Sukses

FimelaMom

5 Alasan Anak Selalu Lapar & Cara Mengatasinya

ringkasan

  • Anak sering lapar karena percepatan pertumbuhan yang membutuhkan banyak energi, pilihan makanan yang kurang mengenyangkan, atau faktor emosional seperti kebosanan.
  • Penting untuk memastikan anak mendapatkan makanan kaya serat, protein, dan lemak sehat, serta terhidrasi dengan baik untuk menghindari salah mengira haus sebagai lapar.
  • Menerapkan jadwal makan dan camilan teratur, serta melibatkan anak dalam perencanaan makanan, dapat membantu membentuk kebiasaan makan yang sehat dan mengatasi kebiasaan mengemil berlebihan.

Fimela.com, Jakarta - Para orang tua seringkali bertanya-tanya mengapa anak-anak mereka seolah tak pernah kenyang. Rasa lapar yang terus-menerus ini bisa membingungkan dan membuat orang tua khawatir akan asupan nutrisi si kecil.

Namun, Sahabat Fimela, ada beberapa faktor umum yang mendasari nafsu makan besar pada anak-anak. Memahami penyebabnya akan membantu Anda dalam memberikan dukungan nutrisi yang tepat.

Dilansir dari berbagai sumber, kita akan mengupas tuntas 5 alasan anak selalu lapar dan langkah-langkah praktis yang bisa Anda lakukan. Mari kita selami lebih dalam untuk menemukan jawabannya.

Percepatan Pertumbuhan (Growth Spurts) yang Intens

Anak-anak mengalami periode pertumbuhan pesat yang membutuhkan lebih banyak energi dan nutrisi. Ini adalah fase alami di mana tubuh mereka berkembang dengan cepat, baik secara fisik maupun kognitif.

Menurut Dahlia Rimmon, MS, RDN, percepatan pertumbuhan utama terjadi antara usia 8-13 tahun pada anak perempuan dan 10-15 tahun pada anak laki-laki. Pada masa ini, mereka membutuhkan “bahan bakar” ekstra untuk mengimbangi laju perkembangan tubuhnya.

Sara Butler dari thejoint.com juga menambahkan bahwa saat anak mengalami percepatan pertumbuhan, mereka membutuhkan lebih banyak kalori, yang membuat mereka sangat lapar hampir sepanjang waktu. Perut kecil mereka juga tidak dapat menahan rasa kenyang lama.

Untuk mengatasi lonjakan nafsu makan ini, Sahabat Fimela bisa menyediakan makanan bergizi dan mengenyangkan:

  • Sediakan pilihan mudah seperti selai kacang, keju, edamame, alpukat, dan biji-bijian utuh.
  • Fokus pada makanan tinggi kalori seperti daging sapi, telur, dan keju untuk energi yang berkelanjutan.

Pilihan Makanan dan Camilan yang Kurang Mengenyangkan

Banyak makanan dan camilan yang populer di kalangan anak-anak, meskipun menyediakan kalori, seringkali tidak memberikan rasa kenyang yang tahan lama. Ini membuat anak cepat merasa lapar kembali setelah mengonsumsinya.

Contohnya adalah kerupuk berbentuk ikan, permen buah, atau granola bar manis yang seringkali tinggi gula dan karbohidrat olahan. Sally Kuzemchak, M.S., R.D. menyebutkan bahwa makanan-makanan ini hanya memberikan kalori tanpa efek mengenyangkan yang berarti.

Makanan yang terbuat dari tepung olahan, seperti roti putih dan kue-kue, juga memiliki efek serupa. Mereka dicerna dengan cepat, menyebabkan kadar gula darah melonjak lalu turun drastis, sehingga anak kembali lapar.

Untuk memastikan anak tetap kenyang lebih lama, pastikan makanan mengandung nutrisi penting:

  • Sajikan makanan yang kaya serat, protein, dan lemak sehat.
  • Contoh camilan mengenyangkan: irisan apel dengan selai kacang, stik sayuran dengan hummus, atau yogurt Yunani dengan granola dan buah beri.
  • Protein dan lemak membantu menjaga energi dan kadar gula darah tetap stabil.

Makan Karena Bosan atau Dorongan Emosional

Terkadang, rasa “lapar” yang diungkapkan anak-anak bukanlah rasa lapar fisik, melainkan respons terhadap emosi atau kebosanan. Mereka mungkin menggunakan makanan sebagai cara untuk mengatasi perasaan yang tidak nyaman atau tidak dapat mereka ekspresikan.

Maryann Jacobsen, MS, RD, menjelaskan bahwa bagi seorang anak, “Saya lapar” bisa berarti “saya bosan, kesal, gugup, atau hanya ingin makan.” Fenomena ini, yang dikenal sebagai makan emosional, tidak hanya terjadi pada orang dewasa.

Sekitar usia prasekolah, anak-anak mulai menggunakan kata 'lapar' untuk mengungkapkan perasaan seperti kesepian atau kesedihan. Mereka mungkin belum memiliki kosa kata yang cukup untuk mengidentifikasi dan mengutarakan emosi kompleks tersebut.

Penting bagi orang tua untuk membantu anak memahami perasaan mereka dan mencari alternatif selain makan:

  • Ajak anak berbicara tentang perasaan mereka saat mereka mengatakan lapar.
  • Tawarkan alternatif sehat seperti berjalan-jalan, bermain game, atau membaca buku.
  • Jika anak cepat melupakan keinginan ngemilnya, kemungkinan besar mereka mencari perhatian atau aktivitas lain.

Salah Mengira Rasa Haus sebagai Lapar

Seringkali, tubuh kita mengirimkan sinyal yang mirip untuk rasa haus dan lapar. Akibatnya, anak-anak mungkin merasa lapar padahal sebenarnya yang mereka butuhkan adalah cairan.

Dehidrasi ringan dapat memicu perasaan lapar yang keliru, menyebabkan anak mencari makanan padahal mereka hanya perlu minum. Ini adalah mekanisme tubuh yang penting untuk dipahami oleh orang tua.

Menjelaskan perbedaan antara rasa haus dan lapar kepada anak-anak dapat membantu mereka belajar mengenali sinyal tubuh mereka dengan lebih baik. Ini juga mengajarkan mereka untuk memprioritaskan hidrasi.

Pastikan anak terhidrasi dengan baik sepanjang hari untuk menghindari kebingungan ini:

  • Sediakan botol air atau cangkir khusus yang mudah dijangkau dan dapat diisi ulang.
  • Jelaskan kepada anak bahwa terkadang rasa haus bisa terasa seperti lapar.
  • Dorong mereka untuk minum air terlebih dahulu sebelum mencari camilan.

Kebiasaan Mengemil Sepanjang Hari (Grazing) dan Rutinitas yang Tidak Teratur

Anak-anak bisa mengembangkan kebiasaan mengemil kapan pun mereka bisa, baik itu saat di mobil, mengerjakan pekerjaan rumah, atau hanya karena melihat makanan. Kebiasaan ini seringkali muncul bukan karena lapar fisik, melainkan karena rutinitas atau akses mudah ke camilan.

Dahlia Rimmon, MS, RDN, menjelaskan bahwa jika anak memiliki akses bebas ke laci camilan atau kulkas tanpa waktu makan yang ditentukan, mereka cenderung mengemil sepanjang hari. Ini bisa mengganggu nafsu makan mereka saat waktu makan utama tiba.

Rutinitas makan dan camilan yang tidak teratur dapat menyebabkan anak terus-menerus mencari makanan. Mereka tidak memiliki ekspektasi yang jelas kapan waktu makan berikutnya, sehingga terus merasa perlu untuk “mengisi ulang.”

Membuat jadwal makan dan camilan yang teratur sangat penting untuk membentuk kebiasaan makan yang sehat:

  • Buat jadwal makan dan camilan yang teratur agar anak tahu apa yang diharapkan.
  • Libatkan anak dalam perencanaan makanan dan camilan agar mereka merasa memiliki kendali.
  • Batasi makan di lokasi tertentu (dapur atau ruang makan) untuk memisahkan makanan dari kebosanan.

Penting untuk diingat, Sahabat Fimela, jika ada perubahan besar dalam nafsu makan anak Anda—baik naik maupun turun—sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan. Akademi Pediatri Amerika (AAP) bahkan merekomendasikan agar dokter anak menyaring semua pasien anak mereka untuk tanda-tanda kerawanan pangan, menunjukkan betapa pentingnya perhatian terhadap pola makan anak.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading