Sukses

Lifestyle

Standar Cantik Lebih dari Sekadar Warna Kulit dan Rambut Tertentu

Fimela.com, Jakarta Mengubah kebiasaan lama memang tidak mudah. Mengganti kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik pun kadang butuh proses yang tak sebentar. Membuat perubahan dalam keseharian dan hidup selalu memiliki perjuangannya sendiri. Melalui Lomba Change My Habit ini Sahabat Fimela berbagi kisah dan tulisannya tentang sudut pandang serta kebiasaan-kebiasaan baru yang dibangun demi hidup yang lebih baik.

***

Oleh: H

Masih tergambar jelas dalam ingatan. Aku tidak menyangka, jika bullying akan mengubah perilakuku menjadi separah ini. Aku yang dulunya anak yang ceria dan mudah bergaul, tiba-tiba berubah seketika menjadi anak yang murung dan penyendiri.

Dulu aku adalah anak yang sangat percaya diri, sebelum bullying benar-benar membunuh rasa percaya diriku. Aku memang terlahir tidak seperti teman-temanku, rambutku ikal dan kulitku sawo matang. Aku memang menyadari jika fisikku tidak secantik teman-temanku yang berkulit putih dan berambut lurus. Tapi aku selalu bangga dengan keistimewaanku yang dianggap berbeda dari orang lain. Bahkan aku selalu menanggapi dengan senyum ramah dan tertawa kecil saat ada orang yang mengomentari fisikku.

Ya, dulu aku setidak peduli itu dengan perkataan orang lain. Aku selalu menganggap itu hanya sebuah gurauan dan mereka hanya mencoba mengajakku untuk bercanda. Sampai akhirnya aku merasa bahwa candaan itu sudah tidak lucu lagi saat aku mulai masuk bangku SMA. Banyak sekali yang mengejekku, menghina fisikku, bahkan mengata-ngataiku dengan kata-kata yang tidak pantas. Aku tidak tahu apakah aku berhak sakit hati atas perkataan mereka atau tidak, yang jelas hatiku tiba-tiba mendadak sakit saat mendengar cibiran dari mereka.

Setiap malam aku tidak bisa tidur ketika tahu besok harus berangkat ke sekolah. Entah kenapa, saat SMA aku justru sangat mencintai hari libur. Aku malah takut jika harus berangkat ke sekolah. Aku bahkan sudah tidak nafsu lagi ingin mendapatkan ranking satu seperti ambisiku di sekolah-sekolah sebelumnya. Karena mendapatkan rangking satu menurutku jauh lebih mudah dibandingkan mendapatkan teman yang baik. Setiap hari aku selalu berdoa kepada Tuhan, agar teman-temanku mau menyayangiku dan tidak mengejekku lagi. Sungguh, mungkin itu adalah doa yang paling menyedihkan yang pernah aku minta.

Masa SMA yang Suram

Jujur, selama di SMA aku sulit sekali mendapatkan teman. Terkadang sedih ketika melihat teman yang lain bisa berceloteh dan tertawa bersama, sedangkan aku hanya bisa sendiri tidak ada teman untuk bercerita. Sering sekali aku mencoba bergabung dengan teman-teman yang lain agar bisa ikut bergurau bersama, tapi mereka selalu menghindar setiap kali aku datang. Tampaknya mereka malu jika memiliki teman sepertiku yang fisiknya tidak secantik mereka.

Aku benar-benar sedih, kenapa tidak ada seorangpun yang mau berteman denganku? Padahal aku tidak jahat. Fisikku juga tidak semenyeramkan seperti yang mereka katakan. Tuhan menciptakanku dengan sangat baik, tapi kenapa mereka mudah sekali bilang aku jelek. Menyamakan wajahku dengan rupa binatang seperti candaan mereka setiap hari, sungguh itu bukan perkara yang lucu lagi.

Kadang rasanya aku ingin menjadi seorang tuna rungu saja agar aku tidak bisa lagi mendengar kata-kata yang menyakitkan. Aku benci diriku. Aku iri melihat mereka-mereka yang cantik, putih dan berambut indah. Kapan kiranya fisikku bisa diterima oleh lingkungan sekitar? Apa benar semua orang akan melihat keberadaanku jika aku cantik?

Aku pikir dunia ini hanya berpihak kepada mereka-mereka yang memiliki wajah cantik dan rupawan saja. Aku sangat merasakan betul betapa orang-orang sangat membedakanku. Semakin dewasa jujur aku semakin minder ketika melihat teman-teman yang lain begitu cantik dan dihormati oleh sesamanya.

Mereka selalu mendapat tempat di hati yang menyukainya. Sedangkan aku selalu mendapat hujatan dari mulut orang-orang yang tidak menyukaiku. Aku benar-benar sedang mengalami fase di mana aku tidak menyukai diriku. Rasa percaya diri juga sudah pergi meninggalkanku. Aku lebih banyak mengurung diri di dalam kamar dan tidak peduli lagi dengan orang sekitar.

Mengubah Kebiasaan Jadi Lebih Baik

Sampai akhirnya aku tersadar, jika aku saja benci dengan diriku sendiri, lalu bagaimana orang lain akan bisa mencintaiku? Siapa yang akan menghargaiku jika bukan aku. Perubahan itu penting, dan aku harus bisa merubahnya. Dan perlahan aku mulai membuat kebiasaan baik.

Setiap kali aku melihat wajahku di cermin, aku tak sungkan memuji wajahku sendiri. Karena mau seberapa pun jeleknya aku di mata orang lain, aku tetaplah cantik di mata diriku sendiri. Aku juga mulai belajar merawat diri.

Media sosial memperkenalkanku dengan skincare dan berbagai macam tutorial makeup. Aku juga senang membaca berbagai tips cara merawat kulit dan wajah dari media online. Aku mulai kebiasaan baikku seperti rajin mencuci wajah, membersihkan wajah sebelum tidur, rajin pakai masker, dan mencoba berbagai macam tutorial makeup yang aku lihat di youtube. Dan ternyata kebiasaan baik itu benar-benar berpengaruh sekali untuk meningkatkan rasa percaya diriku.

Aku yang dulu merasa minder karena tidak bisa tampil cantik seperti yang lain, kini aku bisa tampil cantik dengan versiku sendiri. Tidak ada yang sulit untuk memulai kebiasaan baik selama kita mau berusaha dan tekun menjalaninya. Semua pasti ada hasilnya, jangan menyerah dulu sebelum yang kamu inginkan bisa kamu capai.

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading