Selamat Ulang Tahun Jakarta

Fimela Editor diperbarui 22 Jun 2011, 10:29 WIB

Jakarta sudah menjadi pusat perekonomian sejak zaman kerajaan Nusantara. Berdasarkan Prasasti Kebon Kopi 2, sekitar tahun 942 M barulah istilah Sunda Kelapa mucul pada kota ini. Seiring bergulirnya waktu, nama Sunda Kelapa pun terus berubah hingga menjadi Jakarta yang masih dipakai sampai saat ini. Apa yang ada di benakmu saat mendengar kata ‘Jakarta’? “Menjanjikan. Itu yang ada di kepala saya saat mendengar nama ‘Jakarta’,” ujar dr. Lula Kamal saat dihubungi tim Fimela.com.

Tugu Monumen Nasional (Monas) yang terletak di Silang Monas Jakarta, sampai saat ini masih tegak berdiri menjadi simbol kota yang saat ini berusia 484 tahun. Banjir, macet, dan kriminalitas masih menjadi top three trending topic di Jakarta. Apa kabar Jakarta di usianya yang ke-484? “Jakarta masih memerlukan penataan lebih jauh. Dalam 10 tahun terakhir perkembangan di Jakarta masih kurang baik, terutama dalam bidang transportasi. Seharusnya Jakarta sebagai kota besar sudah punya moda transportasi massal,” Lula Kamal menambahkan.

Namun, di luar berbagai permasalahan yang setiap hari muncul dan berkembang, Jakarta tetap menjadi kota tujuan utama para perantau yang berasal dari luar Jakarta. Umumnya orang masih menganggap Jakarta adalah lahan subur untuk mencari nafkah. Misalnya saja buat Rudi yang bekerja sebagai penjual Kue Rangi keliling di daerah Mampang. “Dulu saya tinggal di Depok. Empat tahun yang lalu saya pindah ke Jakarta dan tinggal di daerah Mampang. Dibandingkan di tempat saya dulu (Depok), saya lebih suka tinggal di Jakarta karena di sini apapun bisa jadi uang. Sangat jauh berbeda ketika saya masih tinggal di kampung,” ujar Rudi Sambil tertawa.

Saat ini Jakarta disesaki dengan gedung-gedung bertingkat yang berfungsi sebagai pusat perkantoran dan pusat perbelanjaan. Menjamurnya gedung-gedung tinggi di Jakarta membuat kota dengan ciri khas ondel-ondel ini kehilangan banyak ruang terbuka hijau yang menjadi penyebab utama terjadinya banjir di Jakarta. Tapi, di tengah terbatasnya ruang hijau di Jakarta, masih ada orang yang menjadikan taman sebagai salah satu tempat favoritnya. “Tempat favorit saya adalah Taman Suropati, Menteng. Duduk di rumput, membaca buku ditemani burung dara dan sepiring tahu gejrot. Sisi teduh Jakarta!" Chekka Cuomove, salah satu pembaca setia Fimela.com berpendapat.

Berkembangnya pusat perbelanjaan juga membuat masyarakat banyak yang melupakan tempat-tempat bersejarah di Jakarta. Sadar nggak sih kalau ternyata orang-orang asing yang lebih mencintai tempat-tempat bersejarah dan kebudayaan kita?

Walaupun saat ini gedung-gedung bertingkat sudah menutupi hamper sebagian besar kota Jakarta, tapi masih ada terselip tempat-tempat bagus yang banyak mengandung unsur kebudayaan. “Tempat yang saya suka dari dulu sampai sekarang adalah Kafe Batavia yang ada di depan Museum Fatahillah. Saya sangat suka daerah itu (Kota Tua), sampai-sampai waktu pre-wed saya mengambil lokasi di sana. Nggak tahu kenapa, kalau sudah ada di sana saya merasa sedang nggak di Jakarta. Karena sekarang kan Jakarta sudah didominasi pusat-pusat perbelanjaan,” ujar Shanti Setyaningrum, Asst. Director of Public Relations, Hotel Indonesia Kempinski.

Dalam rangka merayakan Hari Jadi ke-484 Kota Jakarta, banyak event-event diselenggarakan di berbagai tempat. Salah satu bentuk partisipasi untuk turut memperingati Hari Jadi Jakarta, Hotel Indonesia Kempinski mempersembahkan ‘Hidangan Betawi Tempo Doeloe’.

Para pecinta kuliner yang rindu dengan berbagai makanan tradisional khas Betawi, bisa mendatangi Hotel Indonesia Kempinski sejak tanggal 22 Juni—26 Juni untuk menikmati aneka kuliner khas Betawi. Kamu bisa menikmati berbagai makanan tradisional untuk makan siang (Rp195.000,-++) dan makan (Rp228.000,-++) di Signature Restaurant Hotel Indonesia Kempinski.

Rujak Juhi, Tahu Brontak, Nasi Goreng Kambing, Gabus Pucung, Sayur Babanci, hingga Semur Jengkol bisa kamu pilih untuk menu makanmu. Sedangkan untuk pencuci mulut, kamu bisa menikmati Kue Pepe Sagu, Kue Cubit, Kerak Telor, Kue Cincin, Tape Uli, dan Kembang Goyang. Makanan tradisional di Hotel berbintang? Rasanya? Kamu nggak perlu khawatir karena semua menu khas Betawi yang disajikan di sana memiliki kualitas cita rasa tinggi khas Indonesia. Chef Otong (chef khusus untuk masakan Indonesia) turun langsung untuk mengontrol kualitas hidangan khas Betawi di sana.

So, kalau kamu kangen dengan ‘Hidangan Betawi Tempo Doeloe’ buruan datang ke Hotel Indonesia Kempinski karena acara ini hanya ada sampai tanggal 26 Juni. Yuk ikut melestarikan budaya Betawi melalui wisata kulinernya. Selamat Ulang Tahun Jakarta!