Fimela.com, Jakarta Buah hati adalah hal yang diinginkan oleh semua orang tua di dunia. Hampir semua orang tua akan melakukan segalanya yang terbaik agar buah hati mereka tercukupi hidupnya.
Anak adalah prioritas orang tua. Ketika anak sakit, orang tua pasti panik dan berusaha sebisa mungkin untuk menyembuhkannya. Jangankan sakit berat, sakit yang dianggap ringan seperti pilek atau flu saja bisa membuat orang tua kebingungan.
Tak hanya penyakit fisik saja, namun penyakit mental yang diderita anak tentu akan membuat orang tua khawatir. Salah satu penyakit mental yang bisa diderita anak contohnya adalah ADHD. Apa itu ADHD?
Advertisement
ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif. Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui, namun ada beberapa gejala yang harus diketahui orang tua. Berikut penyebab ADHD beserta gejalanya.
Advertisement
Penyebab ADHD
Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anak terkena ADHD, antara lain faktor genetik dan lingkungan. ADHD juga diduga berkaitan dengan gangguan pada pola aliran listrik otak atau gelombang otak.
Ada pula yang menganggap bahwa gangguan perilaku hiperaktif pada anak disebabkan oleh sugar rush atau konsumsi gula berlebihan. Namun, hal ini belum terbukti benar.
Gejala ADHD
Gejala utama ADHD adalah sulit memusatkan perhatian, serta berperilaku impulsif dan hiperaktif. Penderita ADHD umumnya tidak bisa diam dan mudah lupa akan hal yang ia lakukan. Orang yang menderita ADHD juga bisa mengalami kesulitan belajar, misalnya susah membaca atau menulis.
ADHD umumnya muncul pada anak usia di bawah 12 tahun. Namun, pada banyak kasus, gejala ADHD sudah dapat terlihat sejak anak berusia 3 tahun. ADHD yang terjadi pada anak-anak dapat terbawa hingga dewasa.
Advertisement
Cara Menangani dan Mencegah ADHD
Kemunculan ADHD pada anak memang tidak dapat dicegah. Namun, ibu hamil dapat mengurangi risiko terjadinya ADHD pada anak dengan menjauhi rokok, minuman beralkohol, dan NAPZA, terutama pada masa kehamilan. Selain itu, jauhkan anak dari asap rokok dan paparan zat beracun.
Penanganan ADHD bisa dengan obat-obatan atau psikoterapi. Perlu diketahui bahwa orang tua, keluarga, pengasuh, dan guru di sekolah juga membutuhkan bimbingan untuk menghadapi anak dengan ADHD.
ADHD tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tetapi penanganan yang diberikan dapat meredakan gejala dan membantu penderita untuk menjalani hidup dengan normal.
Advertisement