Sukses

Health

Cara Menjaga Kesehatan di Tengah Cuaca Ekstrim dan Kualitas Udara Buruk

Fimela.com, Jakarta Setelah Covid-19 mereda, masyarakat kembali dibuat khawatir akan penyakit lainnya yaitu ISPA. Di beberapa bulan ke belakangan ini, di lingkungan kita bahkan keluarga lebih sering terserang penyakit ISPA dengan gejala batuk-batuk.

Hal tersebut terjadi karena cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, seperti cuaca yang begitu terik, atau tiba-tiba hujan. Masalah ISPA juga terjadi karena kualitas udara yang buruk.

“Polusi udara erat kaitannya dengan masalah kesehatan. Sakit batuk kini sering kita di dengar di lingkungan kita. ISPA sendiri tidak hanya batuk, namun penyakit ISPA juga dimulai dari tenggorokan hingga paru bagian bawah,” ujar dr. Henie Widowati, Sp.P, Spesialis Paru dari Rumah Sakit Siloam TB. Simatupang dalam acara bersama Bear Brand, di Jakarta (20/11).

dr. Henie juga menjelaskan setiap tahun terdapat 7 juta kematian akibat kualitas udara yang buruk hingga menyebakan polusi udara (indoor dan outdoor), dan lebih dari 2 juta kematian berasal dari Asia Tenggara. Bahkan, 9 dari 10 orang di dunia tinggal di area dengan standar polusi udara yang melebihi nilai baku WHO.

“Sumber polusi itu banyak sekali misalnya saja outdoor dari transportasi atau indoor dari rumah tangga seperti masak. Dan hasil kajian di Jakarta terbaru penyumbang polusi udara terbanyak adalah industri dan transportasi,” ujarnya.

Dari lima penyakit mematikan, tiga di antara penyakit yang terjadi pada paru. Seperti 21 persen karena pneumonia, 19 persen karena asma kronik, dan penyebabnya karena merokok. Polusi udara juga sangat rentan terjadi pada ibu hamil, balita, dewasa dengan penyakit penyerta, dan lansia.

Efek jangka pendek dan panjang polusi

Efek Jangka Pendek (akut) seperti terjadi iritasi mukosa dengan ciri, mata merah, hidung berair, bersin. Lalu iritasi saluran napas atas, bawah, seperti peradangan, sakit tenggorokan, batuk, dahak.

Efek jangka pendek lainnya seperti peningkatan ISPA, peningkatan serangan asma, PPOK, peningkatan serangan jantung, peningkatan kunjungan IGD RS karena respirast atau jantung. Dan terakhir risiko keracunan gas toksik

Sementara itu, efek jangka panjangnya seperti (kronik), penurunan fungsi paru/faal paru, hiperreaktivitas bronkus, reaksi alergi, risiko asma, risiko PPOK, risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, hingga kanker.

“Ada hubungan polusi dengan pneumonia dari penelitian yang dilakukan oleh Hongkong dan China seperti peningkatan kasus ISPA. Dan bronkitis naik hingga 100 persen. Polusi juga naikin angka TBC, di china 2019 dan 2021. Di klinik saya juga, banyak TBC, gejalanya batuk lebih dari tiga minggu, kita lakukan rontgen dengan hasil TBC,” paparnya.

Solusi pencegahan penyakit akibat Polusi Udara dan Cuaca Ekstrem

dr. Henie menyarankan menggunakan masker untuk memfilter polusi. Bisa gunakan masker apapun, seperti N95 yang sangat efektif hingga masker kain yang bisa mencegah sampai 70 persen.

“Menggunakan masker atau respirator untuk mengurangi masuknya partikel ke dalam saluran napas dan paru terutama bila beraktivitas di luar ruangan. Disarankan masker atau respirator dengan kemampuan filtrasi partikel yang maksimal (kemampuan filtrasi ≥ 95%), misal masker N95,KN95,dil. Bila tidak tersedia dapat menggunakan masker bedah” ujarnya.

Dan jangan lupa untuk menjaga daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan gizi seimbang dan olahraga cukup. “Olahraga bisa jalan cepat, 3x seminggu dengan durasi 45-60 menit. Bisa juga vaksinasi influenza dan pneumonia,” kata dr. Hanie.

Saskia Piscesa, S.Gz selaku Corporate Nutritionist Nestle Indonesia mengatakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh bisa dengan makan-makan sesuai isi piringku, seperti harus ada karbohidrat, protein hewani atau nabati, sayuran, buah, dan air. Ditambah dengan susu sebagai pelengkap protein hewani.

“Sejatinya susu merupakan susu protein hewani, namun ditambah dengan kalsium. Kalau tubuh kita makannya betul, daya tahan tubuh kan akan lebih baik. Jika terasa kenyang saat makan, susu bisa diminum saat snacktime,” kata Saskia.

Sedangkan untuk anak-anak atau balita bisa mencegah sumber penularan, karena bagi daya tahan tubuhnya belum sempurna.

Pencegahan lainnya, seperti mengurangi sumber polusi seperti menggunakan kendaraan umum atau tidak bakar sampah. Meminimalkan pajanan polusi, mengenali keluhan yang timbul akibat polusi, segera ke faskes. Dan pola hidup bersih sehat, termasuk tidak merokok

Apabila beraktivitas di luar ruangan, hindari kawasan atau area dengan kualitas udara yang tidak sehat dan berbahaya dengan melihat Air Quality Index > 150. Apabila berkendaraan mobil, tutup semua jendela mobil dan menyalakan AC dengan mode recirculate.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading