Sukses

Health

Hentikan Rantai Obesitas untuk Mencegah Sindrom Metabolik

Fimela.com, Jakarta Dalam rangka memperingati Hari Obesitas Sedunia pada 4 Maret lalu, Nutrifood bersama Kementerian Kesehatan dan Badan POM RI memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya menerapkan pola hidup sehat sedini mungkin yang dapat dilakukan dengan membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak serta memahami cara membaca label kemasan sebelum membeli untuk mencegah obesitas. 

Seseorang yang mengalami obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena atau mengalami sindrom metabolik yang merupakan gabungan gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan dan bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner, serangan jantung, diabetes tipe 2, dan stroke, tetapi tidak menular. Kegiatan edukasi ini merupakan bagian dari kampanye Nutrifood dengan Kemenkes dan Badan POM RI terkait pentingnya membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak serta pentingnya membaca label gizi pada kemasan secara cermat yang telah dimulai pada 2013.

“Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, 1 dari 5 anak berusia 5-12 tahun, dan 1 dari 7 remaja berusia 13-18 tahun di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Obesitas memiliki konsekuensi berat pada anak karena memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik. Prevalensi sindrom metabolik (SM) di Indonesia sebesar 23,34%, lebih tinggi pada laki-laki (26,2%) dibandingkan pada perempuan (21,4%) dan diprediksi menyebabkan kenaikan dua kali lipat risiko terjadinya penyakit jantung dan lima kali lipat pada penyakit diabetes melitus tipe 2,” ucap Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI.

Oleh karena itu pemerintah meminta tolong kepada semua untuk memprioritaskan asupan nutrisi seimbang pada anak dan mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik untuk mencegah dan memutuskan rantai obesitas sejak dini. 

 

Obesitas dan Sindrom Metabolik

“Obesitas pada anak berpotensi memicu sindrom metabolik yang menyebabkan meningkatnya risiko penyakit tidak menular. Seseorang didiagnosis mengalami sindrom metabolik bila memiliki tiga atau lebih kondisi seperti kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, gula darah (glukosa) tinggi, rendahnya kadar kolesterol HDL (baik) dalam darah, tingginya kadar trigliserida dalam darah, dan tekanan darah tinggi. Berbagai kondisi tersebut seringkali dialami oleh orang obesitas. Mengonsumsi makanan sesuai anjuran dari Kemenkes RI yaitu jumlah sayur sebesar 2 kali lipat jumlah sumber karbohidrat dan protein, serta memperhatikan label kemasan sebelum membeli guna membatasi asupan gula, garam, lemak yang ada di makanan dan minuman perlu dibiasakan sedini mungkin untuk mencegah obesitas. Jangan lupa untuk memilih makanan dan minuman yang tinggi protein karena bisa menjadi sumber energi bagi tubuh anak dan remaja yang memiliki banyak aktivitas,” ucap dr. Marya Haryono, MGizi, SpGK, FINEM, Dokter Spesialis Gizi Klinis.

Dalam edukasi ini, masyarakat diajak untuk lebih cermat dalam membaca label gizi pada kemasan pangan olahan yang dikonsumsi sebagai upaya mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan. Jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula)), dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian merupakan empat informasi nilai gizi yang harus diperhatikan oleh masyarakat pada setiap label kemasan yang akan dibeli.

 

 

 

Mari Putuskan Rantai Obesitas

“Dalam rangka upaya promotif dan preventif dalam penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM), Badan POM juga melakukan kampanye agar konsumen memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan gizinya. Salah satu cara untuk memudahkan masyarakat memilih pangan yang lebih sehat adalah dengan mencantumkan keterangan Logo “Pilihan Lebih Sehat” pada pangan olahan yang memenuhi kriteria kandungan gula, garam, lemak dan/atau zat gizi lainnya. Harapannya masyarakat dapat bijak memilih produk dengan Logo “Pilihan Lebih Sehat” dan mengonsumsinya dalam jumlah yang wajar,” ucap Meliza Suhartatik, STP, MKM, Pengawas Farmasi Makanan Ahli Muda.

“Sejalan dengan misi kami yaitu ‘Inspiring a Nutritious Life’, Nutrifood berkomitmen dalam mengedukasi dan menginspirasi masyarakat Indonesia untuk selalu menjalankan gaya hidup sehat setiap saat. Kami menyadari bahwa isu obesitas terutama pada anak dan remaja berdampak negatif bagi kesehatan karena bisa meningkatkan risiko sindrom metabolik pada saat mereka dewasa, sehingga perlu adanya kerja sama seluruh pihak dalam mengatasi isu ini. Sejak 2013, kami secara aktif berkolaborasi dan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI untuk mengedukasi tenaga kesehatan, komunitas, media, dan masyarakat melalui kampanye Cermati Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (#BatasiGGL) serta Baca Label Kemasan sebagai salah satu upaya penanggulangan isu obesitas di Indonesia,” ucap Susana, S.T.P., M.Sc., PD.Eng., Head of Strategic Marketing Nutrifood.

Oleh karena itu Nutrifood berharap agar setiap anak dan remaja dapat memutuskan rantai obesitas yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Tak hanya itu, setiap orang juga dapat memberikan dampak positif dengan memahami pilihan makanan dan minuman yang lebih baik, tetapi tetap nikmat. Dalam mendukung hal tersebut, Nutrifood juga telah menyediakan Tropicana Slim, susu HiLo Teen dan HiLo School yang lebih rendah lemak dan rendah gula dan mendapatkan pelabelan “Pilihan Lebih Sehat” dari BPOM yang dapat dikonsumsi secara sehat untuk mendukung aktivitas anak dan remaja Indonesia. 

 

 

 

*Penulis: Fani Varensia

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading