Keberhasilanku Tak Lepas dari Doa Tulus dan Senyuman Ibu

Endah Wijayanti diperbarui 07 Jan 2021, 16:07 WIB

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.

***

Oleh: Vicky Safira Jamis

Berbicara soal ibu, pasti masing-masing kita memiliki ceritanya. Ini kisah tentang ibuku, yang memang usianya tidak terlalu dekat denganku. Dulu aku berpikir bahwa ibu tidaklah keren, gaul, dan menyenangkan seperti ibu teman-temanku yang memang menikah muda.

Ibu menikah di usia yang tergolong cukup matang saat itu, di angka 26. Aku dan ibu seringkali berbeda argumen ketika aku mulai beranjak remaja. Ego remaja yang tinggi membuatku sering mengeluh atas ibu yang terlalu banyak input yang berlawanan dengan keinginan pribadiku. Padahal ya, kini kutelah mengerti bahwa sebenarnya ibu tidak salah dalam mengarahkan anak-anaknya melangkah hanya saja saat itu yang ibu hadapi adalah seorang remaja perempuan yang sok tahu atas apa yang terbaik menurutnya.

Ibu mulanya adalah wanita karier, bekerja di salah satu asuransi kesehatan terkemuka. Belakangan ini ibu memberitahuku sebenarnya gaji yang diperoleh ibu lebih besar dari ayah dan beberapa tunjangan-tunjangan lain yang tidak ayah dapatkan di kantornya. Namun memilih pindah ker umah sederhana yang dibeli ayah, berjarak 40 menit dari rumah eyang yang tadinya ditinggali kami bersama. Memutuskan untuk fokus mengurus buah hati, menikmati tumbuh kembang kami bertiga karena tak ingin melewatkan momen-momen bahagia itu. Pasti bukanlah hal mudah, namun ketika itu menjadi prioritas pasti yang ada dipikiran hanya usaha terbaik darinya untuk kami bertiga, bahkan menekan kebutuhan atas dirinya sendiri. Ah, ibuku memang tiada dua bagi kami.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Mulai Mengenali Potensi Diri

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/GBALLGIGGS

Saat-saat memasuki masa perguruan tinggi aku bukan mahasiswa baru yang tenggelam dalam euforia kampus baru arena sebenarnya kampus yang sekarang ini bukan impianku. Jadi di tahun pertama, aku menjalaninya dengan setengah hati tanpa aktif di luar kelas.

Waktu berjalan dan aku mengaku bosan dengan rutinitas yang sama, hanya bertatap muka dengan dosen. Kemudian setelah berpikir panjang, kuberanikan diri untuk mencoba peruntungan di rekrutmen anggota Himpunan Mahasiswa (HIMA) Jurusan di kampus. Aku sangat berharap dapat diterima, namun hasilnya nihil kudapat.

Sempat mengalami pergolakan batin, tentunya ibu yang pertama kali kuperdengarkan keluh kesahku. Beliau tersenyum menenangkan, seraya memelukku ibu berkata, “Allah paling mengerti kapan waktu terbaik bagi hamba-Nya. Kalau teteh belum dapatkan itu, berarti kesempatan teteh ada di tempat lain. Jangan risau, yang penting tetap berusaha dan berdoa."

Sejak saat itu aku setuju dan yakin bahwa ucapan ibu adalah doa. Memasuki semester 4, aku mendengar ada audisi untuk duta kampus. Dukungan dari keluarga dan teman-teman memantapkan langkahku menuju audisi. Aku bersama teman-teman finalis lainnya menjalani 2 tahap tes; wawancara dan tes tertulis, kemudian setelah lolos dalam rangkaian tes tersebut, para finalis akan melalui masa karantina.

Alhamdulillah namaku masuk sebagai salah satu dari 20 Finalis Mas & Mbak Duta Kampus IAIN Salatiga. Setelah melalui proses yang cukup panjang sampai di Grand Final, aku dipercaya sebagai Mbak Duta Kampus Favorit. Rasa syukurku ditambah dengan namaku yang termasuk dalam 40 Finalis Mbak Kota Salatiga. Meski kala itu aku tak mendapat predikat juara, namun pengalaman berharga dan relasi-relasi baru yang kudapat disana tak bisa dinilai dengan apapun. Aku tak yakin bisa menemukan dunia baru ini tanpa senyum, peluk, dan kalimat-kalimat ibu yang menenangkan. Terima kasih, ibu. Engkau selalu nomor satu untukku, I love you.

#ElevateWomen