Sukses

Lifestyle

5 Atlet Indonesia yang Hidup Pas-pasan, Ada yang Jadi Pengamen

Fimela.com, Jakarta Roda kehidupan memang terus berputar, semua orang rasanya tahu betul akan hal itu. Tapi, jika melihat kehidupan para atlet-atlet ini sepertinya terlihat sangat tidak adil. Ya, dulu atlet-atlet ini mengorbankan semua tenaga dan waktunya untuk berlatih mati-matian demi mendapatkan sebuah piala yang akan membuat harum nama bangsa Indonesia, tapi lihat kehidupan mereka sekarang.

Beberapa atlet yang dulu meraih banyak prestasi di luar negeri kini hidup pas-pasan, bahkan bisa dibilang jauh dari kata cukup. Menyedihkan memang, namun kenyataannya seperti itulah masa tua para atlet di Tanah Air. Sosoknya yang dulu dipuja, kini harus bekerja mati-matian supaya perut tidak keroncongan karena merasa lapar. Dan di bawah ini adalah nasib beberapa atlet Indonesia yang dulu bersinar, seperti dilansir Bintang.com dari berbagai sumber.

Atlet Indonesia yang Hidup Pas-pasan, Ada yang Jadi Pengamen. (Foto: jendamunthe.wordpress.com)

1. Marina Segedi, Atlet Pencak Silat yang Pernah Jadi Sopir Taksi. Pada 1981, Marina mempersembahkan medali emas untuk Indonesia di SEA Games Filipina. Lalu bagaimana kehidupannya setelah tak jadi atlet? Foto-foto Marina yang sedang mengenakan seragam sebuah taksi berwarna biru banyak tersebar di sosial media. Bukan sedang akting, tapi Marina memang benar-benar menjadi seorang supir taksi. Beruntung pada 2011 ia mendapatkan tunjangan rumah dari Kemenpora.

Atlet Indonesia yang Hidup Pas-pasan, Ada yang Jadi Pengamen. (Foto: twitter.com)

2. Tati Sumirah, Atlet Bulu Tangkis yang Pernah Menjadi Kasir Apotek. Tahun 1975 Tati Sumirah berhasil membawa pulang Piala Uber melalui kejuaraan bulu tangkis lewat kelas single putri. Setelah memutuskan gantung raket, selama 24 tahun untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari Tati bekerja sebagai kasir di Apotek Ratu Mustika di bilangan Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Kehidupan Tati mulai membaik ketika Rudi Hartono yang juga merupakan legenda di bidang olahraga bulu tangkis menawarinya bekerja di perusahaan Oli Rudi.

Atlet Indonesia yang Hidup Pas-pasan, Ada yang Jadi Pengamen. (Foto: bacatulisan.com)

3. Hapsani, Atlet lari Estafet yang Harus Menjual Medalinya Demi Susuap Nasi. Kehidupan Hapsani setelah tak lagi menjadi atlet memang jauh dari kata cukup. Ia yang pada tahun 1981 dan 1983 mendapatkan medali perak dan perunggu di SEA games harus hidup pas-pasan setelah memutuskan untuk pensiun. Bahkan demi sesuap nasi Hapsani terpaksa menjual medalinya ke pasar loak di Jatinegara Jakarta Timur.

Atlet Indonesia yang Hidup Pas-pasan, Ada yang Jadi Pengamen. (Foto: Kompasiana.com)

4. Yuni Astuti, Atlet Bulu Tangkis yang Jadi Pengamen. Setelah mengalami cedera pada kakinya, Yuni memutuskan untuk gantung raket. Sebelumnya, ia pernah meraih juara pertama pada ganda putri PON 1986 di Jakarta. Namun kehidupan Yuni memang berubah setelah ia pensiun. Bahkan untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari, Yuni harus bekerja sebagai pengamen di Terminal Bus Purabaya, Surabaya.

Atlet Indonesia yang Hidup Pas-pasan, Ada yang Jadi Pengamen. (Foto: Kompasiana.com)

5. Denny Thios, Atlet Angkat Besi yang Jadi Tukang Besi. Di zamannya, yakni pada era 80-an hingga 90-an Denny dikenal sebagai atlet angkat besi paling bersinar di Indonesia. Tak hanya sekadar mendapatkan medali, Denny juga berhasil memecahkan rekor dunia di ajang lifter, satu pada kategori senior dan dua di kategori junior. Sekarang di usia tuanya, untuk menghidupi keluarganya atlet Indonesia yang satu ini harus bekerja sebagai tukang besi di bilangan jalan Pajenekang, Kelurahan Bonto Parang, Kecamatan Bontoala, Makassar Sulawesi Selatan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading