Ilmuwan Indonesia Kembangkan Obat Kanker Darah

Fimela diperbarui 16 Sep 2018, 13:30 WIB

Kanker menjadi penyebab kematian utama secara global yang tidak menular. Dibandingkan dengan jenis kanker lainnya, penderita limfoma atau kanker darah lebih sedikit, namun setiap tahun jumlahnya terus bertambah.

Meski limfoma lebih banyak menyerang pria, namun kita tetap harus waspada Ladies. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, sebanyak seribu orang di dunia meninggal setiap hari karena menderita limfoma.

Sementara di Indonesia, jumlah penderita yang meninggal dunia setiap tahun terus bertambah. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, tercatat ada 7.565 orang meninggal dunia.

"Angka kematian yang cukup tinggi ini karena lambatnya deteksi kanker, sehingga penanganannya harus stadium lanjut," jelas Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari RS Dharmais lebih dulu, Ronald A. Hukom dalam acara Peringatan Hari Limfoma sedunia, Sabtu (15/9).

Limfoma merupakan istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening. Limfoma disebabkan oleh perubahan--sel limfosit B atau T-- sel darah putih yang dalam keadaan normal tugasnya menjaga daya tahan tubuh, menjadi abnormal dengan membelah lebih cepat, tak terkontrol, dan hidup lebih lama dari biasanya.


Ketersediaan Obat
Untuk diketahui, obat-obatan limfoma masih dirasa cukup mahal bagi para penderita. Oleh karena itu sejak 2014, limfoma atau kanker darah atau kanker getah bening mendapat bantuan pengobatan melalui JKN atau BPJS, meski tidak semua masuk dalam jaminan.

Terkait hal tersebut Ladies, saintis Indonesia dari PT Fonko International Pharamceutical--bagian dari Dexa Group, mengembangkan obat kanker untuk terapi limfoma.

"Dulu sebelum Fonko memproduksi obat pengembangan bendamustin, Fonkomustin, produk tersebut tidak dijual di Indonesia. Dengan memproduksi obat di Indonesia, penderita limfoma bakal lebih mudah mendapatkan dan harganya lebih terjangkau," jelas Presiden Direktur PT Ferron Par Pharmaceutical, Krestijanto Pandji.

Bendamustin diproduksi sejak 2014 dan diluncurkan awal 2018 dengan kualitas berstandar Eropa. Saat ini obat yang direkomendasikan Rumah Sakit Kanker Dharmais itu tengah diproses masuk formularium nasional, sehingga dapat segera digunakan pasien BPJS.

(vem/ivy)
What's On Fimela