Jangan Sampai Jarak Membuat Kita Melupakan Kasih Sayang Ibu Tercinta

Endah Wijayanti diperbarui 26 Des 2019, 13:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Punya momen yang tak terlupakan bersama ibu? Memiliki sosok ibu yang inspiratif dan memberi berbagai pengalaman berharga dalam hidup? Seorang ibu merupakan orang yang paling berjasa dan istimewa dalam hidup kita. Kita semua pasti memiliki kisah yang tak terlupakan dan paling berkesan bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam lomba dengan tema My Moment with Mom ini.

***

Oleh: Lailatul Badriyah - Gresik

“Ibu… aku rindu.”

Pesan itu terus bergemuruh dari ratusan neuron seakan menghantarkan impuls semangat pada diriku. Sebuah impian yang mencoba menaklukkan setiap kata “impossible” dan sebuah pencapaian bahwa setiap impian bisa tercapai dengan usaha yang signifikan. Bersama jarak yang tercipta tanpa syarat, aku terus berjalan di atas singgasana yang dibangun dari doa-doa ibuku.

16 Juli 2014

Jantungku bersorak tanpa batas, menyakinkan isi pikiranku bahwa aku sedang nervous. Kala itu di ruang tamu yang sangat sederhana, mataku tanpa berkedip melihat layar laptop, tampak sebuah tulisan “Pengumuman SBMPTN 2014”. Ya, aku sedang menunggu masa depanku, perjalananku selanjutnya kini ditentukan dari layar 13 inch yang sedari tadi masih bertahan di status loading.

“La… ayo buka puasa dulu," panggil ibuku dari ruang TV, kami memang lebih memilih berbuka puasa di depan televisi sambil menyaksikan beberapa program spesial ramadan, kala itu sebelum jarak datang tanpa syarat.

“Iya bu, bentar. Ini sebentar lagi keluar hasilnya," jawabku.

Beberapa menit kemudian,

SELAMAT!

Anda telah lulus seleksi SBMPTN di:

Universitas Udayana

Program Studi Fisika

Ya, begitulah awal dari perjalananku, sebuah perjalanan yang menghadirkan jarak, sebuah jarak tak bersyarat yang menghadirkan rindu dan cinta yang besar untuk ibuku.

01 September 2014

Bersama deburan angin yang berlarian, bersama debaran ombak yang bergelombang, dan bersama kicauan para penikmat pantai, aku disini duduk termenung seorang diri. Pulau dewata yang menghadirkan keindahan seakan tidak bisa membendung aliran air mata yang membasahi pipiku.

“Bisakah aku hidup sendiri di sini tanpa ibuku?” tanya hatiku.

“Bisakah aku terus mengepakkan sayap saat separuh sayapku telah patah?”

“Bisakah aku terus berjalan saat aku tahu akan ada banyak rintangan di sepanjang jalan?”

“Bisakah?"

Hatiku terus berteriak, tak peduli sampai kapan pun teriakan hatiku tidak akan pernah didengar oleh siapa pun, hatiku yang bodoh itu terus berteriak menghancurkan dinding kebahagiaan. Aku benci! Entah aku membenci hatiku atau aku membenci diriku yang lemah tanpa semangat.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

22 November 2014

Ilustrasi./Copyright pexels.com/@garry-mordor-261159

Matahari kembali menyapa, sinarnya membangunkan tidurku yang lelap. 18 tahun yang lalu di tanggal yang baik ini, ibuku dengan segala perjuanganya memberikan kado kelahiran yang sangat istimewa. Ya, ibuku melahirkanku dan memberikan aku pemandangan dunia yang kini bisa kunikmati dengan bebas. Ibuku yang sangat baik itu membiarkan aku hadir menemaninya, tak peduli seberapa banyak kelebihan dan kekuranganku, ibuku adalah orang pertama yang bahagia karena aku lahir, dan orang pertama yang selalu menyayangiku saat seisi dunia membenciku.

“Ibu, terima kasih kadonya, hari ini aku mau nraktir teman-temanku makan, habis itu kita akan bersenang-senang, tahu kan Bu, aku harus bahagia di sini kan?”

“Iya sayang, kamu harus bahagia di sana, nikmati apapun, jangan banyak ngeluh, karena itu nggak baik untuk kesehatanmu," jawab ibuku dengan suara lembut yang terdengar dari speaker HP yang ukuranya tak seberapa itu.

08 April 2019

Congratulations! Lailatul Badriyah

You have been selected among 16.991 applicants as one of Asia Youth International Model United Nations 2019’s delegates

“Ibu! Aku lulus! Aku akan ke Malaysia, aku akan bertemu banyak orang-orang luar biasa di luar sana, aku akan mencari pengalaman yang banyak disana," teriakku segera setelah tahu ibu menerima panggilan WhatsApp-ku.

“Alhamdulillah. Ibu bangga, terus semangat, doanya tetap dan harus lebih rajin lagi ya," pinta ibuku, sesekali aku bisa mendengar isak tangisnya, aku harap itu tangisan bahagia.

“Iya Bu, terima kasih banyak Bu, tanpa Ibu mungkin perjalananku tidak sesukses ini.”

Hari itu adalah hari yang tidak pernah aku bayangkan, terlalu tinggi bagi seorang lemah sepertiku bermimpi bisa mengikuti acara bergengsi tingkat internasional, ah membayangkanya saja rasanya tak sanggup. Tapi karena ibuku, aku menjadi orang yang serakah, ya aku berharap banyak hal untuk kebahagiaan ibuku, aku berlari mengejar kebahagiaan, aku berusaha tanpa merasa puas untuk ibuku. Serakah tanpa kesombongan, serakah tanpa kebencian, dan serakah untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Aku harap kalian paham bahwa serakah dalam hal baik itu diperbolehkan.

3 dari 3 halaman

22 Desember 2019

©Shutterstock

“Selamat Hari Ibu.”

Tak peduli seberapa jarak yang telah memisahkan, bahkan jika itu seluas isi dunia, kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah berhenti untuk anaknya. Doa-doa untuk anaknya akan terus terdengar oleh langit, hingga kedua matanya tertutup dan bibirnya terbungkam rapat tak sanggup mengeluarkan kata-kata lagi. Jarak datang tanpa syarat, selagi masih terpisahkan oleh pulau atau bahkan samudera, menyayangi dan memberikan kabar kepada ibu adalah ultimatum wajib bagi setiap anak.

Setiap pijakan yang dilewati oleh seorang anak dan setiap perjalanan yang dilalui seorang anak sejatinya adalah singgasana yang dibangun oleh kasih sayang seorang ibu. Anak bisa memberikan jarak tak bersyarat, maka ibu adalah orang pertama yang memberikan banyak hal tanpa syarat, cinta tanpa syarat, pendidikan tanpa syarat, biaya hidup tanpa syarat, dan tak bersyarat-tak bersyarat lainya yang tidak bisa diukur oleh seorang anak.

Melalui tulisan ini, aku berharap jarak tidak membiarkan seorang anak melupakan kasih sayang ibunya. Aku berharap jarak tidak membiarkan waktu berharga bersama ibu hilang tanpa ada arti. Aku berharap jarak tak bersyarat ini mampu memberikan cinta yang juga tak bersyarat, dimanapun kita berada dan dimana pun ibu berada. Aku, kamu, dan kalian. Kita ada karena ibu.

 

#GrowFearless with FIMELA