Eksklusif Paquita Genuschka, Penyiar yang Mimpi Jadi Tukang Masak

Lanny Kusuma diperbarui 12 Mei 2017, 09:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Paquita Genuschka, penyiar yang suaranya kerap menemanimu di jalanan ini ternyata tak hanya menggeluti dunia radio. Ya, cewek yang akrab disapa Genus ini kini tengah menjajaki mimpinya untuk menjadi seorang tukang masak andal yang memiliki sebuah restoran. Baginya hidup adalah membuat diri bahagia, dengan memilih dan menjalani apa yang disukai yaitu memasak dan menjadi seorang penyiar radio.

***

Genus menganggap pekerjaan dijalaninya kini adalah sebuah profesi yang bisa membuatnya bahagia. Bahagia yang bukan hanya sekedar diukur dari pendapatan yang ia terima, melainkan kepuasan batin yang tak pernah bisa dinilai lewat nominal.

Menjalani profesi di dunia radio sejak tahun 2011, ia mengakui selalu mendapatkan tantangan yang membuatnya terus belajar, meski tak sedikit yang mengingatkannya agar tak terjebak dalam zona nyamannya. "Mungkin ada yang bilang kalau itu comfort zone, lo nggak bisa terus-terusan di sana segala macem. Cuma menurut aku, aku masih mendapatkan tantangan kok dari apa-apa yang aku lakukan," ujarnya kepada Bintang.com.

Meski namanya telah eksis mengudara di radio, namun Genus tak berhenti sampai di situ. Ya, kini dirinya telah menjadi seorang tukang masak seperti yang ia inginkan, dan memiliki katering dengan nama Your Personal Chef, di mana ia menyajikan berbagai menu makanan sehat. 

Menjalani profesi sebagai tukang masak, Genus mengaku bahwa ini adalah salah satu hal yang bisa membuatnya bahagia. "Karena aku ingin menjalani hidup dengan apa yang bikin aku bahagia. Memasak membuat aku sangat bahagia. Mau lagi sedih, banyak masalah, mau nggak punya uang, masak tuh selalu bikin senang aja gitu. Walaupun at the end nggak dimakan sendiri," ujarnya.

Namun, meski Genus menjalani dua profesi yang menyenangkan, kadang ia juga mendapatkan pandangan miring atas apa yang dia kerjakan. Sosoknya yang jarang mengeluh dan selalu terlihat ceria justru membuat banyak orang menilai dirinya hanya menjalani pekerjaan sepele. Lewat wawancara eksklusif bersama Bintang.com, berikut adalah kutipan wawancara Paquita Genuschka tentang suka, duka dan kecintaannya pada dunia radio dan memasak.

2 dari 3 halaman

Menjadi Tukang Masak dan Impian Punya Restoran

Eksklusif Paquita Genuschka. (Fotografer: Febio Hernanto, Stylish: Indah Wulansari, Makeup: @ida_uni, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Bagaimana awalnya bisa menggeluti dunia memasak?

Kalau ditarik mundur kenapa aku tertarik sama masak, itu karena nenek aku yang dari papa suka banget masak. Masakannya tuh 'amburadul' banget enaknya. Bikin aku jadi betah di dapur, nyomot-nyomot makanan, di situlah awal mula suka memasak.

Sampai ya sudah suka masak, suka baca buku masak, suka baca menu, terus akhirnya memutuskan untuk menyeriuskan hobi tersebut ketika lagi kerja di Prambors, padahal itu udah 3 tahun kerja di sana sebagai produser.

Sempat sekolah masak juga ya?

Waktu itu aku merasa stuck gitu. Ini dijalani setelah lulus kuliah. Nah abis selesai kuliah itu aku memutuskan untuk sekolah masak. sekolah masaknya itu sebenarnya kayak short course gitu sih, bukan terlalu formal karena kata mama aku ngapain sih sekolah lama-lama lagi, ya sudah yang cepat aja, biar cepat kerja dan cari duit, ya bener juga sih, ngapain buang-buang waktu kan?

Hasil dari sekolah masak?

Selesai short course itu awalnya aku bikin katering dulu, karena selesai short course temanku ada yang mau diet gitu, terus dia minta dibikinin menu low calories selama seminggu. akhirnya aku masakin teman aku selama seminggu, ya sudah sambil iseng-iseng aja nge-share di Path, terus banyak yang komen mau coba, nah ya sudah akhirnya aku masak yang kedua, tiga, empat kali, akhirnya sampai yang ke enam dan ketujuh itu udah nggak ada teman-teman aku, isinya udah orang lain, bener-bener customer pengen pesan makanan.

Range harga?

Range harga kalau per makanan kurang lebih Rp70.000 satu menu, kalau seminggu tanpa biaya antar itu Rp 700.000. Jadi tergantung diantarnya ke mana, Kalau memang nggak mau terbebani dengan biaya antar, kadang mereka ambil sendiri, jadi bisa diambil dan pick up di dapur aku.

Bagaimana cara menyajikan makanan sehatnya?

Aku banyak baca buku, browsing dan tanya-tanya juga. kayak pernah konsul sama teman yang ngerti bagian gizi dan kesehatan. Tapi initinya kalau nggak pake minyak, MSG, cheesee, butter-nya lowfat, pokoknya dari segi minyak-minyak dan lemak-lemak, MSG itu kita kurangin ngaruh banget ke badan kita.

Masak makanan sehat bawa pengaruh ke diri sendiri juga?

Dulu sebelum aku mencoba makan-makan sehat, berat aku sempat 90kg lebih, tapi semenjak kerja di Sultan, makannya diatur, ya sudah menurun pelan-pelan.

Selain punya katering, impian apa yang ingin dicapai dari dunia masak memasak?

Goal aku itu sebenarnya pengen punya restoran. Kalau mau buka restoran harus merasakan di dapur tuh kayak apa, dapur profesional, apalagi dapur hotel kan hectic banget.

Mau punya restoran apa?

Aku pengen punya restoran sendiri, masak apa yang gue suka. Yang jadi passion aku adalah kalau aku masak daging, entah dibikin steak, di oven, atau bikin burger, interest aku itu di daging. Kalau masak daging itu happy aja gitu, karena dibanding ayam, ikan, aku tuh suka daging. Makan daging doang juga nggak masalah asal dibumbui dengan benar. Jadi mimpi aku adalah bikin burger joint, yang burgernya benar-benar enak, pokoknya yang rasanya benar-benar original, american burger. Dengan cara masaknya, tempatnya, dekorasinya, pokonya impian aku adalah bikin burger joint.

Sudah merasakan dapur profesional?

Aku sempat magang di Hotel Sultan. Benar-benar yang sembilan jam aku kerja, sembilan jam aku berdiri di dapur, nggak ada celahnya, benar-benar abis motong ini nyiapin ini, ngipasin nasi biar begini, abis itu ada order dari kamar bikin burger, nggak ada celahnya banget ya di hotel itu.

Di situ aku benar-benar belajar sih, ternyata seperti itu di belakangnya, tak semanis masak di youtube, semanis Farah Quin atau chef Marinka yang bisa masak pake dress, tidak ada. Lo kalau di dapur profesional nggak pake safety shoes, lo berdiri aja bisa kepeleset saking licin dan berminyaknya.

3 dari 3 halaman

Antara Siaran dan Memasak

Eksklusif Paquita Genuschka. (Fotografer: Febio Hernanto, Stylish: Indah Wulansari, Makeup: @ida_uni, Digital Imaging: M. Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Lebih pilih Siaran atau masak?

Money way sih lebih enak siaran sih ya. lo cuma kerja 4 jam, paka baju terserah. waktu itu gue pernah abis putus, karena saking kayak stresnya, entah sedih, entah galau, terus gua siaran cuma pakai hoodie, leging, sandal jepit, terus bener-bener nggak mandi, nggak dandan, ya sudah di ruang siaran aja, nonton tv, pesan makanan. Lo kerja cuma empat jam sehari tapi ya menyenangkan banget dari sisi sallary-nya, ketemu sama artis-artisnya, orang-orang barunya, fun aja. Karena kalau di radio itu harus update akan apapun, mulai artis sampai lagu, mulai dari berita apa di luar sana, jadi kerjanya tuh edukatif gitu. Nggak cuma duduk di depan meja, ngetik terus jam 5 pulang, wah kayaknya aku nggak bisa sih kerja kantoran kayak gitu.

Kalau dari hati?

Tapi misalkan kalau dari hati, maksudnya mana yang benar-benar pengen aku kerjain kayaknya at the end masak sih. Karena aku ingin menjalani hidup dengan apa yang bikin aku bahagia. Memasak membuat aku sangat bahagia. Mau lagi sedih, banyak masalah, mau nggak punya uang, masak tuh selalu bikin senang aja gitu. Walaupun at the end nggak dimakan sendiri, karena kalau dimakan sendiri nggak ada rasanya. Terus dikasih orang, melihat ekspresi orang yang makan makanan kita itu akan kelihatan makanan kita enak atau nggak. Kalau beneran enak dari matanya, mukanya, dari cara mereka makan tuh keliatan kalau mereka menikmati makanan kita, dan itu sih kepuasan yang akan aku pertahankan. 

Merasa bahagia nggak sih menjalani dua profesi ini?

Gue benar-benar melakukan apa yang aku suka. Dari melek sampai tidur tuh nggak ada seharipun aku mengeluh di social media soal betapa ngeboseninnya kerjaan aku, betapa macetnya kehidupan ini. Karena aku bangun aku langsung masak wich means itu adalah moodboster aku melakukan apa yang aku suka. Siangnya bisa main, nonton, lo semua pada rebutan kan weeknd mau nonton? Saya siang bolong nonton tanpa perlu desak-desakan, ngumpet-ngumpet bolos dari kantor. Abis nonton bisa main, nyalon, aku melakukan itu dengan leluasa, ketemu teman-teman yang jam kerjanya sama kayak aku. Sorenya ke Prambors, ketemu teman-teman, terus siaran yang notabene ngobrol, nonton tivi, pesan makanan, jadi kayak living life aja gitu. 

Seberapa besar cinta genus untuk pendengar?

kalau dari 1-10 ya 10 lah, karena nggak ada mereka aku siapa sih? Bahkan aku selalu punya mindset, bos aku bilang lo tuh siaran siaran aja, karena orang tuh nggak ada yang dengerin, orang tuh dengerin lo sambil masak, nyetir, ngerjain pr, lo tuh buat selewatan doang. Jadi kalau misalkan nervous itu yang selalu jadi pedoman. 

Hal menyebalkan selama menjalani dua profesi ini?

Paling bete kalau misalkan ada beberapa temen aku yang nge-chat atau apapapun atau komen di social media bilang kalao 'Ih enak banget sih lo tuh kerjanya main-main', No! kerja aku tuh nggak main sama sekali, aku masak, salah dikit bisa ngeracunin orang, orang bisa masuk rumah sakit. Aku siaran, salah ngomong dikit KPI bisa denger, radio aku bisa ditutup. Jadi kerjaan aku tuh nggak main-main sama sekali, walaupun terlihat dan terdengar menyenangkan. Banyak sekali tanggungjawab yang ada di belakangnya. Ya cuman gua menjalaninya dengan sangat senang.

Peran Mama dalam karier Genus?

Ih gila yang modalin bikin dapur gue kan emak gue, sebenarnya nyokap aku adalah seorang yang mengharapkan aku untuk jadi dokter, karena dia dokter kan, karena menurut dia orang sukses itu adalah yang pekerjaannya jelas dan bagus. Jadi sebenarnya dia mau encourage aku kesana.

Sekarang aku udah mematangkan kalau aku mau jadi tukang masak, aku mau punya restoran dan nyokap sangat mendukung. Ya intinya mah asal halal, asal dia senang, asal legal pasti akan didukung sama orangtuanya. Goal-nya gue mau punya restoran sendiri.