Editor Says: Kasus Ferry Irawan, Bukti Bangsa Kita 'Salah Asuhan'

Riswinanti diperbarui 17 Jun 2016, 13:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Satu lagi tindakan fenomenal kembali dilakukan selebriti Indonesia. Kali ini giliran Ferry Irawan yang diduga melakukan kekerasan pada petugas Suku Dinas Penataan Kota Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Dua petugas yang datang ke rumah di Jalan Sarinah nomor 25, Pangadegan, Pancoran, Jakarta Selatan dibikin ketakutan oleh tembakan pistol seorang pria yang disinyalir adalah Ferry Irawan.

Petugas pun langsung melaporkan aksi 'koboi' ini kepada pihak yang berwajib. Namun tak lama setelah kasus ini bergulir, Ferry membantah kabar tersebut dan menyatakan dirinya telah difitnah.

"Saya merasa disudutkan dan difitnah, karena tak meminta atau mengkonfirmasi kebenarannya dari kedua belah pihak. Tidak benar, saya bukan tipe seperti itu. Tidak ada tujuan saya menakut-nakuti petugas. Apalagi menodongkan senjata kepada yang bersangkutan," kata Ferry Irawan, melalui pesan singkat, Kamis (16/6/2016).

Investigasi pun dilakukan untuk membuktikan kebenaran kasus ini. Namun terlepas dari benar tidaknya penembakan yang dilakukan Ferry, ada satu fakta miris yang terkuak. Premanisme dan kekerasan rupanya telah mendarah daging dalam tubuh bangsa ini.

Memang, sebagai makhluk sosial, dinamika kehidupan menjadi hal yang tak mungkin dihindarkan. Interaksi sesama yang awalnya dilakukan demi tujuan positif, pada akhirnya akan menimbulkan berbagai gesekan dan bibit perseteruan. Namun kita tidak boleh lupa bahwa sebagai makhluk yang beradab, kita diajarkan untuk bertoleransi dan menghargai perbedaan yang ada, demi menjaga keseimbangan masyarakat.

Salah satu hal yang harus kita perhatikan adalah bagaimana mengungkapkan rasa tidak setuju maupun tidak suka pada orang di sekitar kita. Sebagai bangsa yang menjunjung budaya timur, kita dibiasakan untuk mengajukan protes dengan cara yang benar, tanpa melukai harga diri dan perasaan orang lain, apalagi sampai menimbulkan rasa takut dan tidak nyaman.

Faktanya, jika benar terbukti, pria yang melakukan kekerasan pada petugas IMB tersebut mungkin lupa bagaimana cara menghargai keberadaan orang lain. Pria yang diduga Ferry Irawan itu mungkin merasa privasinya direnggut, sehingga melupakan bahwa ada payung hukum yang harus dia perhatikan. Alhasil, tanpa memandang akibat yang akan terjadi, dia melakukan cara yang cukup ekstrim.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Ketika Kekerasan Menodai Ibu Pertiwi

Nyatanya, kekerasan seperti yang dilakukan terduga Ferry Irawan hanyalah satu dari sekian banyak kekerasan yang terjadi di masyarakat kita. Kita pun tak mungkin lupa aksi yang dilakukan Parto Patrio pada tahun 2004 silam. Rasa kesalnya pada awak media langsung ditunjukkan dengan tembakan pistol di udara, hampir sama seperti kasus Ferry Irawan.

Banyaknya kasus kekerasan yang melibatkan nama selebriti selama beberapa tahun terakhir juga menjadi fakta miris yang melanda bangsa ini. KDRT, perkelahian, pemukulan, pelecehan seksual, bahkan bullying di media sosial kini bukan lagi aib, melainkan seolah menjadi hal membanggakan untuk menunjukkan siapa yang berkuasa dan layak disegani.

Namun fenomena kekerasan di kalangan selebriti ini tentunya menimbulkan pertanyaan baru. Jika public figure saja berani melakukan tindakan kurang terpuji secara terang-terangan, lalu bagaimana masyarakatnya yang lain? Dan kita tahu bahwa jawaban pertanyaan ini benar-benar membuat kita terpukul.

Sebagaimana kita tahu, belakangan laporan tindak kekerasan dan pelanggaran norma semakin meningkat. Media massa dibanjiri dengan berita perkosaan dan pembunuhan sadis. Salah satu kasus yang bikin merinding adalah kasus Enno Parihah yang diperkosa sebelum akhirnya dibunuh dengan cangkul. Sebelumnya, berbagai kasus seperti perkosaan Yuyun oleh 14 pemuda, serta pembunuhan Angeline juga sempat membuat publik tak habis pikir.

Berbagai kejadian tersebut seharusnya menjadi bahan renungan. Sudah seharusnya kita melakukan introspeksi dan mencari tahu apa yang salah dengan bangsa kita. Karena jika hal ini berlanjut, kita tak bisa membayangkan hal sadis macam apa lagi yang akan terjadi di kemudian hari.

Pada akhirnya, satu hal nyata yang harus kita lakukan adalah mengevaluasi kembali pola asuhan yang selama ini dilakukan masyarakat. Sudah saatnya kita mencari nilai yang hilang dalam moral bangsa kita, karena pada akhirnya semua tindakan yang kita lakukan hari ini akan dipertanggungjawabkan di depan Tuhan. Semoga kasus Ferry Irawan, Enno Parihah, Angeline, dan lain-lain bisa menjadi bahan renungan untuk membentuk moral bangsa yang lebih baik.