Bunda, Jangan Anggap Remeh Hipertensi Ketika Hamil

Fimela diperbarui 01 Mar 2017, 14:11 WIB

Mom, tahukah kamu ternyata kehamilan dapat mempengaruhi terjadi hipertensi. Bahkan kehamilan dengan hipertensi berujung pada kematian pada ibu maupun janin.

Pakar hipertensi dan salah seorang pendiri InaSH, dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP(K), FIHA,FAsCC, menjelaskan hipertensi sebagai komplikasi dapat terjadi pada 7-9% kehamilan, 18% dari kematian Ibu hamil disebabkan hipertensi pada kehamilan.

"Seorang wanita dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Terdapat beberapa jenis hipertensi pada kehamilan, antara lain hipertensi kronik, kronik dengan pre eklamsia, gestasional, pre eklamsia dan eklamsia," ujarnya saat ditemui di Jakarta.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua InaSH, ahli ginjal hipertensi dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD- KGH, menjelaskan Hipertensi pada wanita dapat berupa hipertensi primer yaitu hipertensi yang umumnya karena faktor keturunan dan tidak diketahui penyebabnya (Essential hypertension), tetapi bisa juga mengalami hipertensi sekunder dimana penyebab hipertensinya bisa diketahui misalnya karena kehamilan (gestational hypertension), karena penyempitan pembuluh darah arteri di ginjal (renovascular hypertension), karena faktor hormonal dan penyebab lainnya.

Data dari Indonesian Renal Registry (IRR) menunjukkan bahwa di Indonesia Hipertensi (37%) dan Diabetes (27 %) merupakan penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal Kronis (GGK) tahap akhir yang menjalani dialisis.

“Kurang lebih 40% kasus stroke, 39% infark jantung dan 28% gagal ginjal tahap akhir, disebabkan oleh hipertensi. Jika hipertensi tidak ditangani dengan baik, selain berakibat fatal pada jantung, otak dan ginjal, maka hipertensi akan menimbulkan komplikasi dan beban biaya yang besar seperti cuci darah dll," ungkap dr. Tunggul.

Pada beberapa literatur, seperti The Rotterdam study tercatat bahwa hipertensi adalah faktor yang lebih berperan pada wanita dibandingkan pada pria. Pada studi Chapman dan Neal tahun 2001 didapati bahwa pengobatan pada hipertensi dapat mengurangi terjadinya gagal jantung hingga 50% . Oleh karena itu, wanita sebaiknya memperhatikan Target Tekanan Darah (TD) yang harus mereka capai. Penderita hipertensi sering tidak mengalami gejala-gejala/keluhan pada hal sudah merusak organ-organ vital sehingga penyakit ini disebut sebagai “The silent killer”.

Terjadinya kerusakan ginjal akibat hipertensi sangat ditentukan oleh tingginya angka tekanan darah sehingga dinding pembuluh darah di ginjal menebal dan kaku yang disebut Nephrosclerosis. Karena itu pengendalian tekanan darah yang baik hingga mencapai target yang ditentukan dapat menghindari kerusakan ginjal akibat hipertensi atau setidaknya memperlambat perburukan fungsi ginjal sehingga terhindar dari gagal ginjal tahap akhir yang membutuhkan dialisis (Cuci darah). Terdapat faktor risiko unik pada wanita yang perlu dipelajari. Masih perlu penelitian tentang pengobatan hipertensi pada wanita. Di lain pihak tata kelola/guideline pengobatan hipertensi sama pada wanita dan pria.

(vem/asp/yel)