Berpegang Teguh Pada Kekuatan Doa dan Cinta Adalah Penyelamatnya

Fimela diperbarui 02 Nov 2016, 10:55 WIB

Mungkin bagi yang tak mempercayai kekuatan doa dalam kehidupan, setiap kejadian adalah hal yang kebetulan belaka. Mungkin bagi yang tak meyakini adanya Maha Sutradara di atas semua perkara di dunia akan memahami semua yang terjadi di alam adalah proses alamiah semata. Sekalipun kejadian-kejadian itu terjadi pada mereka sendiri secara nyata dalam hidup mereka sehari - hari.

Segara yang diyakini awalnya sebagai hanya sebuah kebetulan, akhirnya membawa kita pada suatu titik bahwa kita tidaklah 'bergerak' sendiri. Setidaknya ada kekuatan - kekuatan dinamis yang turut bekerja, mensugesti secara ritmis dan terasa. Walau maya bak gelombang elektromagnetis. Pengaruhnya bisa sangat luar biasa walau dengan atau tanpa disadari oleh mereka. Dan itu adalah doa.

Doa adalah sebentuk sugesti positif, mood boster yang gratis dan dalam tingkatan pemahaman tertentu menjadi senjata andalan dan pamungkas yang fantastis. Seperti pepatah berbicara:

"Jika tiba saatnya tiada lagi yang bisa dilakukan, tinggal satu saja yang bisa diharapkan: DOA."


Ada sebuah kisah nyata yang bisa diambil pelajarannya. Saat rombongan puluhan para guru wanita sebuah SMA ditemani beberapa kolega pria melakukan studi banding di sebuah pulau kecil lepas pantai selatan Pulau Jawa. Usia mereka sudah tak muda lagi dan malah beberapa di antaranya sudah bercucu. Singkat cerita, kapal motor tradisional yang mengangkut mereka mengalami kerusakan dan berhenti di perairan bergelombang. Kemudian perlahan-lahan air mulai menggenangi kapal dari beberapa lubang di lunasnya. Karena panik dan ketakutan, penumpang perahu mulai kebingungan dan menyebabkan perahu oleng dan kemudian terbalik menumpahkan semua penumpang.

"Mungkin karena do'a anak - anak dan cucu -cucuku aku kuat berenang sambil menolong salah satu temanku."

Pernyataan yang luar biasa karena dikisahkan oleh seorang guru wanita di usia menginjak 55 tahun. Ia, sebagai salah satu penumpang perahu, berhasil selamat dengan berenang, bahkan dengan heroiknya mampu menyelam dan menolong salah satu temannya yang tidak dapat berenang dan terjebak di dalam lambung kapal yang terbalik. Saat yang lain panik dan hanya bisa berpegangan pada badan perahu yang terbalik tanpa bisa melakukan apa - apa, sambil menunggu datangnya pertolongan.

Keyakinan akan ampuhnya doa memang suatu keyakinan yang tidak bisa dipaksakan, seperti layaknya ajaran - ajaran agama lainnya tentang hal - hal di luar logika manusia. Tidak semua orang mungkin percaya akan kekuatan doa dan kemampuannya dalam merubah segalanya, namun semua orang pastilah mempercayai adanya CINTA. Dan jika tak percaya bahwa dalam kisah ibu guru setengah baya di atas yang jiwanya diselamatkan oleh doa, mungkin bisa meyakini bahwa kekuatan cinta dalam dirinya lah yang menggerakkan seluruh anggota badannya untuk menyelamatkan diri dari maut. Bahkan cinta pula lah yang menyebabkan dia mempertaruhkan nyawa dengan menyelam dan menolong teman perempuannya yang terjebak di lambung perahu yang terbalik. Cinta kepada suami, anak dan cucunya yang menunggu kehadirannya di rumah, cinta kepada teman karibnya yang juga ditunggu kepulangannya dengab selamat, serta cintanya kepada hidup yang telah dianugerahkan selama 55 tahun lamanya. Kutipan berikut mungkin bisa lebih meyakinkan atas apa yang terjadi dalam kisah ini:

"Indahnya hidup bukanlah melulu tergantung pada seberapa bahagianya seseorang, namun seringkali justru terletak pada perasaan puas karena bisa membuat orang lain berbahagia karena kehadirannya."

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/

(vem/wnd)
What's On Fimela