Pernikahan Tak Selalu Memberi Akhir Bahagia Selamanya

Endah Wijayanti diperbarui 16 Jul 2019, 13:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.

***

Oleh: Lidya Dewi Arini - Pamekasan

Ketika aku ditinggal seorang pria tanpa status, aku beraktivitas kembali selayaknya seorang pengajar. Di tahun 2016, di bulan kelahiranku aku merasa kesal karena pimpinanku di lembaga kursus merekrut seorang pria menjadi admin. Aku merasa kesal karena sebelum pria itu datang pimpinanku meminta aku mencarikan staf admin lembaganya seorang wanita jurusan Teknik Informatika. Aku telah memberikan info itu kepada sahabatku. Akan tetapi, sahabatku lama sekali membuat lamaran kerja. Seharusnya, aku tidak merasa kesal kepada si pria admin tersebut karena dia tidak bersalah. Perasaan ini datang dengan sendirinya, apalagi dia suka curi-cri pandang terhadapku. Setelah sebulan kami saling bertemu tanpa tegur sapa, dia meminta BBM dari adiknya yang bekerja sebagai pengajar juga di sana. Awalnya, aku tidak ingin meresponnya tapi karena aku menghargai adiknya aku mulai membalasnya.

Sebenarnya, aku tidak tahu kalau dirinya adalah kakak dari teman mengajarku. Wajah mereka berbeda. Aku membalas BBM dengan biasa-biasa saja kadang aku tidak membalasnya kalau sudah bosan karena terlalu cerewet. Dengan sikap aku seperti itu kepada dirinya, dia mulai mengatakan kalau dia suka padaku saat bertemu pertama kali. Aku menjawab bahwa aku tidak menyukainya. Dia langsung membalas dengan mengajak menjadi teman, akhirnya aku menyetujui hal tersebut.

Dia tetap selalu BBM aku, dia meminta kriteria calon imamku. Aku memberikan semua kriterianya. Akhirnya dia mengenalkanku pada temannya seorang pelayaran. Dia memberikan foto temannya pada aku dan memberikan BBM temannya juga. Kami saling kontak, akhirnya teman dia suka padaku dan ingin melamarku.

Aku mulai tidak membalas setiap BBM-nya karena aku merasa teman dia benar-benar serius. Akhirnya, dia memblokir BBM-ku. Aku merasa bersalah karena merasa bersalah aku meminta maaf secara langsung. Akhirnya, dia mulai meng-add BB- ku lagi. Aku yang sering komunikasi dengan temannya berubah tidak berkomunikasi. Teman dia sedang berlayar, Aku tipe wanita yang mudah pindah ke lain hati jika tidak dipedulikan. Dia selalu ada akhirnya cinta itu mulai tumbuh. Aku dan dia mulai merajut kasih. Dia ingin serius akhirnya aku menerimanya.

 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Bertahan dalam Ujian Pernikahan

Ilustrasi/copyright unsplash.com/@icons8

Ketika aku ingin menikah, adikku mengalami musibah karena arum jeram akhirnya pernikahanku yang awalnya ingin dirayakan di gedung harus dirayakan di rumah karena uang untuk pernikahanku untuk pengobatan adikku. Pernikahanku yang serba sederhana aku terima.

Setelah menikah aku langsung diberi keturunan oleh Allah. Aku melahirkan dengan operasi caesar. Aku tidak mampu memberi ASI karena ASI aku sedikit sekali. Setiap pengeluaran kami membengkak. Secara materi aku tidak menerima nafkah sepersen pun dari suami aku. Aku harus bekerja paruh waktu sebagai pengajar sampai malam. Aku mengerti gaji hanya mampu membeli susu dan popok anakku setiap hari aku memutar pikiran sambil berjualan barang milik teman. Aku membeli semua perlengkapan diriku sendiri dengan berjualan.

Orang tua aku tidak tahu karena ketika aku ditanya oleh ibuku yaitu orang tuaku satu-satunya, di mana ayahku meninggal ketika aku hamil satu bulan, aku selalu menjawab suamiku selalu memberiku nafkah. Aku ingin selalu menangis di depannya tapi aku tidak mampu karena aku tidak ingin ibu menangis dan memikirkan aku. Aku percaya bahwa selama masih bernapas Allah memberiku rezeki apalagi aku bekerja untuk keluarga. Selalu ada rezeki yang Allah beri padaku.

Setelah anakku umur 15 bulan aku hamil lagi anak kedua. Sebenarnya aku tidak ingin memiliki anak lagi. Aku bingung aku dapat uang lahiran dari mana. Semua iuran, listrik dan kebutuhan aku yang menanggungnya. Aku ingin berpisah tapi yang menguatkanku adalah almarhum Ayah. Tiba-tiba, sahabatku meminta tolong menjualkan motornya akhirnya aku berhasil membuat motornya terjual. Sejak itu, berjualan motor bekas dan semua pekerjaan halal aku lakukan untuk malaikat-malaikat kecilku.

#GrowFearless with FIMELA