Sukses

Lifestyle

Kisah Pilu Manusia Bajaj, Hidup Berantakan Sejak Ditinggal Istri

Fimela.com, Jakarta Riwahyudin (45) tersenyum bahagia melihat anaknya, Muhammad Irwan alias Amat (11) tertidur pulas di kamar kontrakan yang baru sehari di tempatinya di kawasan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat.

“Saya bahagia banget melihat anak saya yang biasanya tidur di bajaj, sekarang bisa tidur di rumah,” kata Riwahyudin kepada Bintang.com mengawali pembicaraan, Rabu (28/9/2016) malam.

Sebelumnya Amat dan bapaknya terpaksa setiap malam tidur di Bajaj, bertarung dengan dinginnya malam karena tak punya rumah. Amat tidur di kursi penumpang. Sementara sang Bapak di kursi kemudi. Mereka tinggal di Bajaj sejak Amat berusia satu tahun.

Riwai—sapaan akrab Riwahyudin—sehari-harinya bekerja sebagai supir bajaj dan mangkal di Stasiun Cikini. Ia menjadi supir bajaj sejak tahun 1994.

Penghasilannya sebagai supir bajaj diakuinya tak menentu. Kadang sehari, ia hanya menyisihkan uang Rp 30 ribu.

“Setorannya bajaj sehari Rp 120 ribu. Kadang nombok,kadang ada lebih. Yang penting buat sekolah sama makan,” kata Wahyudin.

Kisah Pilu Manusia Bajaj, Hidup Berantakan Sejak Ditinggal Istri

Banyak faktor yang memaksa Riwai dan anaknya hidup tanpa tempat tinggal. Dahulu ia mengaku memiliki tempat tinggal, hidup bahagia dengan istrinya, meski hanya tinggal di kontrakan sempit.

Hidupnya mulai berantakan sejak ditinggal istrinya yang memilih pergi dengan pria lain. Saat itu Amat baru berusia satu tahun. “Bukan saya mau bicara kejelekan orang lain. Tapi memang begitu kejadiannya,” kata Riwai.

Di waktu bersamaan, Riwai juga ditinggal wafat orangtuanya. Rumah peninggalan orangtuanya sebagai warisan, dijual saudaranya. “Keluarga saya ribut soal warisan, saya nggak dapat apa-apa,” akunya.

Kondisi itu yang membuat Riwai akhirnya terpaksa membawa Amat yang masih berusia setahun ke mana pun ia pergi. Bahkan disaat mengantar penumpang.

“Kalau penumpang berasa keberatan ada anak saya, Ya sudah, bukan rejeki. Tapi Alhamdulillah ada saja yang mau naik bajaj saya,” kata Riwai.

Berat memang perjuangan Riwai membesarkan Amat. Tapi ia menjalaninya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Belum hinaan dan cacian yang menilainya tega membesarkan dan membiarkan anaknya tidur di bajaj. Tapi Riwai menghadapinya dengan senyuman.

Sempat Riwai menyerah dan berniat memberikan Amat kepada mantan istrinya. Sayangnya, ia mendengar kabar jika istrinya sudah meninggal dunia.

“Perjuangan berat banget saat dia masih orok (bayi). Ya, susunya, dia nangis, buang air. Tapi Alhamdulillah berkah buah kesabaran, Amat sekarang sudah besar,” kata Riwai terisak mengenang masa lalunya.

Kisah Pilu Manusia Bajaj, Hidup Berantakan Sejak Ditinggal Istri

Selama tinggal di bajaj, Riwai mengaku jika anaknya tak pernah mengeluh. Tapi ujian sempat menderanya disaat Amat sakit. Amat tak kunjung sembuh meski sudah berobat ke dokter.

“Saya sampai berdoa ‘Ya Allah seandainya ini anak ada umurnya, sembuhkanlah. Seandainya tidak, cabutlah nyawanya. Alhamdulillah setelah itu keluar bintik merah di tubuhnya, kaya campak. Terus saya beli obat warung, Eh sembuh. Alhamdulilah,” tuturnya.

Kini Amat sudah berusia 11 tahun. Amat sudah sekolah di di SDN 05 Gondangdia. Amat duduk di bangku kelas 1 SD.

Setelah kisahnya banyak terdengar, Riwai mendapatkan bantuan dari relawan pendukung Presiden Joko Widodo berupa kontrakan yang sudah dibayar selama satu tahun.

Sementara itu, tawaran bantuan juga datang dari Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar Amat tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) kawasan Klender, Jakarta Timur. Di sana Amat akan lebih terjamin tumbuh kembangnya. Namun tawaran itu ditolak Riwai. Ia mengaku sulit untuk berpisah dengan anaknya. 

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading