Sukses

Parenting

3 Langkah Mengontrol Diri saat Marah pada Anak

Fimela.com, Jakarta Marah adalah emosiĀ alami manusia. Terkadang kemarahan bisa menjadi hal yang baik. Misalnya, kemarahan mungkin memberi kita energi untuk menyelesaikan sesuatu atau membela apa yang kita yakini.

Mengelola kemarahan kita dengan cara yang positif dan sehat juga dapat memberi kita kesempatan untuk memberikan contoh yang baik bagi anak-anak kita. Misalnya, ketika kita menarik napas dalam-dalam atau berjalan menjauh daripada meledak, kita menunjukkan kepada anak-anak kita bagaimana harus bersikap.

Tetapi kemarahan bisa menjadi negatif, terutama jika itu sering terjadi di luar kendali. Kehilangan kesabaran saat kita marah dapat memperburuk masalah dan menyebabkan konflik dengan orang lain. Ketika kita tidak memberi diri kita waktu untuk menenangkan diri, kita mungkin mengatakan atau melakukan hal-hal yang tidak membantu atau menyakitkan. Selain itu, anak perlu merasa aman dan terlindungi untuk tumbuh dan berkembang, jadi berada di sekitar banyak konflik dan teriakan tidak baik untuk mereka.

Terkadang kemarahan atau frustrasi anak kita dapat membuat kita merasa marah. Misalnya, jika anak kita marah dan berbicara kasar kepada kita atau tidak melakukan apa yang kita minta, kita mungkin merasa diri kita juga marah. kita mungkin mendapati diri kita menyerang balik pada saat itu dan menyesalinya nanti. Terkadang juga, tidak punya ruang untuk sendiri menjadikan kita merasa sedih, sendiri, bahkan marah.

Simak 3 langkah mengatasi kemarahan pada anak yang dilansir dari Raising Children.

Langkah 1: Identifikasi kemarahan

Langkah pertama untuk mengelola kemarahan adalah dengan memperhatikan tanda-tanda awal. Sangat penting untuk mengetahui dan mengatakan bahwa kita sedang marah, meskipun itu hanya untuk diri sendiri. Misalnya, 'Ini membuatku marah' atau 'Aku bisa merasakan diriku marah di sini'.

Langkah 2: Cobalah untuk tenang

Setelah melihat tanda-tanda awal kemarahan, cobalah untuk melakukan beberapa hal untuk mulai menenangkan diri.

  • Misalkan dengan memperlambat pernapasan. Tarik napas selama dua detik dan buang napas selama empat detik. Lakukan ini beberapa kali sampai detak jantung melambat.
  • Lakukan sesuatu yang menenangkan, seperti mendengarkan musik, membolak-balik majalah, atau hanya melihat ke luar jendela, atau keluar sejenak untuk berjalan.
  • Mandi air hangat.
  • Bicaralah dengan seorang teman tentang bagaimana perasaanmu

Tanda-tanda bahwa kita sudah tenang yaitu detak jantung melambat dan otot-otot terasa rileks.

Langkah 3: Renungkan situasinya

Jika merasa sudah tenang, mungkin ada baiknya untuk merenungkan apa yang baru saja terjadi. Ini dapat membantu kita untuk belajar dari pengalaman dan menangani situasi serupa dengan lebih baik di masa depan. Bertanya pada diri sendiri:

'Seberapa penting ini? Mengapa saya sangat kesal tentang hal itu?ā€™

'Bagaimana saya ingin menyelesaikan situasi ini?'

'Apakah saya perlu melakukan sesuatu tentang ini, atau bisakah saya membiarkannya begitu saja?'

Tidak apa-apa untuk merasa marah, hal yang tidak boleh sampai terjadi ialah berteriak atau menyakiti seseorang.

Mengutip dari Empowering Parents, ketika kita bisa mengendalikan diri, anak-anak juga biasanya akan tenang. Ingat, ketenangan itu menular, begitu juga dengankecemasan. Terbukti bahwa kecemasan orang tua terhadap anaknya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kecemasan anaknya.

Ā 

*Penulis: Jeihan Lutfiah Zahrani Yusuf.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading