Kurang Tayangan Edukatif, Penonton "Dipaksa" Tonton Acara Komedi Sahur

Fimela Editor diperbarui 18 Jul 2013, 09:59 WIB
2 dari 3 halaman

Next

Sejak TV bisa tayang 24 jam sehari, rasanya hidup kita tidak pernah sepi. Dulu, saat sahur jika biasanya kita hanya ditemani hening, kini televisi bisa menjadi pilihan untuk meramaikan dan menemani santap sahur kita selama Ramadan.

Berbagai tayangan muncul, mulai dari tayangan berbau komedi hingga religi dalam bentuk sinetron dan ceramah. Hampir seluruh stasiun TV swasta menyuguhkan acara sahur untuk kita. Sejak pukul 2 dini hari, acara sahur sudah bisa dinikmati untuk menemani kita menyiapkan sahur. Namun sayang, sepertinya dari tahun ke tahun kita semakin kekurangan tontonan sahur berkualitas.

Tayangan sahur didominasi oleh acara interaktif komedi. Semua stasiun TV pun berlomba menampilkan berbagai tayangan komedi untuk menarik perhatian penonton. Apalagi alasannya kalau bukan untuk menaikkan rating. Komedi slapstick dan bahan candaan yang kurang mendidik memenuhi seluruh channel stasiun TV lokal.

What's On Fimela
3 dari 3 halaman

Next

Hasilnya? Untuk tahun lalu saja, ada sekitar 7 buah program TV sahur yang ditegur oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) karena  melanggar kaidah-kaidah penyiaran. Untuk tahun ini? Setidaknya ada tiga buah acara yang sudah kena tegur KPI, Sahurnya Pesbukers, Sahurnya OVJ, dan Yuk Kita Sahur. KPI memberi teguran atas dasar Undang-Undang No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran kepada Yuk Kita Sahur atas pelecehan fisik, orientasi seksual, pekerjaan, dan gender. Padahal, sejak munculnya kasus pelanggaran-pelanggaran oleh stasiun TV swasta yang sudah terdeteksi beberapa tahun lalu, KPI selalu mengingatkan agar stasiun TV menayangkan tontonan yang seiring sejalan dengan semangat Ramadan. Namun hasilnya? (Seolah) nihil.

Cukup gerah memang melihat sebagian besar acara sahur yang didominasi lawakan mengandung materi yang kurang mendidik. Padahal, saat sahur bisa dikatakan merupakan prime time, yakni ketika keluarga berkumpul bersama di rumah melakukan satu aktivitas. Tapi sayang, kita seolah kehabisan pilihan untuk menikmati acara edukatif saat sahur dan dipaksa untuk menyaksikan tayangan yang “ala kadarnya”. Jika sudah demikian, mungkin santap sahur dalam keheningan malam atau diramaikan dengan obrolan keluarga justru menjadi pilihan lebih baik.

Beruntung, masih ada stasiun TV yang menyajikan tayangan edukatif, walaupun memang tidak seberapa jumlahnya jika dibandingkan dengan dominasi acara komedi. Sinetron Para Pencari Tuhan, yang pasti setiap tahun ditayangkan saat Ramadan, dan Tafsir Al-Misbah oleh Quraish Shihab seolah menjadi oase di tengah padang pasir, serta menjadi jawaban atas pertanyaan ‘Adakah acara bermutu yang bisa ditonton saat sahur?’

Bagaimana dengan kamu, Fimelova? Apakah kamu justru malah setuju dan sangat antusias menyaksikan acara-acara tersebut setiap sahur? Atau justru kamu memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga tanpa gangguan saat sahur?