Menang Lotre Mendapatkan Vaksin COVID-19, Dokter Ini Merasa Banyak Orang Lebih Layak dari Dirinya

Annissa Wulan diperbarui 06 Jan 2021, 15:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Ketika Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA menyetujui vaksin Pfizer di beberapa negara di dunia, kebahagiaan merebak di berbagai rumah sakit. Trisha Pasricha terharu membaca cerita dari teman-temannya yang juga berprofesi sebagai petugas kesehatan setelah menerima dosis pertama vaksin.

Sayangnya, perasaan itu akan segera tergantikan dengan rasa malu dan bersalah, terutama bagi beberapa orang. Ketegangan antara orang kaya dan miskin dari kategori petugas kesehatan akhirnya terlihat nyata.

Ketakutan utama banyak orang terwujud. Dengan pasokan vaksin yang terbatas, rumah sakit menangani distribusi pertama dengan sangat berbeda.

Faktor prioritas seperti usia dan lokasi juga menjadi pertimbangan rumah sakit dalam mengalokasikan vaksin, sehingga siapa saja yang berusia di atas 65 tahun atau bekerja di unit perawatan intensif bisa saja masuk ke dalam daftar prioritas. Sekarang bayangkan bahwa masih belum ada cukup vaksin untuk semua orang yang memenuhi kategori prioritas.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Trisha memenangkan lotre untuk mendapatkan vaksin fase pertama

ilustrasi perawat perempuan/copyright by Rawpixel.com (Shutterstock)

Oleh karena itu, beberapa rumah sakit menggunakan sistem lotre, berharap dapat memberikan akses yang adil. Prioritas sumber daya yang terbatas ini mengingatkan Trisha tentang perdebatan yang pernah dilakukannya dulu di sekolah menengah tentang siapa yang seharusnya diizinkan masuk ke sekoci Titanic terlebih dahulu.

Persis seperti itulah Trisha melihat para pekerja kesehatan di garis depan pada tahun 2020 ini, berada di atas kapal yang perlahan tenggelam. Semua orang rasanya ingin melarikan diri, sekarang juga.

Melihat teman-teman di institusi lain yang mendapatkan vaksin jelas membuat Trisha kesal. Semua orang takut akan kematian, namun ada sesuatu yang lebih berharga dari rasa takut yang juga membawa orang-orang seperti Trisha pergi ke tempat kerja setiap hari.

Jadi, ketika namanya menang lotre, membuatnya memenuhi syarat untuk mendaftarkan janji vaksin, Trisha ragu-ragu. Di bulan Maret, gelombang pertama virus Corona menghantam Boston, membuat Trisha harus bekerja shift malam di bangsal COVID-19 selama berminggu-minggu.

3 dari 3 halaman

Trisha merasa ada banyak orang yang lebih pantas menerima vaksin fase pertama

Ilustrasi rumah sakit/Pixabay StockSnap

Bulan depan, Trisha harus kembali bekerja di unit rawat inap yang sering terpapar pasien COVID-19. Secara teknis, menurut administrasi rumah sakitnya, ya, Trisha memang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin fase pertama.

Namun jika bicara masalah etis, ia mendapati dirinya bertanya-tanya apakah memang dirinya layak mendapatkan vaksin. Trisha mengingat bagaimana dirinya kelelahan karena selalu berdiri saat di rumah sakit, yang kemudian membuatnya berpikir apakah ia berhak mendapatkan kekebalan lebih dari dokter-dokter lainnya?

Secara statistik, infeksi COVID-19 akan lebih membahayakan bagi dokter-dokter lansia, bahkan jika risiko paparannya lebih kecil. Lotre untuk mendapatkan vaksin seperti klise yang membuat Trisha merasa diadu satu sama lain untuk sumber daya yang tebatas, karena kekuatan di luar kendali mereka.

#Elevate Women