Pernikahan Berkah dan Hemat, Tak Ada Kamera Maupun Musik

Fimela diperbarui 20 Sep 2018, 17:00 WIB

Lagi sibuk menyiapkan pernikahan? Atau mungkin punya pengalaman tak terlupakan ketika menyiapkan pernikahan? Serba-serbi mempersiapkan pernikahan memang selalu memberi kesan dan pengalaman yang tak terlupakan, seperti tulisan sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #Bridezilla ini.

***

Menikah, adalah hal yang paling dinantikan oleh setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan yang merasa dirinya sudah pantas untuk menikah. Mempersiapkan pernikahan tentunya adalah hal yang harus dilewati sebelum akhirnya sepasang calon mempelai resmi menjadi suami istri.

Aku adalah golongan dari orang-orang yang sudah menikah. Aku menikah pada tanggal 02 Februari 2017, sekitar 1 tahun 5 bulan yang lalu. Sekarang alhamdulillah aku telah dikaruniai satu orang putri cantik. Kembali lagi mengingat ketika aku mempersiapkan pernikahanku, sejujurnya aku sangat tidak menyangka akan menikah di tahun lalu, sebab pacarpun aku tak punya apa lagi calon suami. Intinya waktu itu aku sama sekali tidak berpikir akan menikah dalam waktu dekat.



Singkat cerita, pada waktu itu aku menjadi seorang pengajar di PAUD binaan ustadzahku, yah walaupun aku adalah seorang lulusan diploma tiga gizi. Selain menjadi seorang pengajar, aku juga disibukkan dengan usahaku sendiri bersama seorang teman sesama pengajar, waktu itu aku menggeluti bidang jahit menjahit kain flanel, kami membuatnya menjadi gantungan kunci dan buku-buku dari kain untuk anak-anak dengan berbagai macam model.

Ketika sedang asyik-asyiknya menikmati hari-hari menjadi seorang pengajar dan pengusaha kecil-kecilan, ustadzahku mengatakan bahwa seorang ikhwan ada yang ingin datang melamar, tentunya aku sangat terkejut dan tidak percaya, benarkah? Sekitar 4 atau 5 hari setelah aku tahu informasi dari ustadzahku, ternyata ikhwannya benar-benar datang bersama dengan ustadz (suami dari ustadzahku) dan seorang temannya dengan maksud ingin menanyakan perihal tentangku kepada abi. Nah, dari sini cerita singkat tentang persiapan pernikahanku pun dimulai, karena ta'aruf dan proses lainnya berujung dengan jawaban, "Ya, aku setuju."

Persiapan pernikahan dimulai dari bulan Desember 2016. Sebenarnya lamaran bisa dilakukan lebih cepat dari bulan tersebut, karena ikhwannya datang ke abiku sekitar bulan Oktober, tapi berhubung ikhwan tersebut dari Kota Palembang, dan semua keluarganya di Palembang, sementara aku di Aceh, jadilah acara lamaran disepakati pada bulan Desember. Deadline persiapan pernikahanku adalah hanya satu bulan lebih, untuk surat menyurat itu diurus oleh si ikhwan dan abiku, untuk urusan detail pernikahan, itu aku dan ummi yang ambil alih.



Alhamdulillah aku bukan tipe wanita yang suka acara yang besar-besaran, jadi serangkaian keperluan yang biasanya orang anggap itu yang paling penting, aku malah hilangkan dari daftar keperluan pernikahanku. Misalnya saja seperti jasa fotografer, foto pra wedding dan foto untuk acara resepsi pernikahan, itu semua aku skip dari persiapan pernikahan, kemudian jasa biduan berikut perangkat musik dan panggung, aku skip juga, karena bagi aku itu sangat tidak penting untuk konsep sebuah pernikahan yang syar'i.

Pelaminan yang aku sewa juga bukan pelaminan besar, hanya pelaminan kecil yang muat di ruang keluarga rumahku, sebab suamiku tidak duduk di pelaminan, dia duduk di luar beserta para tamu laki-laki, karena di acara pernikahanku tamu laki-laki dan perempuan itu dipisah. Jadi, selain in syaa Allah pernikahannya berkah, budget pun hemat.

Untuk persiapan hantaran, tidak seperti kebanyakan orang yang hantarannya dipersiapkan oleh pihak laki-laki, aku malah mengisi keranjang hantaran itu dengan pilihanku sendiri. Seru sekali bukan?

Jadi aku melakukan itu ada alasan, karena orang tua suamiku dan segenap keluarganya berada di Palembang yang jauh di sana, sementara suamiku berada di Aceh sendiri karena tuntutan pekerjaannya. Jadi pembaca pasti mengerti kalau laki-laki tidak mungkin belanja keperluan hantaran untuk calon istrinya sendiri, dan aku juga tidak mungkin menemaninya untuk belanja, karena waktu itu kami belum halal. Jadilah aku dan ummiku yang belanja semua isi hantaran, toh isi semua hantaran itu juga buatku, kan ya? Hehe, tentu dananya dari sang calon suami tercinta.



Kemudian, untuk makanan yang disediakan di acara pernikahanku waktu itu dari jasa cathering, jadi semuanya serba simpel, menu-menu yang disediakan juga ide dari ummi dan bibi-bibiku serta nenekku, aku hanya mengingatkan hal-hal yang mungkin terluput dari mereka.

Nah, untuk undangan pernikahan, aku yang desain semuanya berikut kalimat-kalimat yang harus ditulis di dalam undangan, setelah jadi kerangkanya, filenya aku kasih ke sepupuku yang bekerja di bidang percetakan di Kota Medan, dan ini juga termasuk penghematan budget. Untuk gaun pernikahan momen akad dan momen resepsi juga aku dan ummiku yang handle, suamiku waktu itu bajunya aku yang pilihin juga biar serasi dan langsung pas gitu di badannya (alhamdulillah, padahal dia enggak ikut karena kami belum halal waktu itu, hehe).

Ucapan terima kasih untuk para tamu undangan yang aku sediakan di acara pernikahanku adalah handmade by aku dan ummi, sekitar 200 gantungan kunci dari kain flanel jadi, dan aku juga beli buat tambahan sekitar 100 buah. Aku stuck di bilangan 200 karena deadline hampir habis dan aku juga harus banyak-banyak istirahat untuk hari H.



Setelah melewati berbagai macam rangkaian persiapan untuk pernikahanku yang tidak terlalu ribet, karena aku sangat enjoy dengan setiap tahap persiapannya. Akhirnya, alhamdulillah semua terselesaikan dengan baik, sehingga hari H pernikahan di tanggal 02 Februari 2017 terlaksana dengan khidmat dan lancar sesuai rencana.

Pernikahanku diadakan di kediamanku, dengan konsep syar'i, para tamu wanita yang datang dijamu di dalam rumah, namun ada juga sebagian yang berada di luar dengan batasan kain hijab antara tamu wanita dan laki-laki. No camera, no music! Hanya terdengar obrolan-obrolan para tamu yang datang. Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatthimushoolihaat.

(vem/nda)