Sukses

Lifestyle

Menjadi Orangtua, Menjadi Lebih Bijak Atur Prioritas untuk Anak

Fimela.com, Jakarta Mengubah kebiasaan lama memang tidak mudah. Mengganti kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik pun kadang butuh proses yang tak sebentar. Membuat perubahan dalam keseharian dan hidup selalu memiliki perjuangannya sendiri. Melalui Lomba Change My Habit ini Sahabat Fimela berbagi kisah dan tulisannya tentang sudut pandang serta kebiasaan-kebiasaan baru yang dibangun demi hidup yang lebih baik. 

***

Oleh: Mia Yusnita

Menghibur anak bisa jadi salah satu tugas terbesar orangtua. Biasanya kita bingung bagaimana caranya agar anak selalu terhibur. Usaha menghibur anak ini sedikit mengganggu kebahagiaan orang ua. Dan tentunya keuangan para orang tua itu sendiri.

Orangtua inginnya membuat anak selalu bahagia 24/7. Padahal mereka juga punya banyak hal lain yang harus  dilakukan. Sering sekali malah kita sebagai orangtua mengalah untuk kebahagiaan anak. Contohnya kita ingin kumpul sama teman saling bertukar keresahan dan sedikit rasan-rasan tapi anak malah inginnya bermain dir umah saja, ya sudah semua rencana diurungkan demi menemani anak bermain di rumah.  

Bahkan ada sebagian orangtua merogoh kocek dalam-dalam untuk hiburan dan edukasi anak. Contohnya ada yang ambil banyak les biar anaknya tetap sibuk dan terhibur. Sebagian menyekolahkan anak dengan sistem full day agar mereka selalu aktif di sekolah dengan kesibukan yang luar biasa padatnya. Dan ada juga yang menghujani anak dengan berbagai jenis mainan dari yang biasa sampai luar biasa canggihnya.

Dari keresahan ini aku mulai berpikir dan bertanya-tanya dalam hati sampai diskusi dengan suami lalu aku mulai googling dan baca sana sini untuk mencari jalan tengah. Supaya menghibur anak, tidak harus mengorbankan kebahagiaan orangtua. Dari beberapa artikel aku baru menemukan poin penting, bahwa inti dari hiburan anak adalah melepaskan imajinasinya. Main-mainan mahal yang kita beli adalah salah satu alat untuk mendukung dia mengeksplorasi imajinasinya.

Contohnya saja anakku, Raditya. Dia suka banget main kereta api. Ada beberapa rangkaian kereta api yang pernah mengisi trayek di rumah rusak. Beli. Rusak. Beli. Sampai akhirnya aku lelah buka dompet dan ngerayu suami. Aku setop beli kereta api kecuali kalau nanti Radit ulang tahun. Ternyata Radit malah kreatif. Jadiin lego sebagai kereta, jadiin stok sabun batangan jadi kereta. Susun-susun spidol jadi kereta. Susun hotwheel koleksi suami jadi kereta. Rencengan snack piattos bisa jadi kereta. Hanger cucian bisa jadi setir masinis. Pokoknya segala macam yang bisa disusun memanjang, dijadiin kereta. Dan tahu dong pastinya jadi apa isi dompet kita tidak ada yang hilang. Hati anak tetap senang. Bunda pun riang, uang mainan bisa beralih ke baju, skincare, atau kosmetik impian.

Takut anak bosan sama mainan, buka pintu ajak main di luar rumah di teras main petak umpet, main pasir dan sekopnya tak lupa sertakan dump truck dan ekskavator buat pelengkap, ajak anak main bola, ajak lari-larian, ajak main sepeda, ajak anak main air, ajak berkebun, ajak anak menyirami tanaman di halaman, ajak anak membantu mencuci, ajak anak membantu mengepel lantai. Apa yang masih ada di depan mata manfaatkan dan tak perlu merogoh kocek buat beli mainan lagi.

Anak dan Kebutuhannya untuk Bermain

Ketika kita bermain dengan anak selayaknya saja kita menjadi seperti anak kecil, dan sebenarnya ini salah satu cara yang efektif untuk menyalurkan sifat kekanak-kanakan kita. Terus coba kita lihat perubahan apa yang terjadi. Anak bahagia, riang, dan gembira. Tawanya riuh bergema meriuhkan seisi kamar. Jauhkan gadget dari jangkauan anak agar konsentrasi kita tidak terpecah. Nikmati saja permainan kalian. Dan lihatlah perubahan dia. Karena kehadiran kita yang seutuhnya untuk dia dapat dia rasakan sesungguhnya saat itu.   

Dulu aku sebelum mengerti, sebelum banyak baca, dan sebelum pikiran ini tercerahkan, seakan-akan kalau anak jauh dari kita, kalau anak lebih dekat dengan orangtua kita (nenek dan kakeknya) diri ini langsung kecewa, kok bisa lebih dekat mereka, karena bagiku dulu menjadi orangtua itu harus 24/7 bersama anak. Nyatanya bahwa tidak seperti itu maknanya menjadi orangtua. Kita baru dikatakan berhasil menjadi orangtua ketika kita bisa menikmati peran sebagai orangtua itu sendiri. Bahagia tanpa beban dalam menjalaninya. Dan ini yang sekarang aku terapkan pada diriku bahwa menjadi bahagia adalah mutlak harus dimiliki sebagai orangtua.

Ketika anak lebih dekat dengan orangtua kita (nenek dan kakek), adalah waktunya bebas tugas dari mengasuh anak. Bisa dinikmati sendiri atau bersama pasangan, atau kita bisa lebih fokus pada pekerjaan lainnya yang sepertinya susah dikerjakan ketika ada anak. Karena sebenarnya kita nggak perlu juga bermain sama anak terus menerus biar bonding antara orang tua sama anak tetap terjaga.

Ayah dan bunda bisa sesekali pergi berdua tanpa anak, mengingat masa-masa pacaran nonton bioskop. Karena tahu kan 24/7 sama anak itu perlu dijedain barang semenit dua menit, sejam dua jam, untuk menjaga mood kita tetep pada radar waras. Dan kalian tahu seperti yang saya sebutkan di atas seperti ngajak anak nyuci bareng, nyapu bareng, ngepel lantai itu juga bisa meningkatkan dan mempererat bonding. Pekerjaan rumah juga jadi kelar anak juga senang. Bunda mana yang tidak senang. Aura kebahagiaan otomatis akan datang dan menyelimuti rumah kalian.

Jadi rileks aja. Nikmati hidup ketika menjadi orangtua. Jangan isi penuh jadwal kegiatan anak. Biarkan mereka berkembang dengan tuntutan imajinasi dikepalanya. Tugas kita cuma mengarahkan dan menetapkan aturan.

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading