Cara Mengatasi Demam Berdarah dengan Kecerdasaan Buatan

Anisha Saktian Putri diperbarui 22 Mei 2020, 11:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Sekitar 40 persen dari populasi dunia atau sekitar 3 miliar orang di 100 negara, hidup dalam komunitas yang memiliki risiko demam berdarah dan virus dengan potensi kematian lainnya seperti Zika, demam kuning dan chikungunya.

Kebanyakan dari mereka berjuang melawan kemiskinan dan kepadatan penduduk, dan tragisnya mereka yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit ini sering kali berusia sangat muda.

Demam berdarah memang belum ada obat, namun bagaimana jika ada sesatu yang membatasi ruang gerak nyamuk? Ternyata ada bakteri Wolbachia yang mampu membatasi replikasi demam berdarah dan virus lainnya di dalam tubuh nyamuk.

Para ilmuwan dari Monash University Australia dalam World Mosquito Program membiakkan nyamuk dengan sel yang diinfeksi wolbachia. Mereka lalu melepaskannya ke lingkungan untuk kawin dengan nyamuk lokal. Perkawinan silang itu akan menyebarkan wolbachia ke seluruh populasi nyamuk dan menetralkan kemampuan nyamuk untuk membawa penyakit. Seperti nyamuk rumahan, Aedes aegypti.

World Mosquito Program adalah sebuah konsorsium penelitian nirlaba global yang berkantor pusat di Vietnam. Program itu mendapat hibah Microsoft AI for Earth untuk membawa Wolbachia ke tingkat global. Mikroorganisme itu dapat menjadi pahlawan bagi masyarakat internasional dengan bantuan data, machine learning, artificial intelligence (AI), dan cloud computing.

"Kunci keberhasilannya dapat menentukan titik rilis terbaik bagi nyamuk termodifikasi agar dapat memaksimalkan dampaknya," ujar Senior Manager Project Delivery World Mosquito Program Ben Green.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Cara Wolbachia bekerja

ilustrasi sakit/unsplash anikolleshi

Wolbachia adalah tipe bakteri yang secara alami hidup di sekitar 60 persen spesies serangga – tetapi tidak pada Aedes aegypti, nyamuk yang gigitannya dapat menginfeksi manusia.

Saat para ilmwuan memperkenalkan Wolbachia ke dalam sel-sel dari seekor Aedes aegypti, kemampuan penyebaran virus dari nyamuk ini menurun drastis. Selain itu, Wolbachia juga menghancurkan kehidupan percintaan nyamuk.

Ketika nyamuk jantan dengan Wolbachia dikawinkan dengan betina yang tidak memiliki bakteri tersebut, telur yang dikeluarkan tidak akan menetas. Sedangkan ketika betina yang memiliki Wolbachia dikawinkan dengan jantan yang tidak memiliki bakteri tersebut, telurnya akan memproduksi keturunan dengan Wolbachia. Saat keduanya memiliki Wolbachia, maka, seluruh keturunan mereka akan memilikinya.

Dalam beberapa generasi, jumlah nyamuk dengan Wolbachia akan bertambah terus hingga semua nyamuk memiiki bakteri tersebut. Hasilnya: manusia akan tetap berhadapan dengan nyamuk, tapi akan terbebas dari penyakit-penyakit tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti di Wold Mosquito Program telah menyempurnakan cara memperkenalkan Wolbachia ke sel-sel nyamuk dan kini mereka sibuk membiakkan nyamuk modifikasi untuk dilepaskan ke sejumlah komunitas di seluruh dunia.

Seorang anak laki-laki di Puducherry, India Selatan, membuka sebuah tabung dan mengocok keluar ratusan nyamuk sembari ia berjalan menyusuri lingkungannya yang miskin. Di sebuah desa dekat Yogyakarta, seorang perempuan menuangkan air yang berisi telur nyamuk ke dalam kolam.

Aktifitas yang sama terjadi di komunitas-komunitas di Kolombia dan Brazil. Dan di Vietnam, seorang pria menusuk tutup tabung plastik ketika dia duduk di kursi belakang sebuah skuter di pasar kota Vinh Luong. “Saat kami melepaskan nyamuk-nyamuk ini, rasanya seperti kami memberikan harapan,” tutur Samu Tuidraki, Kepala Desa Narewa, sebuah desa di Fiji.

 

 

#Changemaker