Nikah Murah Kok, Ngapain Masih Menunda?

Fimela diperbarui 17 Jul 2018, 13:45 WIB
Punya pengalaman tak menyenangkan atau tak terlupakan soal pertanyaan 'kapan'? Kata 'kapan' memang bisa jadi kata yang cukup bikin hidup nggak tenang. Seperti kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam kompetisi Stop Tanya Kapan! Ungkapkan Perasaanmu Lewat Lomba Menulis Juli 2018 ini. Pada dasarnya kamu nggak pernah sendirian menghadapi kegalauan dan kecemasan karena pertanyaan 'kapan'.
***
Hidup dalam bayang-bayang skala ideal memang tidak mudah, begitu ungkap saya dalam hati saat kamu sering mendengar pertanyaan kapan nikah. "Jangan main-main terus, nggak zaman tahu pacaran terus, nikah murah kok tinggal ke KUA aja!" Seperti apa yang di bilang oleh Ayu Utami bahwa, “Manusia lahir, tumbuh, jadi muda, gila-gilaan, lalu kawin, punya anak dan menjadi orang tua yang tertib, lalu selesai." Semua ketetapan manusia harus dengan skala idealnya masing-masing.

Mengertikah kalian bahwa setiap pertanyaan yang kalian ajukan terhadap temanmu maupun tetanggamu dengan pertanyaan kapan terlepas dari gurauan atau esensi yang lain itu merupakan sebuah pertanyaan yang memiliki ketakutan terbesar? Dampak dari memberikan jawaban yang tidak tepat saja akan membuat salah paham.


Terlepas dari tendensi apapun pertanyaan kapan menikah akan merujuk pada kekepoanmu terhadap urusan orang lain. Ya Guys, menikah bukan cuma persoalan pergi ke KUA, tapi proses sebelum pernikahan merupakan perjuang yang orang lain tidak mengerti. Menikah, juga bukan soal saling meningkatkan kegantengan dan kecantikan saja, tapi juga menikahkan kedua pihak keluarga, "mengawinkan" mereka.

Please, stop bilang, "Eh nikah murah lho. Kapan nikah?" Hal tersebut membuat saya dan juga pasangan saya menjadi geram. Perjuangan kami untuk menuju jenjang pernikahan sangat berat, kehidupan setelah pernikahan lebih berat, harus memikirkan kebutuhan dan benar-benar yakin dan matang dengan segala dana untuk hidup yang lebih baik. Ya dong, pengen bulan madu yang indah. Itulah sebabnya mengapa angka perceraian marak, akibat ketidaksiapan mental dan juga stigma masyarakat memandang bahwa nikah murah, walau prosesnya pun tetap mahal.


Jangan tanyakan kapan, nanti kalau waktunya tiba, pasti saya undang kok. Nanti saya berikan bunga melati asli buat kalian yang tanya kapan nikah. Biar cepet nular gitu. “Kapan" merupakan perihal waktu, boleh jadi besok, lusa, minggu depan, bulan depan atau tahun depan atau boleh jadi kapan saja. Just perihal waktu yang kalian kepokan, nanti juga pasti kami menikah. Gantilah pertanyaan kapan dengan upaya mendoakan, seperti ini misalnya," Kudoakan kalian semoga lekas menikah,”  begitu, sebab doa yang baik juga bakalan kembali baik pada kalian.

Stop tanyakan kapan. Stop tanyakan kapan, kapan lulus, kapan wisuda, kapan nikah, kapan punya anak, masak terakhir kapan. Bijak dalam bertanya, boleh jadi orang yang sedang kamu tanyakan tersebut mengalami kehidupan yang lebih berat dari kalian. Berusaha menjaga mood seseorang merupakan kebaikan yang luar biasa. Oke sekarang mau nyari dana buat nikah, jadi jangan tanya kapan dulu. Pasti kami undang.
(vem/nda)