Sukses

Lifestyle

Kenapa Banyak Gen Z Memilih Tak Punya Anak? Ini 5 Alasannya Menurut Psikolog

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, dunia terus berubah dan seiring dengan perubahan itu, cara pandang serta pilihan hidup kita pun ikut berubah. Salah satu topik yang belakangan ini ramai diperbincangkan, terutama di media sosial, adalah tentang keputusan untuk tidak memiliki anak, atau yang lebih dikenal dengan istilah childfree. 

Fenomena ini makin eksis dan mencuri perhatian, terutama di kalangan generasi muda zaman sekarang, khususnya Gen Z. Di tengah berbagai tantangan hidup, banyak dari mereka yang mulai mempertanyakan ulang nilai-nilai lama seputar pernikahan dan peran sebagai orang tua. 

Mengapa hal ini bisa terjadi? Dan apa yang sebenarnya mendorong mereka membuat keputusan ini?

Melansir dari HackSpirit.com, seorang psikolog menjelaskan bahwa alasan Gen Z memilih untuk tidak memiliki anak tidak sesederhana hanya karena persoalan uang atau karier semata. Di balik keputusan ini, ada pertimbangan yang jauh lebih dalam, berkaitan dengan kesehatan mental, nilai-nilai hidup, serta kesadaran akan jati diri.

Keputusan ini juga diambil bukan sekadar bentuk penolakan terhadap tradisi yang sudah ada, tapi cerminan dari perubahan cara berpikir dan prioritas hidup masa kini. Lalu, apa saja sebenarnya alasan di balik pilihan childfree ini? Berikut ini ada 5 alasan utama menurut pandangan psikolog yang bisa membantu kita memahami perspektif Gen Z dengan lebih jernih dan menerima keputusan mereka. Yuk, simak selengkapnya di bawah ini!

 

 

1. Meningkatkan Nilai Kebebasan Pribadi

Generasi muda saat ini lebih menghargai kebebasan pribadi daripada sebelumnya. Kemampuan untuk membuat pilihan, besar atau kecil, tanpa kendala dan tanggung jawab yang menyertai pengasuhan anak, sangat menarik untuk dilakukan. Generasi ini memiliki keinginan kuat untuk menjelajah, belajar, dan merasakan hidup sepenuhnya. Bepergian, melanjutkan pendidikan tinggi, atau bahkan sekadar keleluasaan untuk keluar malam, semuanya merupakan hal-hal yang tidak terlalu menjadi beban ketika kita bukan seorang orangtua. Terlebih lagi, mereka telah menyaksikan orangtua mereka dan lainnya berjuang keras antara aspirasi pribadi dan tugas sebagai orangtua yang tidak banyak memiliki keleluasaan untuk melakukan yang diinginkan.

Mereka telah melihat kompromi dan pengorbanan yang sering dituntut dalam hal mengasuh anak. Pemahaman ini telah menyebabkan banyak anak muda lebih mengutamakan kebebasan pribadinya daripada memulai sebuah keluarga. Namun, ini bukan tentang menjadi egois atau tidak bertanggung jawab, ya! Melainkan, ini tentang membuat pilihan sadar untuk pertumbuhan dan eksplorasi diri. 

2. Fokus Lebih Besar pada Kesehatan Mental

Kesehatan mental bukan lagi sekadar pembicaraan di belakang layar yang sembunyi-sembunyi. Kesehatan mental telah menjadi pusat perhatian dalam kehidupan kita dan generasi muda memimpin perubahan ini. Penelitian menunjukkan bahwa generasi milenial dan Gen Z lebih cenderung mencari bantuan untuk masalah kesehatan mental dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka sudah mulai lebih terbuka tentang perjuangan dan lebih proaktif dalam mencari solusi nyata. 

Meningkatnya kesadaran dan prioritas kesehatan mental ini telah menyebabkan banyak anak muda mempertimbangkan kembali jalur kehidupan tradisional, termasuk memiliki anak. Memahami bahwa membesarkan anak tidak hanya membutuhkan stabilitas finansial, tetapi juga stabilitas emosional. Mereka ingin memastikan kesehatan mental mereka dalam keadaan baik sebelum membawa kehidupan lain ke dunia. Hal ini mencerminkan pendekatan yang bertanggungjawab terhadap peran sebagai orangtua. 

3. Perubahan Norma di Masyarakat

Masyarakat telah berevolusi, dan seiring dengan itu, ekspektasi dan norma seputar memiliki anak pun ikut berevolusi juga. Memiliki anak tidak lagi dianggap sebagai tonggak wajib dalam kehidupan setiap orang. Di masa lalu, menikah dan memiliki anak sering dianggap sebagai jalan hidup yang 'normal' atau 'diharapkan'. Namun saat ini, generasi muda menantang norma-norma tersebut dan menulis narasi mereka sendiri dalam menjalankan kehidupan setelah menikah. 

Mereka menciptakan kehidupan yang terasa tepat untuk dijalankan, bukan sekadar apa yang diharapkan secara tradisional. Perubahan dalam norma-norma sosial ini telah memberikan kebebasan kepada kaum muda untuk memilih apakah mereka ingin menjadi orangtua atau tidak. Itu adalah pilihan yang dihormati dan diterima lebih dari sebelumnya. Ini tentang merangkul keberagaman dalam pilihan hidup dan memahami bahwa tidak ada pendekatan 'satu ukuran untuk semua' terhadap kehidupan.

 

4. Menyadari Dampak Lingkungan

Banyak orang yang peduli dengan lingkungan sejak kecil, seperti saat mereka menanam pohon di halaman belakang rumah dengan keyakinan bahwa mereka sudah berkontribusi untuk menyelamatkan planet ini dari beragam kerusakan. Semangat ini tidak pudar seiring berjalannya waktu, malah semakin kuat.

Bagi sebagian orang, kepedulian terhadap lingkungan mendorong mereka untuk membuat pilihan hidup yang lebih sadar, termasuk keputusan untuk tidak memiliki anak. Gagasan membawa kehidupan baru ke dunia yang sedang bergulat dengan perubahan iklim dan degradasi lingkungan bisa terasa berat. Ini bukan soal ketakutan semata, melainkan soal tanggungjawab. Ini adalah pengakuan terhadap tantangan yang dihadapi planet kita dan pilihan untuk hidup sesuai dengan komitmen membuat perbedaan, meskipun itu berarti menyimpang dari jalur kehidupan tradisional.

5. Aspirasi Karier

Bukan rahasia lagi bahwa dunia korporat bisa sangat menuntut. Jam kerja yang panjang, tingkat stres yang tinggi, dan kebutuhan terus-menerus untuk membuktikan diri dapat memengaruhi kehidupan pribadi. Bagi anak muda yang bersemangat dengan kariernya, pikiran untuk menyeimbangkan pekerjaan yang menuntut dengan tanggung jawab menjadi orang tua dapat menjadi sesuatu yang menakutkan untuk dijalani bersaam. Mereka tahu bahwa keduanya membutuhkan waktu, tenaga, dan komitmen.

Beberapa orang memilih untuk fokus sepenuhnya pada pertumbuhan karier sebelum mempertimbangkan untuk menjadi orangtua. Mereka membuat keputusan untuk tidak membagi perhatian antara pengembangan profesional dan membesarkan anak. Ini bukan tentang memilih pekerjaan daripada keluarga, melainkan tentang memahami kapasitas diri sendiri dan membuat pilihan yang mencerminkan komitmen untuk memberikan yang terbaik, baik dalam karier maupun dalam peran sebagai orangtua.

Itulah beberapa alasan yang membuat childfree menjadi pilihan hidup bagi banyak Gen Z saat ini.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading