Sukses

Lifestyle

Kehabisan Uang, Pengungsi Suriah 'Jual' Tubuh Istrinya

Fimela.com, Jakarta Bagai makan buah simalakama, sekiranya jadi ungkapan paling tepat untuk mendeskripsikan nasib pengungsi Suriah. Tinggal di 'rumah' kemudian dilanda kelaparan luar biasa, atau luntang-lantung ke negeri asing dengan bertaruh nyawa. Porak poranda karena perang, banyak warga Suriah yang berbondong-bondong meninggalkan tanah air sejak pertengahan tahun lalu.

Mulai dari 'membelah' tanah-tanah tandus hingga menyeberangi bentangan laut pun rela dilakoni demi meraih tanah harapan di seberang sana. Luber, pengungsi Suriah membanjiri berbagai wilayah di dunia, termasuk Eropa. Seakan membuka plot baru, berbagai kisah pun menghiasi perpindahan besar-besaran ini.

Pengungsi Suriah menunggu proses registrasi di Passau, Jerman. | via: AP

Salah satu yang paling menyayat hati, yakni ketika seorang pengungsi Suriah 'menjual' sang istri demi menyambung hidup kala keluarganya melintasi Eropa. Sebagaimana dimuat Daily Mail, uang sang suami sudah sama sekali habis kala menjajakan istrinya di salah satu kota di Bulgaria.

Perempuan berusia 30 tahun yang tak disebutkan namanya itu diperkosa setiap hari selama 3 bulan. Bahkan Independent mewartakan, pada beberapa kesempatan sang suami justru bergabung dengan 'pesta' tersebut. Kini berdasarkan laporan New York Times, ibu dari empat anak itu sudah tinggal di Berlin, Jerman.

Tak hanya berpakaian seperti laki-laki, seorang pengungsi Suriah, Esraa al-Horani, mengaku tidur dengan papan yang menindihnya agar terhindar dari berbagai aksi kejahatan. | via: Djamila Grossman/New York Times

Dilansir dari Daily Mail, ini hanya satu dari ribuan kasus pemerkosaan, pemaksaan prostitusi, dan kekerasan seksual yang belum terkuak. Kepada New York Times, seorang pengungsi suriah yang dulunya berprofesi sebagai makeup artist, Esraa al-Horani, menuturkan, ia sampai harus berpakaian seperti laki-laki agar terhindari dari berbagai serangan.

Sedangkan Samar, seorang ibu dari tiga anak perempuan menolak untuk melepaskan pandangan dari anak-anaknya. Bersama pengungsi perempuan lain, ia berjaga secara bergantian demi menjaga keamanan. "Semua orang tahu, hanya ada dua cara untuk tetap bertahan hidup dalam perlintasan ini. Membayar dengan uang atau tubuhmu," ujarnya pada new York Times.

Tak ingin jadi korban kejahatan. Samar, seorang pengungsi Suriah yang menolak untuk melepaskan pandangan dari ketiga anaknya. | via: Djamila Grossman/New York Times

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading