Sukses

Informasi Umum

  • JenisJasa keuangan/publik
  • Didirikan21 Februari 1957 (sebagai Bank Central Asia NV)
  • PendiriLiem Sioe Liong
  • Tokoh KunciDjohan Emir Setijoso (Komisaris), Jahja Setiaadmadja (CEO), Armand Hartono (Direktur)
  • PemilikDjarum
  • Anak UsahaBCA Isurance, BCA Finance

Visi dan Misi

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memiliki visi, yaitu "Menjadi bank pilihan utama andalan masyarakat yang berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia". Untuk mewujudkan visinya tersebut, Bank BCA mewujudkannya dengan melakukan misinya, antara lain:

  1. Membangun insitusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perorangan;
  2. Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan finansial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah;
  3. Meningkatkan nilai francais dan nilai stakeholders BCA.

Sejarah Aset

Mendukung pemulihan ekonomi berkelanjutan, PT Bank Central Asia Tbk/BCA (BBCA)  terus memperkuat ekosistem digital. Hal ini diyakini mampu memberikan layanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan nasabah.

Sejalan dengan hal tersebut, rata-rata kredit pada 2020 mengalami pertumbuhan 4,7 persen secara Year on Year (YoY), sedangkan fasilitas kredit untuk bisnis meningkat 5 persen di periode yang sama.

Meski demikian, pelemahan aktivitas bisnis tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga akhir Desember 2020 total kredit BCA turun 2,1 persen YoY menjadi Rp575,6 triliun.

Secara konsolidasi total kredit hanya mencapai Rp588,7 triliun atau melemah 2,5 persen YoY. Namun, BCA dan entitas anak mampu mencatatkan pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) hingga 11,2 persen secara YoY menjadi Rp45,4 triliun. Hal ini ditopang oleh peningkatan likuiditas, biaya dana yang lebih rendah, dan perlambatan belanja operasional.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja saat memberi paparan kinerja kerja Bank BCA di Jakarta, (3/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Sementara itu, laba bersih yang didapatkan turun 5 persen YoY menjadi Rp27,1 triliun, karena biaya pencadangan yang lebih tinggi untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset.

Dari sisi pembiayaan, kredit korporasi meningkat 7,7 persen YoY menjadi Rp255,1 triliun. Sementara itu, kredit komersial dan UKM menurun 7,9 persen YoY menjadi Rp186,8 triliun.

Pada portofolio kredit konsumer, KPR turun 3,7 persen YoY menjadi Rp90,2 triliun, KKB terkontraksi 22,6 persen YoY menjadi Rp36,9 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit turun 20,6 persen YoY menjadi Rp11,2 triliun.

Secara total, kredit konsumer terkontraksi 10,8 persen YoY menjadi Rp141,2 triliun. Penurunan outstanding tersebut disebabkan oleh tingkat pelunasan (repayment) yang lebih tinggi dibandingkan pemberian fasilitas kredit baru.

Dari total portofolio kredit, sekitar 21,6 persen atau Rp127,2 triliun merupakan portofolio kredit keuangan berkelanjutan dalam rangka mendukung implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG).

“Hingga akhir Desember 2020, BCA membukukan restrukturisasi kredit sebesar Rp104,2 triliun atau sekitar 18 persen dari total kredit, yang berasal dari sekitar 100.000 nasabah,” kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja.