Seni Budaya: Gitar Lukis Dewa Budjana, Kolaborasi Musik dan Seni Rupa

Fimela Editor diperbarui 02 Sep 2013, 07:00 WIB
2 dari 4 halaman

Next

Seni budaya terus melahirkan inovasi. Buktinya, ide Budjana mengajak 34 seniman besar, di antaranya Srihadi Soedarsono, Djoko Pekik, Sunaryo, Nyoman Gunarsa, Putu Sutawijaya, Nyoman Masriadi, Nyoman Nuarta, Heri Dono, Nasirun, Midori Hirota, dan Erica, berkreasi dengan gitar berhasil dieksekusikan dengan sukses. Lewat masing-masing gitar lukis itulah kita tak cuma melihat keindahan, tapi sekaligus gambaran nyata seni rupa Indonesia masa kini. Bermacam angkatan seniman, gender, plus beragam genre menjadi satu di sini.

“Saya membebaskan mereka mengeksplorasi gitar saya, bahkan seandainya mereka mau memotong-motongnya. Ada yang dilukis, diukir, ditempel dengan karya seni berbahan perak, bahkan ada yang begitu ekspresifnya sampai fungsi sebagai gitar pun hilang. Namun, saya gembira karena semua adalah karya terbaik dari para perupa terbaik kita. Ini pertemuan para perupa, baru juga untuk dunia seni rupa karena untuk pertama kalinya menggunakan media gitar, bukan kanvas,” ungkap Budjana, bangga.

What's On Fimela
3 dari 4 halaman

Next

Selama tiga hari, mulai tanggal 31 Agustus sampai 01 September 2013, kami bebas menyaksikan satu per satu karya tersebut, yang nantinya akan menjadi koleksi Museum Gitarku di Payogan, Ubud, Bali, yang tengah dibangun Budjana dan diperkirakan selesai akhir tahun ini.

Sebuah buku bertajuk “dawai-dawai dewa Budjana” yang ditulis redaktur senior Kompas, Bre Redana, juga diluncurkan berbarengan dengan digelarnya pameran. Ada pula 8 fotografer terkenal yang diajak Budjana berkolaborasi memotret proses pengerjaan gitar maupun setelah proses kreatif itu selesai, di antaranya Jay Subiakto, Ray Bachtiar, Darwis Triadi, dan Firdaus Fadlil. Puncaknya, GIGI hadir di malam penutupan, membawakan sejumlah lagu.

4 dari 4 halaman

Next

Selain karya seni yang begitu menarik, proses pemilihan seniman sampai akhirnya terwujud 34 karya dalam 34 gitar juga terbilang unik dan memiliki tantangan tersendiri. “Perlu digarisbawahi di sini, bahwa semua yang mereka lakukan bersifat pro-bono, gratis. Jika harus bayar, saya pasti tidak akan mampu mewujudkannya,” kata Budjana. Dia dibantu sahabatnya, Putu Sutawijaya, meminta para maestro seni rupa untuk “berbaik hati” meluangkan waktu “menyentuh” gitar koleksinya. Ada yang prosesnya cepat dan mudah, ada yang begitu lama, bahkan ada dua buah gitar yang hingga sekarang tak kembali.

Kini, proses panjang ini membuahkan hasil tak terkira. Budjana membuktikan selalu ada kesinambungan dalam karya seni. Perkawinan antara musik dan seni rupa, misalnya, membuat musik tak hanya sedap didengar, tapi juga indah dipandang mata. Sebaliknya, seni rupa tak hanya bisa dinikmati dengan mata, tapi juga makin menarik ketika disajikan bersama dengan seni suara. Perpaduan yang indah.