Sukses

Health

Mengenal Cara Kerja Balon Lambung Sebagai Perawatan Obesitas Tanpa Bedah

Fimela.com, Jakarta Angka obesitas pada penduduk Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, 2 dari 10 dewasa di Indonesia dan 3 dari 10 dewasa di DKI Jakarta mengalami obesitas. Tidak jarang obesitas ini menimbulkan komplikasi penyakit yang mematikan seperti stroke dan penyakit jantung.

Penyebab dari tingginya penderita obesitas di Indonesia maupun di Jakarta pun tidak hanya karena pola makan yang tidak sehat. Sedentary Lifestyle atau kurangnya aktivitas fisik turut mendorong masyarakat lebih rentan terhadap penyakit obesitas.

Untuk menangani masalah obesitas diperlukan perawatan khusus yang didampingi oleh dokter ahli. Salah satunya adalah balon lambung yang telah dikembangkan di Amerika Serikat dalam program Allurion. Program Allurrion ini sudah diaplikasikan di 90 negara di dunia, termasuk Indonesia, sebagai salah satu pilihan terapi obesitas pada masyarakat.

Di Indonesia, program Allurion dapat dilakukan di Jakarta Slimming Center. Menurut Dr. Nathania S. Sutisna, Sp.GK, clinical manager Jakarta Slimming Center, balon lambung atau yang disebut intragastric baloon menjadi salah satu metode penurunan berat badan. Terapi ini bisa menjadi pilihan bagi masyarakat yang memiliki Indeks Massa Tubuh di atas 27kg/m2.

 

Balon lambung

Balon lambung ini menggunakan bahan dasar Polyurethane yang nantinya akan mengembang di dalam lambung. Tujuannya untuk membuat perut merasa kenyang lebih lama karena sekitar 60-70 persen ruang pencernaan di lambung sudah terisi dengan balon.

Dalam program Allurion ini, pasien akan menjalani dua jenis program secara berkelanjutan. Yakni pemasangan balon lambung dan pendampingan perubahan gaya hidup selama minimal enam bulan yang didampingi oleh dokter spesialis gizi klinik. Berdasarkan data Allurion Technology, penurunan berat badan yang tercapai berkisar antara rata-rata 10% - 15% dari berat awal, bahkan dapat lebih, bergantung dari kondisi pasien masing-masing.

Lantas bagaimana cara kerja?

 

Cara kerja balon lambung

Pertama, pasien akan menjalani diobservasi selama kurang lebih 10 hari untuk memastikan kondisi pasien siap untuk menerima pemasangan balon lambung. Setelah dirasa siap, pemasangan balon lambung dimulai dengan pasien menelan kapsul yang terhubung dengan selang tipis ke dalam saluran pencernaan. Setelah itu dilakukan proses Imaging oleh dokter radiologi untuk memastikan kapsul balon sudah masuk ke dalam lambung.

Setelah memastikan posisi kapsul balon sudah tepat, dimasukkan cairan sebanyak 550ml melalui selang untuk mengembangkan balon. Kemudian dilakukan proses Imaging kembali untuk memastikan balon lambung sudah mengembang dengan sempurna dan posisinya berada di dalam lambung. Terakhir, selang akan dicabut.

"Ada proses adaptasi untuk mengenali ada sesuatu di lambung. Ada 3-7 hari. Dalam 3-7 hari ini krusial sekali untuk tim medis berhubungan dengan pasien karena harus berubah cara makan dan minum," jelas Dr. Nathania S. Sutisna, Sp.GK, clinical manager Jakarta Slimming Center.

Rasa mual menjadi respon yang normal setelah pemasangan balon dan biasanya akan hilang dalam 3-7 hari. Balon lambung ini akan berada di lambung selama kurang lebih 16 minggu atau empat bulan. Selama itu pula, pasien akan diatur pola makan seimbang dengan komposisi protein, karbohidrat, lemak oleh dokter. Sekaligus membentuk kebiasaan makan dan olahraga yang sehat.

 

Pembentukan kebiasaan makan sehat dan seimbang

Selama pendampingan, dokter akan mengatur pola makan berdasarkan kebiasaan sebelum pemasangan balon, aktivitas, jenis kelamin, dan umur. Cara ini memastikan agar pasien merasa tetap bisa makan enak dengan komposisi yang lebih diatur. Setelah empat bulan, benang pada balon akan tergerus sehingga cairan yang ada di dalamnya akan keluar melalui saluran cerna.

Dijelaskan oleh dr. Nathania, membentuk kebiasaan sehat selama empat bulan dirasa cukup. Menurutnya, semua usaha untuk menurunkan berat badan akan sia-sia jika tidak diubah jenis makanannya.

"Setelah 4 bulan biasanya ngga terlalu nafsu makan gorengan dan merasakan efek endorfin yang dirasakan dari memiliki badan yang lebih enteng, merasa lebih produktif," kata dr. Nathania.

Kebiasaan ini juga akan mempertahankan penurunan berat badan dan mencegah fenomena yoyo. Data dari Allurion Technology menunjukkan lebih dari 95% pasien Program Allurion dapat mempertahankan berat badannya selama 1tahun dan masih berlanjut.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading