Sukses

Lifestyle

Butuh 23 Menit Kembali Fokus? Ini Cara Memperbaiki Rentang Perhatian yang Memendek

ringkasan

  • Penurunan rentang perhatian terbukti dari survei membaca dan kesulitan mahasiswa fokus pada buku, dipicu konten singkat dan ponsel pintar.
  • Penyebab utama adalah "ekonomi perhatian" yang dirancang untuk menarik fokus, serta "switch cost" akibat interupsi digital yang memicu dopamin.
  • Rentang perhatian dapat diperbaiki melalui praktik mindfulness, menjauhkan ponsel, istirahat berkualitas, tidur cukup, mengatasi kebosanan, detoks dopamin, dan menetapkan tujuan jelas.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, dalam seperempat abad terakhir, kemampuan kita untuk berkonsentrasi tampaknya mengalami penurunan signifikan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa rentang perhatian kita kian memendek, memicu kekhawatiran tentang bagaimana kita memproses informasi di era digital ini. Fenomena ini tidak hanya memengaruhi orang dewasa tetapi juga kaum muda, bahkan anak-anak.

Penurunan ini terlihat dari menurunnya minat membaca buku dan maraknya konten "brain rot" yang serba cepat. Perangkat seperti ponsel pintar dan platform media sosial seperti TikTok disebut-sebut sebagai pemicu utama, menawarkan dopamin instan yang mengikis kemampuan fokus jangka panjang.

Lantas, mengapa hal ini terjadi dan apa yang bisa kita lakukan untuk mengembalikan kemampuan fokus kita? Artikel ini akan membahas bukti-bukti penurunan rentang perhatian, penyebab di baliknya, serta strategi praktis untuk memperbaikinya agar Sahabat Fimela bisa kembali produktif dan menikmati hidup.

Bukti Nyata Penurunan Rentang Perhatian

Penurunan kemampuan fokus ini bukan sekadar perasaan, melainkan didukung oleh data konkret. Sebuah survei YouGov mengungkapkan bahwa 40 persen orang dewasa di Inggris tidak membaca buku dalam setahun terakhir, sementara lebih dari sepertiga telah berhenti membaca untuk kesenangan. Angka ini sangat mengkhawatirkan, menunjukkan pergeseran budaya membaca yang drastis.

Sir Jonathan Bate, seorang profesor sastra Inggris di Universitas Oxford, bahkan mengeluhkan kemerosotan kemampuan mahasiswanya. Ia menyatakan bahwa dahulu mahasiswa bisa membaca tiga novel seminggu, namun kini banyak yang kesulitan menyelesaikan satu novel dalam tiga minggu. Profesor Bate menuding ponsel pintar, video YouTube berdurasi enam menit, dan "dopamin instan dari TikTok" sebagai penyebab utama.

Fenomena konten berdurasi sangat pendek, terutama di TikTok, turut memperparah kondisi ini. Survei menunjukkan hampir separuh pengguna TikTok merasa video lebih dari satu menit "menekan", dan video di bawah 60 detik mendapatkan interaksi jauh lebih tinggi. Hal ini mencerminkan bagaimana media telah beradaptasi—atau mungkin mengalami kemunduran—untuk menyesuaikan diri dengan rentang perhatian yang semakin pendek.

Akar Masalah: Mengapa Fokus Kita Terkikis

Dr. Chris Fullwood, seorang siberpsikolog, menjelaskan bahwa rentang perhatian merujuk pada durasi seseorang dapat mempertahankan fokus tanpa terganggu. Ia menegaskan bahwa rentang perhatian bukanlah sifat tetap, melainkan dapat dipengaruhi lingkungan. Lingkungan modern kita, yang penuh rangsangan, didominasi oleh "ekonomi perhatian" di mana perusahaan berinvestasi miliaran untuk merancang teknologi yang menarik dan mempertahankan fokus kita.

Setiap kali kita memeriksa notifikasi, otak kita menerima sedikit dopamin, menciptakan rasa penghargaan yang membuat kita terus ingin kembali. Proses ini, yang dikenal sebagai "switch cost", membutuhkan waktu 23 menit 15 detik untuk kembali ke tugas semula setelah interupsi. Semakin sering kita beralih tugas, semakin otak kita terlatih untuk mengembara dan mencari stimulasi baru.

Kondisi ini diperparah oleh kurangnya pemahaman tentang bagaimana otak kita bekerja. Banyak dari kita tanpa sadar membiarkan diri terjebak dalam siklus interupsi digital yang terus-menerus. Ini menciptakan lingkaran setan di mana kemampuan kita untuk fokus jangka panjang semakin melemah, memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan mental.

Strategi Efektif Membangun Kembali Rentang Perhatian

Meskipun tantangan ini nyata, Sahabat Fimela tidak perlu khawatir. Rentang perhatian, seperti otot, dapat dilatih dan dibangun kembali. Para ahli menyarankan beberapa strategi efektif untuk membantu kita mendapatkan kembali kemampuan fokus yang optimal di tengah hiruk pikuk digital.

Salah satu pendekatan utama adalah praktik kesadaran atau mindfulness, seperti yang didorong oleh Profesor Marian Berryhill. Selain itu, menjauhkan ponsel dari jangkauan saat mengerjakan tugas penting adalah langkah krusial. Ini membantu membangun kebiasaan untuk tidak terus-menerus memeriksa perangkat, memungkinkan otak untuk fokus lebih lama.

Istirahat teratur dan berkualitas juga sangat penting; Mark menyarankan untuk pergi ke alam terbuka, bahkan hanya 20 menit, untuk meningkatkan pemikiran divergen. Tidur yang cukup juga berperan besar; penelitian menunjukkan semakin banyak tidur yang didapatkan, semakin lama seseorang dapat fokus. Sebaliknya, "hutang tidur" berkorelasi dengan lebih banyak waktu di media sosial.

Untuk mengatasi kebosanan, Sandi Mann menyarankan untuk membiasakan diri dengan tingkat stimulasi yang lebih rendah. Melakukan "detoks dopamin" dengan mematikan notifikasi atau menghapus aplikasi yang tidak perlu, serta meluangkan waktu untuk kegiatan "membosankan", dapat mengatur ulang reseptor dopamin. Terakhir, menetapkan tujuan yang jelas dan menuliskannya dapat menjadi pengingat visual yang kuat untuk tetap fokus pada tugas.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading