Eksklusif, Marshanda Buka-bukaan Masalah Ayah, Anak, dan Bipolar

Musa Ade diperbarui 04 Apr 2016, 08:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Marshanda merupakan salah satu selebriti Indonesia yang kerap menerima komentar miring dari para netizen. Namun saat ayahnya diamankan oleh petugas dinas sosial, semua komentar negatif tiba-tiba berubah menjadi pujian.

***

Mungkin Anda ingat dengan video curahan hati Marshanda yang beredar di dunia maya. Pandangan publik terhadap wanita cantik kelahiran 10 Agustus 1989 ini pun tiba-tiba berubah drastis.

Tak lama kemudian, baru terungkap jika Marshanda mengalami gangguan yang disebut bipolar. Beberapa psikolog mengungkap jika gangguan tersebut terjadi karena tekanan yang dialaminya sejak kecil. Selain itu, pekerjaan yang meguras tenaga, otak, bully, dan pengaruh gaya hidup orang-orang di sekitarnya juga menjadi penyebab.

Kariernya sempat terhambat dan untuk sementara ia menghilang dari dunia hiburan. Tak lama kemudian, ia kembali muncul dengan kondisi yang prima. Selain itu penampilannya juga baru, ia memutuskan untuk berhijbab.

Pandangan publik yang sebelumnya negatif perlahan berubah, terlebih setelah ia menikah dengan Ben Kasyafani. Sayangnya, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Setelah tiga menikah dan dikaruniai seorang putri cantik yang diberi nama Sienna. Marshanda memutuskan mengajukan gugatan cerai.

Drama pun kembali berlangsung. Marshanda dikabarkan tidak lagi bisa dikendalikan dan berbuat sesuka hatinya. Alhasil, menginggat kondisinya yang dianggap tak memungkinkan, hak asuh atas Sienna jatuh ke tangan Ben Kasyafani.

Pandangan publik ke Marshanda semakin parah ketika ia memutuskan melepas jilbab yang selama ini menutup auratnya. Akibatnya ia menuai hujatan dan tudingan miring. Haters pun tumbuh subur dan selalu menghujat setiap perilakunya.

Akan tetapi hidup Marshanda tidak berisikan sisi gelap saja. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu dengan sang ayah, akhirnya ia bertemu juga. Meskipun ada cerita miris yang terkuat, terkait kondisi sayang ayah yang cukup menyedihkan. Ayahnya mencari uang dengan cara mengemis, dan saat ditemukan kondisi kesehatannya sangat buruk.

Sikap Marshanda yang menerima sang ayah apa adanya telah mengembalikan simpati publik kepadanya. Lantas, seperti apa cara Marshanda memanfaatkan 'kelebihan' yang ia punya? Rencana apa saja yang akan ia lakukan setelah bertemu dengan sang ayah? Dan seperti apa hubungan ia dengan Ben Kasyafani dan Sienna? Berikut wawancara eksklusif Bintang.com dengan Marshanda.

 

2 dari 3 halaman

Irwan Yusuf, Sienna, dan Ben Kasyafani

Seperti apa hubungan Marshanda dengan Ben Kasyafani dan Sienna? (Fotografer: Andy Masela, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri)

Bisa dibilang Marshanda sudah kenyang dengan komentar-komentar negatif tentang dirinya di sosial media. Namun sikap Marshanda yang menerima ayahnya apa adanya menjadi ispirasi bagi sebagian orang.

Sekarang sedang sibuk apa?

Saat ini aku sedang fokus pada sebuah film baru yang judulnya Tiga Pilihan Hidup yang dibuat oleh Badan Narkotika Nasional (BNN). Banyak sekali nama-nama pemain hebat di film ini, dan aku sangat senang sekali terlibat dalam film ini. Karena sekarang aku banyak waktu kosong dibanding waktu dulu jaman stripping sinetron. Sekarang waktuku lebih seimbang, aku bisa bertemu sosialisasi, keluarga, anak, jalan-jalan, dan bekerja dengan jaman yang lebih reasonable.

Bagaimana kabar Sienna, sudah bisa apa saja sekarang?

Sienna sekarang sudah berumur tiga tahun. Dia sudah bisa menyanyi dan menari pakai koreografi sendiri, dan sudah preschool.

Seperti apa komunikasi dengan Sienna?

Kapanpun aku bisa bertemu dengan Sienna.

Bagaimana komunikasi dengan Ben Kasyafani?

Dia sering main ke apartemen. Jadi kalau datang ke apartemen, seharian gitu ama Sienna. Kita juga sering jalan-jalan ke mall bertiga. Hubunganku dengan Ben sangat baik. Aku sangat bersyukur sekali. Aku senang jika Ben senang, dia juga sering cerita tentang kerjaan. Kita juga saling mendukung dan aku sangat bersyukur sekali untuk itu.

Kapan pertama kali tahu ayah diselamatkan oleh petugas dinas sosial?

Malam sebelum hari aku jengguk ayah, itu aku dapat kabar dari temenku. Aku juga tahu dari berita. Dan malam itu juga aku datang ke dinas sosial di Cipayung namun aku tidak boleh masuk karena harus menunggu jam berkunjung.

Soal ayah, apa lagi yang akan Anda lakukan untuk ayah?

Kita sudah ada tempat tinggal untuk papa. Kalau tempat tinggal, keluarga dari papa yang nentuin tapi aku bisa main ke sana kapan saja. Soal kesehatan papa, kemarin matanya infeksi dan deman-deman itu sudah kita bawa ke dokter. Dan aku senang sekali bertemu dengan papa karena sempat hilang kontak.

Terkejut tidak, mengetahui ayah diselamatkan oleh petugas dinas sosial?

Aku tidak kaget sih, karena sudah tahu dari dulu keadaan papa memang sulit. Dan keluarga sudah memberikan yang semaksimal mungkin. Tapi kalau mau merubah seseorang, kita harus menghormati proses orang tersebut. Kalau orangnya memang berubahnya hanya 10 persen, ya sudah kita harus hormatin. Jadi aku tidak mau melanggar dan menghormati hak papa atas pilihan-pilihan di kehidupannya. Jadi yang aku bisa adalah memberikan dukungan yang maksimal dari berbagai aspek. Begitu juga dengan kakak-kakaknya dari papa yang selama ini memang mengurusi papa.

Prioritas apa yang akan dilakukan untuk ayah?

Yang pasti tempat tinggal, kesehatan, dan pekerjaan itu akan semua kita support. Aku senang dan berterima kasih sekali karena setelah kejadian kemarin, aku mendapatkan support yang luar biasa dari teman-teman media, penggemar, followers di sosial media, sahabat-sahabatku. Aku benar-benar menghargai support dan kasih sayang kalian semua. Karena aku tahu memang banyak sekali orang-orang yang peduli terhadap kebaikanku dan keluargaku, jadi aku berterima kasih.

3 dari 3 halaman

Bipolar

seperti apa cara Marshanda memanfaatkan 'kelebihan' yang ia punya? (Fotografer: Andy Masela, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri)

Sebagai penyandang bipolar, Marshanda bisa dibilang kerap menjadi pembicara pada seminar-seminar tentang bipolar. Ia melakukan hal tersebut bukan tanpa alasan.

Anda getol sekali mensosialisasikan soal bipolar, apa motivasi yang paling utama?

Karena banyak orang di Indonesia yang mengalami tantangan mental seperti stres, depresi, bipolar disorder, dan banyak lainnya. Tapi sangat disayangkan di Indonesia, penyuluhan tentang mental illness, cara mengatasi stres, dan segala hal yang berhubungan dengan tekanan itu sangat minim sekali. Akhirnya di Indonesia timbul banyak stigma, oleh karena itu orang yang mengalami stres akhirnya memutuskan untuk menutup diri tanpa tahu cara mengatasinya.

Sebagai pengidap bipolar Anda percaya diri sekali, bagaimana menularkan rasa percaya diri ini pada orang lain?

Dengan berbagai tentang pengalamanku sendiri. Aku sudah merasakan nikmat yang luar biasa dari belajar tentang semua ilmu psikologi. Pada setiap agenda bipolar, aku selalu berbagi pengalaman dan pengertian tentang bahayanya tantangan mental jika tidak diatasi secara tepat.

Seperti apa Anda menyikapi masyarakat yang masih memandang sebelah mata terhadap pengidap bipolar?

Sebagai seseorang yang mengalami bipolar, aku memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang memprihatinkan. Karena masyarakat yang memberikan stigma kepada pengidap bipolar, mereka tidak akan bisa menerima kekurangan tersebut jika ada orang terdekatnya yang mengalami kekurangan.

Bagaimana perhatian pemerintah pada kaum pengidap bipolar?

Pemeritah harus lebih banyak belajar juga tentang fungsi dari mempelajari hal-hal tersebut. Supaya pemerintah tahu apa efek tantangan mental terhadap kesehatan. Menurut penelitian, 80% penyakit timbul karena pikiran dan 20% lagi karena faktor biologis. Jika pemerintah sendiri terjun ke dalam seminar-semintar tentang tantangan mental, mereka akan mengerti pentingnya hal ini untuk dibagi ke masyarakat. Karena hal ini dapat menurunkan jumlah orang yang bunuh diri dan tindakan kriminal.

Apakah kaum pengidap bipolar juga bisa berprestasi dan sukses?

Sebenarnya pengidap bioplar itu mempunyai IQ yang sangat tinggi, asal mereka bisa menjaga diri. Oleh karena itu para pengidap bioplar harus belajar tentang bipolar itu sendiri. Sehingga tahu bagaimana cara mengatasinya, jika sudah tahu cara mengatasinya maka kita dengan sangat mudah akan memanfaatkan aspek-aspek luar biasa dan menetralkan efek-efek buruk. Contoh-contoh pengidap bipolar yang mempunyai prestasi yaitu Albert Einstein, Nikola Tesla, Van Gogh, Mel Gibson, Jim Carrey, dan Demi Lovato.

Seberapa besar pesan dan dukungan keluarga untuk upaya penyembuhan bipolar?

Sangat luar biasa dukungan dari keluarga. Kalau mama banyak sekali belajar tentang bipolar dengan subscribe ke website-website yang mengajarkan tentang bipolar. Aku juga punya sahabat-sahabat yang mendukung.

Apa pengalaman Anda yang paling mengharukan soal bipolar?

Banyak sekali pengalaman yang mengharukan. Akan tetapi ada satu hal yang paling membanggakan ketika saat proses penyembuhan, aku memberanikan diri untuk terbuka ke publik jika aku merupakan pengidap bipolar. Aku melakukan hal tersebut sebagai bentuk ketidaktakutanku untuk berbagi ke publik tentang kekuranganku. Karena mungkin aku punya cara pandang bahwa seorang dianggap panutan itu definisinya bukan seorang yang sempurna dan tidak punya kekurangan. Seorang panutan adalah seseorang manusia biasa yang punya kelebihan dan kekurangan. Selain itu seorang panutan tidak akan menunjukan hal yang baik saja kepada publik tetapi juga mengaku jika mempunyai kekurangan.