Sukses

Health

Keluhan Sendi di Indonesia Meningkat Bahkan Dialami Usia Muda, Intip Nutrisi Lengkap untuk Sendi Sehat

ringkasan

  • Osteoarthritis adalah kondisi degeneratif yang merusak tulang rawan sendi seiring waktu, sering terjadi pada lansia, dan pengobatannya berfokus pada peredaan gejala.
  • Rheumatoid Arthritis adalah penyakit autoimun kronis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan sendi, dapat terjadi pada usia berapa pun.
  • Meskipun keduanya menyebabkan nyeri sendi, perbedaan utama terletak pada penyebab (degeneratif vs. autoimun), pola keterlibatan sendi, serta ada atau tidaknya gejala sistemik.

Fimela.com, Jakarta - Keluhan sendi merupakan masalah kesehatan umum yang dapat memengaruhi kualitas hidup banyak orang. Rasa sakit, kekakuan, dan pembengkakan pada sendi seringkali menjadi tanda adanya gangguan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari cedera hingga penyakit autoimun.

Dua jenis keluhan sendi yang paling sering ditemui adalah osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Meskipun memiliki gejala serupa, keduanya memiliki penyebab dan mekanisme yang sangat berbeda. Memahami perbedaan ini sangat penting untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Keluhan sendi, termasuk osteoarthritis dan rematik, masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang banyak dialami masyarakat Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun dari jurnal penelitian sains dan kesehatan, jumlah kasusnya mencapai 16.679 kasus pada 2021, dan meningkat menjadi 23.711 kasus pada 2022.

Peningkatan kasus tersebut perlu diwaspadai mengingat penyakit sendi tidak hanya menimbulkan nyeri yang menghambat aktivitas, melainkan juga berpotensi merusak organ tubuh lain. Merujuk pada data Kementerian Kesehatan, rematik dan penyakit sendi dapat memberikan dampak ke jantung, sistem saraf, hingga mata.

Mengenal Lebih Dekat Osteoarthritis: Penyebab dan Gejala Keluhan Sendi Degeneratif

Osteoarthritis (OA) adalah bentuk radang sendi paling umum yang memengaruhi jutaan individu di seluruh dunia. Kondisi ini dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif, di mana tulang rawan pelindung pada ujung tulang mengalami kerusakan seiring waktu. Tulang rawan yang seharusnya berfungsi sebagai bantalan halus dan memungkinkan gerakan sendi yang mulus, menjadi kasar dan menipis.

Kerusakan tulang rawan pada OA umumnya dipengaruhi oleh pertambahan usia. Namun, beberapa faktor risiko lain meningkatkan kemungkinan seseorang terkena OA. Ini termasuk usia lanjut, jenis kelamin wanita terutama setelah menopause, obesitas yang memberi tekanan ekstra pada sendi, serta riwayat cedera sendi. Penggunaan sendi berulang, faktor genetik, kelainan bawaan, dan penyakit tertentu juga berkontribusi.

Gejala osteoarthritis biasanya berkembang secara bertahap dan cenderung memburuk seiring waktu. Penderita sering merasakan nyeri sendi, terutama saat atau setelah beraktivitas, yang membaik saat istirahat. Kekakuan sendi juga umum terjadi, terutama di pagi hari atau setelah lama tidak bergerak. Gejala lain meliputi pembengkakan, suara gesekan (krepitus) saat sendi digerakkan, penurunan rentang gerak, kelemahan otot, dan munculnya benjolan tulang (bone spurs).

Diagnosis OA melibatkan pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan tes pencitraan seperti rontgen atau MRI untuk melihat kerusakan sendi. Meskipun OA tidak dapat disembuhkan total, pengobatan bertujuan mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Pendekatan meliputi modifikasi gaya hidup seperti penurunan berat badan dan olahraga teratur, terapi fisik, obat-obatan pereda nyeri atau antiinflamasi, injeksi kortikosteroid atau asam hialuronat, hingga intervensi bedah seperti penggantian sendi pada kasus parah.

Susu Suplmen

Suplemen berbentuk susu sapi dengan rasa vanilla lembut dan komposisi penting salah satu cara untuk menjaga kesehatan sendi secara menyeluruh.

"Nutrafor Joints ini dirancang menjadi solusi untuk membantu menutrisi kesehatan persendian serta mereduksi masalah sendi yang kini mulai banyak dialami sejak usia 20-an,”tutur Product Manager PT Novell Pharmaceutical Laboratories, Augustin Eko Prasetyo

Susu ini mengandung Glucosamine 1500 mg dan Chondroitin 400 mg yang berperan memelihara tulang rawan serta menjaga fleksibilitas sendi agar tetap optimaldalam menunjang aktivitas sehari-hari. Kandungan MSM (Methylsulfonylmethane) 300 mg turut membantu mengurangi ketidaknyamanan akibat peradangan, sedangkan Collagen Peptide 300 mg mendukung elastisitas sendi dan memperkuat jaringan ikat.

Tak hanya berfokus pada kesehatan sendi, Nutrafor Joints juga diperkaya Vitamin Cdan Zinc sebagai antioksidan untuk mendukung sistem imun serta membanturegenerasi sel. Sementara itu, Inulin memberikan manfaat tambahan berupa serat yang mendukung kesehatan pencernaan, sehingga tubuh memperoleh nutrisi yang lebih seimbang serta membantu proses penyerapan.

Ahli Gizi Silviana Putri menyebutkan kombinasi kandungan tersebut mendukung kepadatan tulang serta penyerapan nutrisi, dengan tetap membantu menjaga elastisitas maupun fungsi tulang rawan. Peradangan dan nyeri sendi pun tereduksi.

“Secara keseluruhan, panduan bahan ini memberikan dukungan yang lebih menyeluruh bagi kesehatan persendian,” ucapnya.

Sementara itu, Augustin menyebutkan, kandungan yang lengkap pada Nutrafor Joints membuatnya cukup dikonsumsi satu sachet per hari untuk mendukung nutrisi kesehatan persendian.

“Formulasi yang praktis ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern yang menginginkan pilihan perawatan kesehatan yang mudah diakses dan dapat digunakan oleh berbagai kalangan,” katanya

Kandungan glukosa hanya berasal dari susu sapi skim, sehingga secara formulasi lebih ramah bagi penderita diabetes. Sementara itu, Dosen Gizi Masyarakat IPB University Hana Fitria Navratilova menyebutkan, seluruh jenis susu murni dapat aman untuk penderita diabetes apabila dikonsumsi dalam porsi yang tepat.

“Untuk menentukan kecukupan, perlu juga diketahui berat per sachet dan rincian gizi per sajian, seperti kandungan karbohidrat, kalsium, vitamin C, dan bahan aktif lain. Bilaragu, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan agar asupan suplemen sesuai dengan kebutuhan personal,” ucapnya.

Perbedaan Kunci: Osteoarthritis dan Rematik dalam Keluhan Sendi

Meskipun osteoarthritis dan rheumatoid arthritis sama-sama menyebabkan nyeri dan kekakuan sendi, terdapat perbedaan mendasar yang membedakan keduanya. Memahami perbedaan ini krusial untuk penanganan yang tepat dan efektif.

Perbedaan utama terletak pada penyebab dan sifat penyakit. OA adalah kondisi degeneratif akibat keausan tulang rawan, yang memburuk seiring waktu. Sebaliknya, RA adalah penyakit autoimun kronis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan sendi, dan dapat memengaruhi seluruh tubuh.

Usia awal terjadinya juga berbeda; OA lebih sering menyerang lansia di atas 50 tahun, sementara RA dapat terjadi pada usia berapa pun, dengan puncak antara 30-60 tahun. Keterlibatan sendi pada OA seringkali asimetris dan memengaruhi sendi penopang beban seperti lutut dan pinggul. RA cenderung memengaruhi beberapa sendi secara bersamaan dan simetris, terutama sendi kecil di tangan dan kaki.

Selain itu, RA dapat menyebabkan gejala sistemik seperti kelelahan, demam, dan penurunan berat badan, serta memengaruhi organ lain di luar sendi. Gejala sistemik ini umumnya tidak ditemukan pada OA, yang keluhannya lebih terbatas pada sendi yang terkena.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading