Raline Shah: Cantik, Pintar, dan Berjiwa Sosial!

Fimela Editor diperbarui 31 Jul 2013, 06:00 WIB
2 dari 3 halaman

Next

Perempuan harus pintar

Pendidikan itu benar-benar penting untuk saya. Bukan hanya ucapan klise, tapi dengan pendidikan saya jadi punya bekal untuk hidup. Itu bagaikan penglihatan, karena tanpa itu saya seperti buta nggak tahu apa-apa tentang apa dan bagaimana dunia ini. Sebagian besar, saya terbentuk seperti ini karena pendidikan yang saya dapat. Saya berkata ini bukan karena saya sekolah di luar negeri dan sebagainya, tapi apapun yang saya dapatkan dari orang tua, lingkungan sekitar, guru agama, dan banyak lagi, adalah sumber pendidikan untuk saya. Dari apa yang saya lihat, dengar, dan baca, membentuk saya seperti ini. Menjadi perempuan harus pintar.

Saya bukan selebriti biasa

Orang-orang menyebut saya sebagai selebriti yang cantik. Kalau menurut saya, selebriti itu bisa menjadi apa saja. Mau jadi selebriti yang mengandalkan kecantikan, kepintaran, kebodohan, terserah saja, karena semua itu bisa membuat terkenal. Ditambah lagi, menjadi selebriti menurut saya nggak memiliki banyak tanggung jawab. Makanya, saya memilih untuk menyebut diri saya sebagai figur publik dan pekerja seni. Dengan “jabatan itu, saya bisa memiliki idealisme sendiri saat menjadi figur yang dikenal banyak orang, tapi sebisa mungkin selalu menyebarkan hal-hal positif.

What's On Fimela
3 dari 3 halaman

Next

 

Walau begitu, saya setuju kalau kecantikan itu penting di dunia hiburan ini. Karena, nggak dipungkiri masih ada permintaan dari klien seperti merk produk kecantikan yang menetapkan persyaratan fisik tertentu. Hanya saja, cantik fisik nggak akan memancar jika tidak didukung dengan kepribadian yang baik, enerjik, ramah, dan kualitas inner beauty lainnya. Tak ada seorang pun, termasuk saya, yang bangun tidur langsung berpenampilan seperti ini, karena tetap saja butuh perawatan dan usaha. Itulah makanya cantik fisik saja nggak bisa diandalkan sepenuhnya. Terlepas dari pendapat ini, saya tetaplah perempuan normal yang punya ketakutan khusus menyangkut kecantikan. Itu adalah kulit yang jelek karena bagi saya susah untuk dihadapi.

Berjiwa sosial bukan sekadar basa-basi

Berpartisipasi di dunia sosial bukan hal yang asing untuk saya. Sejak kecil, saya sudah familiar dengan kegiatan sosial yang diajarkan oleh orang tua. Beranjak besar, saya aktif di kegiatan sosial tempat saya kuliah, National University of Singapore, yang berfokus pada pendidikan di usia dini. Sayangnya, kalau sekarang jujur waktu untuk aktif di kegiatan ini makin terbatas karena kesibukan saya semakin banyak. Tapi, ini nggak menghalangi saya untuk terus bergerak secara sosial karena selalu ada jalannya. Seperti, akhirnya saya terpilih menjadi brand ambassador sebuah shampo dengan misi dan visi yang sama seperti saya. It’s a blessing, really.