Menyelami Makna Puasa: Puncak Segala Asa

Fimela diperbarui 07 Jun 2016, 09:25 WIB

Masih terngiang kalimat yang dahulu sering terdengar: "Sudahlah, nyerah saja. Mengangkat telinga saja sudah tak kuat kok"

Demikian sindiran di masa kecil, saat seseorang meledek yang lainnya, yang sedang lemah lunglai kepayahan menahan lapar dan haus di terik siang hari - hari pertama puasanya. Namun ledekan semacam ini seringkali justru melecut semangat dan menguatkan niat untuk bertahan hingga saat buka puasa tiba. Dan saat air mengalir membasahi kerongkongan, rasa terkecap di lidah, tak ada lagi rasa payah dan lemah lagi, yang ada lega hati dan puas diri berhasil menaklukkan ujian lapar dan dahaga seharian lamanya.

Bagi setiap pelakunya, terutama anak - anak, dari jaman dahulu hingga kini, puasa di bulan Ramdhan memang memiliki arti tersendiri. Kesempatan selama sebulan untuk membuktikan kemampuan bersabar dan menahan diri. Tak makan, tak minum, berperilaku baik, dari fajar hingga senja hari. Sebagai penyemangat, biasanya iming - iming berupa hadiah, diberikan bagi anak - anak yang bisa memaksimalkan puasanya dari awal hingga akhir.

Sebenarnya bukan anak - anak saja, tapi hampir semua orang menanti datangnya bulan Ramadan dan kapan dia selesai lalu pergi. Masing - masing dengan niat, keinginan, kepentingan dan  misinya sendiri - sendiri. Harapan mendapatkan hasil maksimal selama bulan Ramadan, membuat setiap orang aktif terlibat sejak jauh - jauh hari untuk berpartisipasi. Memanfaatkan sebesar - besarnya kesempatan, peluang dan potensi.

Mulai dari produsen merk - merk besar ternama, hingga pedagang kagetan di pasar - pasar Ramadan yang bermunculan, berlomba - lomba mengambil untung sebesar - besarnya dari agenda tahunan ini. Dengan menawarkan berbagai produk dan jasa diembel - embeli semboyan - semboyan Islami agar lebih menarik hati para calon pembeli.

Ya, harapan mendapatkan keuntungan, keinginan menggapai asa, meninggi saat bulan Ramadan tiba. Masing - masing dengan niat dan tujuannya yang beraneka warna. Sebagian mengkhususkan diri, meluangkan sebanyak waktunya untuk menjalankan ibadah sesuai ajaran yang diyakininya. Sebagian lagi, berlomba - lomba mencari keuntungan, meningkatkan usaha, memaksimalkan waktu untuk bekerja atau berniaga memanfaatkan peningkatan kebutuhan yang meninggi saat bulan puasa. Namun ada juga sebagian yang tak melakukan apa - apa, karena menganggap tidak ada sesuatupun yang berbeda. Bagi mereka, bulan Ramadan adalah bulan yang biasa - biasa saja.

Bagi sebagian yang pertama, bulan Ramadan adalah puncak harapan segala harapan, titik tertinggi segala asa bisa digantungkan. Harapan untuk mencapai derajat manusia yang berkualitas tinggi dan mendapatkan sebuah pencerahan untuk menjadikan dirimanusia - manusia pilihan. Jika dengan berbagai upaya dan sedikit keberuntungan, kita berhasil menjadi 'manusia pilihan' sesuai dengan harapan yang digantungkan, maka itulah imbalan di atas segala imbalan. Yang walaupun hingga 'tak kuat mengangkat badan' apabila imbalannya adalah sepadan dengan 'kesempurnaan', puasa tetap akan dijalankan dengan keikhlasan, sepanjang bulan Ramadan.

Apapun imbalannya, semoga semua manusia mendapatkan yang diharapkan dari bulan Ramadan.

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom
Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/



(vem/wnd)