Viral Rapid Test COVID-19 di Rumah Secara Mandiri, Ini Kata Ahli

Vinsensia Dianawanti diperbarui 03 Sep 2020, 16:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Sejak COVID-19 merebak hingga penjuru dunia, berbagai instansi pemerintah maupun swasta melakukan pemindaian virus untuk mendeteksi sudah seberapa banyak orang yang terkena virus COVID-19.

Pemerintah pun sampai memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah untuk mengurangi potensi penyebaran virus COVID-19. Namun ketika kebijakan PSBB dilonggarkan, sejumlah instansi memberlakukan sistem shift untuk jam kerja karyawannya.

Bagi karyawan yang melakukan pekerjaan lapangan pun dianjurkan untuk melakukan rapid test COVID-19 secara rutin untuk memantau kondisi kesehatannya.

Namun belakangan banyak video dari figur publik di media sosial yang memperlihatkan soal penggunaan alat rapid test antigen (swap antigen) yang dilakukan secara mandiri di rumah. Bahkan ada yang menjual alat rapid test COVID-19 secara bebas di pasaran. Hal ini akan seakan memberikan opsi bagi masyarakat untuk melakukan rapid test COVID-19 di rumah layaknya tes kehamilan.

 

2 dari 4 halaman

Bolehkah dilakukan di rumah?

Ilustrasi Konspirasi Penemuan Vaksin Covid-19 Credit: pexels.com/Polina

Sementara itu, ada masyarakat yang bingung dengan mempertanyakan apakah boleh melakukan rapid test antigen COVID-10 secara mandiri rumah?

Dalam sebuah unggahan di instagram pribadinya, dr. Adam Prabata menjelaskan secara singkat terkati rapid test antigen. Di mana dalam rapid test antigen atau swab antigen dilakuna untuk mendeteksi protein virus atau antigen.

Umumnya, rapid test antigen atau swab test dilakukn dengan Swab Nasofaring atau Orofaring. Cara kerja dari rapid test antigen ini dilakukan dengan menguji protein virus dalam jumlah cukup banyak dengan antibodi yang ada di alat rapid test.

Alat rapid test ini akan menunjukkan sinyal positif jika ditemukan protein virus pada cairan yang diambil sebagai bahan uji. Jika hasil rapid test antigen menunjukkan positif, maka kamu harus segera karantina mandiri sekaligus segera konfirmasi dengan melakukan CPR.

Sementara jika hasilnya negatif, tidak berarti kamu terbebas dari virus. Bisa jadi reaksi negatifnya merupakan negatif palsu. Kamu tetap perlu konsultasi dengan dokter.

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulannya

ilustrasi covid-19/copyright by Jarun Ontakrai (Shutterstock)

Pertanyaan berikutnya, kapan sebenarnya rapid test antigen bisa dilakukan. dr. Adam Prabata menjelaskan dalam ilustrasi bahwa sebaiknya rapid test antigen (swab antigen) dilakukan pada fase akut COVID-19. Artinya sejak gejala muncul hingga 1-2 minggu setelahnya.

Menurut prosedur medis, rapid test antigen (swab antigen) dianjurkan untuk dilakukan di laboratorium pemerintah maupun swasta dengan fasilitas BSC II. Tes ini dilakukan oleh tenaga terlatih atau disupervisi dan diinterpretasi oleh tenaga ahli. Sehingga sebenarnya tidak dapat dilakukan sendiri.

Perlu dipahami jika rapid test antigen (swab antigen) tidak dapat menggantikan PCR. Pasalnya pada rapid test antigen, uji validasi masih terbatas dengan sensitivitas bervariasi. Inilah yang menyebabkan adanya kemungkinan terjadi reaksi negatif palsu pada alat rapid test.

"Rapid test antigen (swab antigen) direkomendasikan sebagai alternatif PCR pada fase akut COVID-19, tapi tetap tidak bisa mengganti PCR. Rapid test antigen (swab antigen) tidak dianjurkan untuk dilakukan secara mandiri di rumah," simpul dr. Adam Prabata di slide terakhir unggahannya.

4 dari 4 halaman