Menjadi Single Parent, Kupilih Keputusan Yang Tak Ingin Kupilih

Fimela diperbarui 08 Feb 2017, 08:00 WIB

Kata 'janda' dan 'duda' tak lagi menjadi kata yang asing di dengar saat ini. Kemudian muncullah pertanyaan, berapakah jumlah mereka di negeri ini? Konon data statistik mencatat: 10 dari rumah tangga di Indonesia, dua di antaranya berperan sebagai orang tua tunggal. Mereka bertanggung jawab seorang diri untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya, hingga siap dilepas atau setidaknya mampu menghidupi dirinya sendiri. Tentu hal ini bukan hal yang mudah dijalani.

Menjadi seorang single parent saja sudah berat, apalagi jika beban itu ditambah dengan pandangan miring, stigma bahkan cemoohan merendahkan menyangkut statusnya. Selama ini mereka tetap bergeming menyangga beban hidup dengan seluruh daya yang dimilikinya. Anomali rumah tangga yang disandangnya justru menjadi pilihan yang sebetulnya tak ingin dipilihnya. Mereka tak akan mengeluh sembarangan, karena mereka tahu saat keluhan keluar dari mulutnya, orang-orang akan mencibir dan mempertanyakan, “Lagian kenapa dari awal memilih untuk sendirian?”

Hari ini saya dipertemukan lagi dengan salah satu dari mereka yang kondisinya jauh lebih sendirian dibandingkan yang sendirian. Kok bisa? Ya, perempuan ini menjadi single mom sebelum terjadinya pernikahan. Ia menjadi salah satu dari ribuan perempuan di negeri ini yang harus menjadi single mom karena hamil tanpa ikatan pernikahan. Mirisnya, sang laki-laki melepaskan tanggung jawabnya begitu saja. Perempuan yang mengalami ini merasa lebih sendirian lagi. Dalam malu, kecewa dan sakit hati, karena jangankan mengeluhkan kepada yang lainnya, untuk menceritakan kembali sebab musabab dan alur kejadiannya saja sudah merupakan sembilu yang menyayat hati. Jika cerita telah selesai dituturkan, sudah pasti sebagaian besar tanggapan pendengarnya adalah, “Lagian kenapa dari awal mau melakukannya?”

Penilaian miring, stigma, dan cemoohan yang didapatkan oleh para single parents terutama para single moms, sudah menjadi semacam anomali yang mereka siap tidak siap, harus terima . Selanjutnya yang harus dihadapi adalah tantangan-tantangan dalam menjalani roda rumah tangga, menjadi orang ua satu-satunya bagi anak-anaknya. Mau tak mau, rasa pahit dan nelangsa seorang diri harus ditelan demi sang buah hati.

"Against all odds to make even."

Sepertinya itulah ungkapan yang tepat bagi kehidupan yang dijalani oleh para single parents bersama anak-anaknya. Rintangan harus dilawan, demi kehidupan yang lebih baik. Bukankah memang seperti itu harusnya hidup ini dimaknai?

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/

(vem/wnd)
What's On Fimela