Saat Ayah Menikah Lagi, Aku Belajar Arti Ketegaran dari Ibuku yang Luar Biasa

Endah Wijayanti diperbarui 20 Nov 2020, 15:09 WIB

Fimela.com, Jakarta Seorang ibu menjadi sosok yang paling istimewa di hati kita. Saat menceritakan sosoknya atau pengalaman yang kita miliki bersamanya, selalu ada hal-hal yang tak akan bisa terlupakan di benak kita. Cerita tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, kebahagiaan, hingga kesedihan pernah kita alami bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2020: Surat untuk Ibu berikut ini.

***

Oleh: Julita Widya Sari Manurung

Dear Ibu,

Ada begitu banyak kata yang ingin aku ungkapkan kepadamu, tapi entah mengapa bibirku selalu membisu ketika ada kesempatan berdua mengobrol denganmu. Ah, mungkin anakmu ini memang tak bisa berkata romantis secara langsung seperti apa yang ayah lakukan dulu ketika mendapatkan cintamu.

Anak ketigamu ini hanya bisa mengungkapkan semua yang dia rasa lewat sebuah tulisan. Maklumi saja, anakmu kan hobi menulis. Apa pun ditulis, baik kisah bahagia maupun kisah sedih yang pernah dialaminya, termasuk dirimu, Bu. Engkau merupakan salah satu kisah bahagiaku yang berhak aku ceritakan ke semua orang yang mengenalku. Ya, mereka harus tahu kisah bahagia seperti apa saja yang aku dapatkan darimu.

Kalau bisa kuhitung semua pengorbanan yang telah engkau lakukan untukku, aku akan berusaha keras untuk membalasnya satu per satu. Tapi Bu, aku tidak mampu menghitungnya dengan jariku ataupun kalkulator buatan ilmuwan. Lebih tepatnya, tidak ada yang bisa menandingi sosokmu yang begitu hebat dan tangguh.

Di mataku, engkau sosok ibu yang sempurna. Akan tetapi, di mata ayah, engkau sosok istri yang tidak berarti apa-apa. Ayah meninggalkanmu dalam keadaan sulit dan hati yang rapuh. Ia juga tidak membantumu ketika engkau berusaha sekuat tenaga membesarkan kami, anak dari buah cinta kalian. Bahkan, ia tidak mendatangimu ketika ia tahu keberadaanmu. Sungguh, itu derita besar yang engkau hadapi sendirian.

Tidak ada seorang pun yang menemanimu saat itu. Bahkan ayah yang katanya tulus mencintaimu pun, meninggalkanmu begitu saja tanpa ada alasan yang jelas. Sampai akhirnya engkau mengetahui bahwa lelaki yang engkau cintai tersebut menikah lagi dan sama sekali tak menghiraukanmu.

 

2 dari 2 halaman

Semoga Masih Ada Kesempatan untuk Membahagiakan Ibu

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/chokniti

Jika saja aku sudah tumbuh dewasa di saat ayah memberikan luka itu padamu, sudah kubalas perbuatannya dengan luka yang lebih menyakitkan dari apa yang dia beri padamu. Namun sayangnya, tubuhku di masa itu masih kecil dan aku tak dapat berbuat apa-apa untuk membantumu. Tapi sekarang, jika ada seseorang yang berani menyakiti, melukai hati dan juga perasaanmu, kupastikan orang itu akan meminta maaf dan tak berani lagi membuatmu sedih. Karena bagiku, hal yang paling menyakitkan di dunia ini ketika aku tidak bisa mengubah sedihmu menjadi tawa bahagia.

Selama udara segar masih kuhirup setiap pagi dan selama jantung ini masih berdetak seperti biasanya, aku akan berusaha terus untuk menjaga serta melindungimu dari orang-orang yang memiliki niat tidak baik padamu. Semua itu kulakukan agar kelak, aku tidak seperti malin kundang yang berubah menjadi batu karena durhaka kepada ibunya sendiri. Aku ingin jalan tujuanku setelah dari dunia ini adalah surga bukan neraka.

#ChangeMaker