Next
Bertempat di kantornya yang terletak di Jalan Jendral Sudirman, Da Vinci Tower, tim FIMELA.com berbincang-bincang dengan perempuan yang bekerja sebagai PR Manager Da Vinci. Bekerja di sebuah perusahaan yang mengusung nilai kemewahan, ternyata membuat Sisca harus selalu tampil “on” setiap saat. “Semua orang saat berada di kantor memang harus rapi, tapi nggak harus selalu fashionable. Berpakaian rapi, baik menggunakan berbagai barang branded ataupun barang nonbranded sebenarnya adalah salah satu cara untuk menhargai diri kita sendiri. Bukankah kita juga lebih senang bertemu dengan orang rapi?” ujar alumni Jurusan Ekonomi Universitas Katholik Atmajaya.
Memiliki berbagai benda dan aksesori dengan merk ternama, nggak lantas membuat Sisca menggila berbelanja dari satu butik ke butik lain setiap bulan. “Saya memang suka barang-barang bermerk, tapi saya anti menggunakan kartu kredit untuk membayar barang yang saya beli karena saya nggak mau terbelit hutang kartu kredit. Saya biasanya hanya menggunakan kartu kredit saat berada di lounge bandara. Bahkan, karena kebiasaan saya ini, kartu kredit saya pernah dibekukan oleh sebuah bank. Untuk membeli sebuah tas bermerk, saya harus menabung lebih dahulu dan nggak jarang juga saya menabung dalam jangka waktu lama, 1 tahun misalnya. Pekerjaan saya masih seperti ini jadi maklum saja kalau saya harus menabung lama untuk bisa mendapatkan barang yang saya inginkan,” ujar Sisca tertawa ringan.
Next
Bertolak belakang dengan penampilannya yang selalu trendi dan modern, ternyata perempuan yang identik dengan gelang Hermes merah di tangannya ini nggak terlalu suka dengan hingar-bingar dan lebih memilih untuk berkunjung ke museum saat berkunjung ke berbagai tempat. Bahkan, ketika ke luar negeri pun penggemar Prada, Hermes, dan Louis Vuitton ini jarang berbelanja berbagai barang fashion. “Ketika pergi ke luar negeri, supaya nggak terkecoh, kita harus tahu terlebih dahulu kebijakan politik di negara tersebut terhadap barang branded. Jadi, kita nggak sembarang beli setiap ke luar negeri. Dan sebenarnya, saya juga nggak terlalu suka belanja di luar (negeri). Kalau ke luar, saya lebih senang mengunjungi museumnya. Nggak perlu jauh-jauh deh, misalnya saja, saat berkunjung ke Bali. Ketika ke Bali, saya lebih memilih untuk datang ke Ubud dan mengunjungi museum-museum di sana dibandingkan harus jalan-jalan di daerah yang hanya dipenuh dengan hingar bingar tempat hiburan,” Sisca menjelaskan.
Bali merupakan salah satu tempat favorit Sisca untuk mengisi liburan dengan mengunjungi berbagai museum. Dan sebagai salah satu penggemar museum, Sisca pun terkadang menyempatkan diri untuk mengikuti program Sahabat Museum. “Terkadang kalau memang ada waktu, saya ikut program Sahabat Museum. Tapi, acara-acara seperti itu kan memerlukan waktu bebas sedangkan saya nggak selalu ppunya waktu bebas. Jadi, setidaknya setiap 4 bulan sekali lah saya meng-update berita seputar museum,” ujarnya.
Next
Selain museum, ada satu hobi unik lagi dari perempuan bertubuh tinggi ini, yakni memungut anjing-anjing, khususnya yang terlantar di pinggir jalan. Nggak tega melihat kondisi anjing dan kucing tak terurus yang tergeletak di pinggir jalan, Sisca pun selalu memungut dan merawat binatang tersebut di rumahnya.
Nggak cuma anak anjing yang ia pungut dari jalan, anak-anak kucing yang terlantar juga menjadi buruannya. “Saya nggak cuma memungut anak-anak anjing, kucing di jalan pun saya pungut. Cuma, karena di rumah lebih banyak anjing, saya biasanya lebih sering menyerahkan kucing-kucing itu ke yayasan kebun binatang. Sampai sekarang kalau saya ditanya orang ‘apa hobi saya?’, saya akan menjawab ‘saya nggak punya hobi berharga. Hobi saya memungut anjing-anjing liar yang nggak terurus di jalanan’,” ujarnya.