Berita Hari Ini: Si Juki, Pesut Mahakam, Layanan Kesehatan

Gadis Abdul diperbarui 03 Jan 2017, 17:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Buat kamu-kamu yang suka baca komik, pasti sudah nggak asing lagi dengan karakter komik yang satu ini, yakni Si Juki. Kini komik karya Faza Meonk ini hadir dalam bentuk stiker kocak di media sosial Facebook lho.

Dilansir dari Antara, Facebook dan Pionicon, manajemen yang menaungi karakter Si Juki, membuat stiker tersebut dengan inspirasi dari respons netizen Indonesia di media sosial Facebook.

Beberapa respons yang ditampilkan dengan stiker bergaya kocak di Facebook, yakni “Titip Sendal”, “Nice Info”, atau “Izin Share”. Faza Meonk mengatakan Si Juki menjadi karakter asli Indonesia pertama yang berkolaborasi langsung dengan Facebook. "Karena dirilis secara global, dengan hal ini diharapkan Si Juki bisa memperkenalkan Indonesia di mata dunia," kata Faza dalam keterangan pers.

Jika Juki membawa kabar bahagia, maka dalam berita hari ini juga ada kabar yang menyedihkan dari dunia fauna Indonesia. Dilansir dari Antara, Peneliti Yayasan Konservasi "Rare Aquatic Species of Indonesia" (RASI) Danielle Kreb mengungkapkan, populasi "Orcaella brevirostris" (Pesut Mahakam) atau lumba-lumba air tawar saat ini semakin terancam.

"Hingga saat ini, populasi Pesut Mahakam diperkirakan tersisa 75 hingga 80 ekor dengan wilayah jelajah hanya kawasan sungai di Kabupaten Kutai Kartanegara," ujar Danielle Kreb, dihubungi Antara dari Samarinda. Bukan soal kualitas air, Danielle menjelaskan bahwa kematian Pesut Mahakam disebabkan karena faktor lain.

"Selama ini, kami tidak pernah menemukan kematian anak pesut Mahakam, seperti yang terjadi di Sungai Mekong. Rata-rata, kematian pada pesut dewasa akibat terjaring dan ditabrak ponton. Sehingga, kualitas air Sungai Mahakam tidak terlalu berdampak pada populasi Pesut Mahakam tersebut," jelas Danielle Kreb.

Selain dua berita di atas, satu berita lainnya dari dunia kesehatan, yaitu soal kebanyakan anak Indonesia yang enggan memanfaatkan layanan kesehatan. Diberitakan oleh Antara, setidaknya 62,76 persen, anak Indonesia yang berusia 0 hingga 17 tahun enggan untuk memanfaatkan layanan umum kesehatan.

Kepala Biro Perencanaan dan Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Titi Eo Rahayu mengatakan bahwa anak-akan tersebut umumnya memilih untuk melakukan pengobatan sendiri. Ada dua alasan tertinggi mengapa anak tidak berobat jalan saat mengeluhkan kesehatannya, yaitu mengobati sendiri dan merasa tidak perlu berobat jalan (29,78 persen).

Namun Titi juga menambahkan sebagian anak di pedesaan tidak berobat jalan karena tidak memiliki biaya sekitar 4,83 persen. Angka tersebut relatif lebih tinggi daripada di perkotaan yang hanya sekitar 2,02 persen.