Sukses

Health

Sering Mendengar Namanya, Apa Sih Sebenarnya Varises Vena Itu?

Fimela.com, Jakarta Sekali dua kali, mungkin pernah mendengar istilah varises vena atau di kalangan masyarakat lebih familer disebut sebagai varises saja. Meski begitu, tak banyak yang tahu apa sih sebenarnya varises vena ini sendiri, atau kenapa penyakit ini bisa terjadi. Nah, demi memberikan pemahaman yang tepat, dr. Marolop Pardede, Sp. BTKV (K), MH, dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular OMNI Hospital Cikarang & Pekayon, membeberkan jawabannya. Seperti apa? Yuk simak penjelasan lengkapnya berikut ini!

Pengertian Vena dan Varises Vena

Sebelum membahas varises vena, dr. Marolop terlebih dulu menjelaskan tentang pembuluh darah vena. Menurutnya, vena adalah pembuluh darah yang berfungsi mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung. Vena terdiri dari 3 jenis, yaitu vena superficial (dekat permukaan kulit), vena dalam (letaknya lebih dalam dan berukuran lebih besar) dan vena perforator (vena yang menghubungkan vena dalam dan superficial).

Adapun varises vena dijelaskan oleh dr. Marolop sebagai pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) yang mengalami pelebaran dan berkelok, sering terlihat sebagai pembuluh darah berwarna biru yang jelas terlihat di kulit.

Penyebab Terjadinya Varises Vena

Lebih lanjut, dr. Marolop menjelaskan jika vena pada kedua tungkai dibantu oleh otot betis yang menekan vena dan mendorong darah kembali ke jantung melawan gaya gravitasi. Vena merupakan pembuluh darah yang memiliki katup. Keberadaan katup pada vena berfungsi membantu mengalirkan darah ke jantung dengan mencegah aliran darah yang dipompa dari ekskremitas, mengalir kebawah (mengikuti gaya gravitasi).

Penyebab varises salah satunya adalah reflux vena. Katup vena bisa terjadi malfungsi sehingga terjadi aliran retrograde atau aliran darah bisa menjadi stasis. Faktor risiko terjadinya varises vena adalah riwayat keluarga, jenis kelamin perempuan, usia yang bertambah, kehamilan multiple, obesitas dan riwayat DVT (Deep Vein Thrombosis) sebelumnya.

Gejala Varises Vena

Varises vena sering terjadi pada ekskremitas bawah, biasanya di vena superficial. Menurut dr. Marolop, gejala subjektif yang biasa pasien rasakan adalah nyeri, rasa berat pada ekskremitas, cepat lelah, kram otot, gatal dan kesemutan. Varises vena memiliki tingkat keparahan penyakit yang dibagi menjadi 6 tingkat, yaitu

  • C0 =  varises vena diameter <3 mm, yang tidak terlihat dan tidak teraba.
  • C1 = telangiectasies/spider veins (pelebaran venula intradermal <1 mm), atau reticular vein (pelebaran vena subdermal, ukuran 1-3 mm).
  • C2 = pelebaran pembuluh darah vena lebih dari sama dengan 3 mm.
  • C3 = adanya edema, adanya peningkatan cairan di kulit dan jaringan subkutan.
  • C4 = adanya pigmentasi (perubahan warna kulit menjadi lebih gelap) dan eczema (dermatitis eritematosa).
  • C5 = ulkus vena yang sembuh.
  • C6 = ulkus vena aktif

Cara Memeriksa Varises Vena

Pemeriksaan yang bisa dilakukan pada varises vena adalah pemeriksaan USG Doppler. dr. Marolop menjelaskan jika USG dilakukan untuk menilai vena-vena di ekskremitas bawah seperti inkompetensi katup dan aliran darah yang reflux. Pendekatan terapi pada varises vena terdiri dari 2 jenis, yaitu terapi konservatif atau terapi operasi/endovascular.

Terapi konservatif berupa pemasangan stocking kompresi, elevasi tungkai dan obat-obatan antinyeri. Stocking dipakai saat beraktivitas sehari-hari. Terapi endovascular adalah prosedur terapi yang dilakukan dari dalam pembuluh darah. Terapi endovascular yang bisa dilakukan untuk varises adalah EVLA (Endovenous Laser Ablation), RFA (Radiofrequency Ablation) dan Sealant.

EVLA (Endovenous Laser Ablation) adalah prosedur terapi varises yang menggunakan energi elektromagnetik (dekat dengan cahaya infrared) yang dapat membuat vena tertutup akibat ablasi termal. Tindakan EVLA diawali dengan bius lokal, lalu melakukan penusukan pada vena yang terkena varises dan dimasukkan fiber laser kedalam vena. 

Adapun RFA (Radiofrequency Ablation) merupakan terapi minimal invasive yang menggunakan elektroda untuk mengalirkan energi radiofrekuensi atau energi panas sehingga vena yang tidak sehat dapat tertutup. Sedangkan Sealant merupakan terapi varises minimal invasive yang menggunakan lem untuk merekatkan vena sehingga varises tidak tampak.

Selain teknik endovascular, terdapat juga terapi varises berupa operasi, yaitu vein stripping. Vein stripping adalah tindakan bedah untuk membuang varises dari ekskremitas yang dilakukan dengan anestesi di ruang operasi. Pilihan terapi varises tergantung dari gejala klinis, indikasi dan kontraindikasi di setiap pasien.

Dampak Buruk Varises Vena Jika Tak Dilakukan Terapi

dr. Marolop juga menambahkan varises vena dapat bertambah buruk sesuai tingkatan yang ada jika tidak dilakukan terapi. Salah satunya adalah ulkus vena. Ulkus adalah lesi pada kulit dengan kedalaman melebihi jaringan lemak, bahkan bisa sampai otot ataupun tulang. Komplikasi yang bisa terjadi juga adalah terbentuknya thrombus bahkan ruptur (pecah).

Varises vena yang tidak diterapi dapat semakin membesar sehingga pecah dan terjadi perdarahan. Varises vena juga dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya DVT (Deep Vein Thrombosis). DVT adalah pembentukan thrombus atau plak di pembuluh darah vena bagian dalam, yang dapat menjadi emboli paru (plak terbawa aliran darah sampai paru-paru) sehingga bisa timbul sesak bahkan sampai kematian.

Cara Mencegah Terjadinya Varises Vena

Tak lupa, dr. Marolop juga menjelaskan cara mencegah terjadinya varises vena. Menurutnya, pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak terjadi varises vena adalah hindari duduk atau berdiri terlalu lama, gunakan stoking kompresi, gaya hidup sehat dan olahraga yang rutin.

Itulah beberapa penjelasan lengkap seputar varises vena yang dijelaskan oleh dr. Marolop. Jadi varises adalah kerusakan pembuluh vena yang diakibatkan kerusakan katup (kebocoran), yang dapat menyebabkan berbagai gejala dari yang ringan sampai berat, berupa ulkus (borok) sampai terjadi embolisasi (lepasnya bekuan darah) ke paru yang dapat berakibat fatal. Pemeriksaan sederhana dan tidak sakit dengan USG, penanganan dapat menggunakan berbagai macam metode sampai yang tercanggih.

Apabila mengenali gejala tersebut pada diri atau kerabat terdekat, jangan ragu untuk segera periksa ke dokter yang berkompeten, atau bisa langsung berkonsultasi dengan dr. Marolop Pardede, Sp. BTKV (K), MH, sebagai dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular di OMNI Hospital Cikarang & Pekayon. Untuk informasi lebih lanjut dan daftar konsultasi dapat hubungi nomor: 0813 4623 4698 (Agus).

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading