Tercabik Hatiku, Suami Selingkuh dengan Teman Kantornya yang Seorang Janda

Fimela diperbarui 16 Apr 2018, 13:00 WIB

Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.

***

Hai, perkenalkan aku seorang ibu rumah tangga yang  juga bekerja. Di tahun ini usia pernikahan kami masuk tahun ke-11.  Anakku baru satu laki-laki, berusia 9 tahun. Sebelum menikah, aku dan suami pacaran kurang lebih 5 tahun. Seharusnya itu waktu yang cukup untuk saling  mengenal karakter satu sama lain. Namun itu semua tidak menjamin. Karena saling mencintai kami pun melanjutkan ke jenjang pernikahan, meskipun keluargaku terutama kakak lelak ku kurang menyetujui dengan pilihanku.



Tahun demi tahun kami lalui, ujian dan masalah pun tak luput kami lewati. Ternyata suamiku ujian untukku. Dengan semua masalah yang sudah aku lewati, suamiku sudah paket komplit bagiku (mungkin tidak perlu aku sebutkkan satu per satu, karena aku masih bisa mentolerir). Sampai pada tahun ke-9 pernikahan, di saat kami sedang program hamil. Aku mengetahui suamiku selingkuh dengan teman kantornya yang seorang janda (inilah yang paling berat bagiku). Dilengkapi bukti dan pengakuan langsung dari suamiku dan bahkan dia mengakui kalau sudah berhubungan badan dengan perempuan itu (meski si perempuan tidak pernah mengakui selingkuh dengan suamiku). Rasanya sakit, kecewa, marah campur aduk. Tapi alhamdulillah, Allah selalu menyertaiku.



Aku tidak terbawa emosi, masih bisa berbicara baik-baik dengan suamiku dan perempuan itu. Pilihan pun dibuat, suamiku memutuskan hubungan dengan perempuan itu. Mungkin aku sudah memaafkan tapi tidak bisa melupakan pengkhianatan ini. Namun kewajiban sebagai seorang istri tetap aku laksanakan. Sebulan setelah kejadian, aku berniat untuk pisah dari suamiku, karena rasa sakit dan selalu terbayang dengan kejadian ini. Tapi Alhamdulillah, aku dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangiku. Mereka selalu support dan kasih masukan yang positif. Sehingga aku mengurungkan niatku. Berbagai usaha sudah aku lakukan, agar kehidupan u bisa berjalan normal. Sudah beberapa kali kami pergi liburan, namun hatiku masih belum bisa kembali seperti dulu.



Pada akhirnya aku menyadari, bahwa ini semua terjadi atas izin Allah. Pasti ada hikmah di balik semua kejadian. Pasti Tuhan telah menyiapkan rencana yang lebih indah. Berprasangka baik, sehingga semuanya terasa ringan. Menikah dengannya adalah pilihanku. Memberi kesempatan kedua juga pilihan dan keputusanku. Jadi, aku harus siap dengan semua keadaan yang terburuk. Meski logika meminta untuk berhenti, namun hati meminta untuk berjuang.





(vem/nda)