sering menolak saat ditawarkan untuk disuapi. Bukan karena mereka rewel, tapi karena mereka sedang berkata, "Aku mau coba sendiri." Ini adalah tanda kemandirian mulai tumbuh.

Lebih jauh lagi, makan sendiri juga membantu bayi belajar mengenali rasa lapar dan kenyang. Mereka belajar untuk berhenti makan saat merasa cukup—kemampuan yang sangat penting untuk membentuk kebiasaan makan sehat di masa depan.

5. Mengembangkan Fungsi Mulut dan Keterampilan Minum

Banyak orangtua baru mengenalkan gelas atau sedotan saat anak sudah memasuki usia toddler. Padahal, bayi di bawah usia satu tahun sebenarnya sudah bisa belajar minum dari gelas terbuka dan sedotan kecil. 

Minum dari gelas terbuka bisa melatih lebih banyak kemampuan dibanding sedotan atau sippy cup. Ini mencakup kestabilan rahang, kontrol leher untuk meneguk, koordinasi dua tangan, dan kemampuan mengenali posisi tubuh saat memiringkan gelas. Semuanya berkontribusi besar pada perkembangan oral motorik dan kontrol tubuh bayi. 

Terkait sippy cup, para ahli seperti American Speech-Language-Hearing Association menyarankan agar penggunaannya dibatasi. Meski tak masalah jika dipakai sesekali, lebih baik bayi diajarkan menggunakan gelas terbuka atau sedotan demi perkembangan yang lebih optimal.

 Sahabat Fimela, semoga informasi di atas bermanfaat, ya! Jadi, terus dukung anak dalam belajar mandiri ya, moms. Meski dimulai dari hal kecil seperti makan sendiri, namun percayalah pada setiap prosesnya!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading