Ketika Ibu Melupakanku, Inspirasi Haru Dalam Sebuah Buku

Fimela diperbarui 23 Des 2014, 16:45 WIB

Ibu merupakan sosok yang luar biasa. Mereka mengandung, melahirkan, membesarkan, dan dengan setia mendampingi hingga anak-anaknya meraih sukses.

Namun, apa jadinya jika ibu yang dulunya mengajari banyak hal, tiba-tiba kesulitan untuk sekadar mengingat nama anaknya? Tapi, inilah hal yang benar-benar terjadi pada DY Suharya. Sang bunda melupakannya karena penyakit Alzheimer yang dideritanya.

Semua kisah tentang DY Suharya, atau yang akrab di sapa Diway, tentang kisah ia merasa dilupakan oleh ibunya, merasa terganggu dengan kondisi ibunya, hingga ia berubah sikap mau merawat ibunya, semua tertuang dalam novel bertajuk Ketika Ibu Melupakanku.

"Saya pikir ibu saya adalah orang yang paling menyebalkan di dunia saat itu, karena sering ngajak berantem," tutur Diway, saat ditemui Vemale dalam acara Peluncuran Buku ‘Ketika Ibu Melupakanku’ di toko buku Kinokuniya, Plaza Senayan, Jakarta, Senin (22/12).

Dengan alasan itulah Diway pergi ke luar negeri selama 15 tahun untuk menghindari ibunya. Sampai pada tahun 2009 ibunya divonis terkena Demensia Alzheimer. Akhirnya, ia pun memutuskan pulang ke Tanah Air untuk sang ibu.

Semua kisah tentang perjalanan Diway dan ibunya dalam menghadapi Alzheimer diceritakan dalam buku setebal 196 halaman itu.

Diway tidak sendiri dalam merangkum kisahnya. Ia menggandeng Dian Purnomo untuk merangkum kisah hidupnya dalam sebuah novel. Dalam proses penulisannya, Dian mengaku sampai tidak ke pergi ke mana-mana selama dua minggu untuk menulis novel tersebut.

Bahkan untuk berkomunikasi dengan Diway, ia hanya menggunakan email. "Saya harus menulis sesuatu yang kayak gini, itu dalam banget," ujar Dian.

Dalam buku ini, Diway dan Dian juga menyelipkan beberapa kisah perawat Alzheimer lainnya, atau biasa yang disebut care giver, untuk lebih menggambarkan perjuangan mereka dalam merawat penyandang Alzheimer yang penuh pengorbanan.

Selain itu, ada juga informasi-informasi tentang deskripsi gejala awal dan juga tempat rujukan perawatan untuk penyandang Alzheimer. Buku ini pun diharapkan bisa menginspirasi para care giver dalam merawat penderita Alzheimer.

"Saya ingin menggaungkan ini untuk deteksi dini. Semakin cepet kita tahu orang berperilaku aneh semakin cepat penanganannanya, semakin baik," kata perempuan berumur 40 tahun itu.

Tidak hanya mencoba memberi inspirasi pada sesama care giver, Diway juga mempersembahkan buku ini sebagai kado untuk ibunya di hari ibu ini. "Saya merasa beruntung masih dikasih kesempatan di Hari Ibu memberi persembahan ini," tukasnya.

"Ini kado terindah yang bisa saya kasih ke ibu hari ini," tambah Diway. Ibunda DY yang kini berusia 80 tahun juga hadir dalam peluncuran buku itu.

"Kalau saja 20 tahun lalu kita semua tahu ibu menderita penyakit ini, mungkin kita bisa rangkul ibu dan keluarga lain," tuturnya

Melalui buku ini, DY berpesan pada masyarakat luas untuk lebih peduli dengan penyakit alzheimer. Belajar dari pengalamannya, ia menekankan pentingnya mengamati setiap perubahan, baik secara psikologis maupun perilaku, yang mungkin terjadi pada orang tua atau kakek atau nenek di sekitar kita.

"Semakin cepat kita tahu perubahan perilaku orang tua, semakin baik. Kalau ada perilaku gejala demensia alzheimer, jangan di diemkan atau dianggap biasa, harus ada tindakan," pesannya. DY juga menuturkan bahwa jika alzheimer didiagnosis masih pada gejala awal, maka masih bisa disembuhkan dengan pengobatan, salah satunya dengan rutin olahraga.

Kita juga bisa mencegah diri kita dan orang tua kita agar tidak terkena alzheimer, salah satunya dengan mengatur pola makan dan rajin berolahraga.

Berkonsultasi dengan dokter saat mengalami gangguan ingatan juga bisa dilakukan jika Anda mulai curiga dan merasa 'ada yang tidak beres' dengan kemampuan ingatan Anda.

(vem/yun/chi)