Pelajaran Berharga dari Seorang Guru Muda

Fimela diperbarui 27 Sep 2016, 10:30 WIB

Pagi menjelang siang tadi, ruang kelas 1 di sebuah SD dibuat geger karena seorang anak kedapatan buang air besar di celana. Setidaknya demikian laporan singkat yang saya terima saat menjemput si bungsu yang reaktif, superaktif, dan kadang unpredictable.

"Pap, tadi Si Anu, poop di celana. Wuah, baunya luar biasa."

Frase "luar biasa" dan "besar" memang sering digunakannya untuk menyangatkan atau menunjukkan kondisi atau keadaan superlatif yang terjadi. Misalnya, "Adik lapar besar" atau "Adik capek luar biasa". Entah dari mana dia mendapatkan padanan kata seperti itu.

Si Anu, temannya tersebut lalu ditolong oleh seorang ibu guru muda yang baru bertugas beberapa bulan belakangan. Membayangkan seorang sarjana pendidikan cum laude membersihkan celana belepotan milik muridnya, lalu membantunya membersihkan (menceboki) "sisa-sisa" yang menempel di badan muridnya di kamar mandi sekolah, merangsang naluri saya untuk menghampiri guru muda tersebut dan bertanya.

"Pengalaman pertama ya, Bu? Repotkah Ibu dengan kejadian seperti ini?" Pertanyaan dilontarkan dengan sebelumnya meminta maaf karena rasa penasaran yang berlebihan.

"Oh, ini adalah pengalaman ketiga, Pak. Sudah tugas saya, sekalian belajar untuk menghadapi saat-saat nanti, di kala menjadi orang tua bagi anak-anak saya sendiri."

Muda, cum laude, dan siap menempuh pendidikan S2-nya, guru tersebut memberikan pernyataan yang cukup mencengangkan. Terbayang sebelumnya, saya akan mendapat jawaban seperti ini, "Iya nih Pak, aduh rempong deh. Mana tercecer dan baunya ke mana-mana, duh pusing, eneg, hampir-hampir mau 'throw-up' rasanya." Tapi ternyata tidak. Ibu guru muda tersebut melihat dan menghadapi dengan tenang dan biasa saja dengan kejadian tersebut. Ia mengambil langkah penanganan secukupnya, sebagai bagian dari tugas dan proses belajarnya. Meski mungkin dalam kurikulum kesarjanaannya sebagai Sarjana Pendidikan hal seperti ini tak pernah diajarkan.

"In learning you will teach, in teaching you will learn." Demikian kalimat bijak Phil Collins yang sejatinya "cuma" seorang drummer tentang belajar-mengajar. Mungkin kalimat ini cocok disematkan dan menjadi pokok bahasan yang sama dengan kejadian yang diceritakan di atas.

Dan setidaknya bisa disimpulkan bahwa menjadi guru lalu menjadi murid, mengajar atau belajar, menjalani dua peran, dua tindakan yang selalu ada dalam kehidupan sehari-hari dengan atau tanpa kita sadari. Dan kadang pelajaran datang dengan tanpa bisa diduga waktu kesempatannya, asal usul sumbernya, dan makna di balik terjadinya. Bisa jadi pelajaran pun bisa datang dari seorang anak yang tak sanggup menahan hajat besarnya lalu mengeluarkannya di celana.

"Pap, Adik besok nggak mau kekenyangan jajan lah kalo di sekolah. Nanti kaya Si Anu, poopdi celana."

See? Bahkan seorang anak kecil pun bisa mengambil pelajaran dari sebuah kejadian.

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/

(vem/nda)