Sukses

Parenting

5 Pola Asuh Anak yang Salah dan Harus Dihindari Oleh Orangtua

Fimela.com, Jakarta Setiap orangtua pasti memiliki pola asuhnya masing-masing dalam urusan mendidik anak. Bagaimanapun pola asuhnya, alasannya pasti sama yakni ingin memberikan yang terbaik untuk anak dengan cara yang mereka yakini tepat dan benar. Hanya saja orangtua perlu menyadari ada beberapa pola asuh anak yang seharusnya dihindari karena dapat memberikan dampak buruk bagi anak.

Tidak akan ada yang menyangkal soal kasih sayang orangtua kepada anaknya bahkan karena alasan tersebut terkadang orangtua tidak sadar bahwa cara asuh yang ia lakukan salah dan malah bertentangan dengan niat awalnya. Sayangnya ketika hal tersebut terjadi, anak pun enggan dan bingung harus bagaimana memberi tahu bahwa hal itu salah, alhasil biasanya anak yang akan tertekan.

Salah satu pola asuh yang diyakini paling baik ialah pola asuh yang demokratis artinya tidak mengekang atau keras namun juga tidak membiarkan. Pola asuh ini dicirikan dengan kemampuan orangtua yang tahu batasan kapan harus tegas dan kapan harus lemah lembut, jadi tergantung kondisi dan situasinya.

Nah, buat para orangtua pastinya harus tahu pola asuh mana yang terbaik dan harus dihindari agar anak bisa bertumbuh dengan sangat baik. Untuk itu, Fimela.com kali ini akan membagikan informasi 5 pola asuh anak yang salah dan harus dihindari oleh orangtua. Simak informasi selengkapnya berikut ini.

Memberikan Segalanya

Pola asuh anak yang salah dan harus dihindari oleh orangtua ialah pola asuh yang memberikan segalanya pada anak tanpa mempertimbangkan apakah hal tersebut kebutuhan atau keinginan serta baik atau buruk bagi anak. Pola asuh ini jelas salah dan harus dihindari walaupun kesannya sangat menyayangi anak dan berusaha membahagiakannya.

Dampak buruk dari pola asuh ini adalah besar kemugkinan anak akan tumbuh menjadi anak yang manja serta tidak percaya diri dengan dirinya sendiri. Ia akan berpikir segala sesuatunya bergantung pada orangtua dan tentu sifat dan kepribadian ini tidak baik ditanamkan sejak dini karena akan memberi dampak ketika ia beranjak dewasa.

Keras dan Otoriter

Berikutnya, pola asuh yang salah dan juga harus dihindari ialah pola asuh yang keras dan otoriter. Pola asuh ini kebalikan dari pola asuh yang pertama yakni, yang rela memberikan segalanya pada anak. Pada pola asuh ini, orangtua menjadi pusat dari pola asuh tersebut bukan anak.

Sebaiknya pola asuh ini dihindari karena akan memberikan dampak psikis yang kurang baik bagi anak. Bukannya menjadi anak yang kuat, mereka malah bisa tumbuh dengan penuh rasa benci dan depresi sejak masih anak-anak. Jika orangtua tidak mau hal ini terjadi maka jangan menjadi keras dan otoriter pada anak, kekerasan bukan cara yang tepat untuk mendidik anak.

Hanya Memberi Materi Tanpa Perhatian

Pola asuh semacam ini bisa dibilang sebagai pola asuh yang paling banyak terjadi yakni, dimana orangtua berusaha mencukupkan kebutuhan materi anak tetapi lupa memberikan perhatian. Orangtua harus tahu bahwa yang dibutuhkan seorang anak tidak hanya materi atau dengan mudah terbayar dengan materi semata, mereka membutuhkan perhatian dari orangtuanya sendiri.

Memang ketika secara materi kebutuhannya terasa sudah terlengkapi dan terpenuhi semua namun ia akan merasakan kesepian bahkan iri pada anak lainnya yang hidupnya sederhana tetapi mendapatkan kasih sayang penuh dari orangtua. Jangan sampai salah mengartikan apa yang dibutuhkan anak, bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhannya penting namun kasih sayang juga bagian dari kewajiban orangtua yang menjadi hak anak.

Mengandalkan Jasa Pihak Ketiga

Kesibukan orangtua seringkali membuat mereka tidak sempat mengurus anak kemudian mencari alternatif pihak ketiga seperti asisten rumah tangga atau baby sitter. Orangtua berpikir hal tersebut tidak akan bermasalah namun menjadi solusi paling ideal. Namun, jika selama satu hari penuh anak jauh dari jangkauan orangtua dan hanya berinteraksi dengan penjaganya saja, maka hal itu juga tidak baik.

Bagaimanapun juga anak adalah tanggungjawab orangtua yang tidak bisa diremehkan hanya dengan mengandalkan pihak ketiga. Sesekali boleh meminta bantuan penjaga jika kondisinya sangat genting dan tidak memungkinkan namun untuk keseharian, anak harus tetap bersama orangtua agar tumbuh kembangnya dapat diawasi secara langsung.

Menjadikan Sistem Reward Sebagai Andalan

Terakhir, pola asuh anak yang salah dan harus dihindari ialah pola asuh yang mendewakan sistem reward pada anak. Sistem reward memang bagus namun tidak bisa selalu menjadi andalan untuk mendidik anak. Penggunaan sistem ini hanya akan membuat anak memiliki paradigma yang salah dalam mencapai sesuatu yang ia inginkan dalam hidup. Anak hanya akan berorientasi pada hasil.

Lebih parahnya, ketika ia tumbuh dan dewasa, kebiasaan ini membuatnya tidak bisa menghargai proses dan mudah stres ketika apa yang dia perjuangkan tidak membuahkan hasil. Boleh menggunakan sistem reward namun jangan lupa untuk memberikan apresiasi yang pantas atas apapun kerja keras yang telah ia lakukan dan katakana pada anak bahwa yang terpenting ialah belajar dari prosesnya bukan terpaku pada hasil.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading