Perempuan Ini Kisahkan Konflik Keluarga yang Dipicu Gangguan Kesehatan Mental Sang Anak

Annissa Wulan diperbarui 25 Mar 2021, 16:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Cheryl Maguire adalah orang yang rapi dan merasa cemas saat melihat kekacauan. Saat penyebab kekacauan ini adalah putrinya yang berusia 16 tahun, kecemasannya berubah menjadi kemarahan.

Hanya melihat sekilas ke dalam kamarnya sudah cukup untuk membuat Cheryl sangat marah. Seperti yang bisa dibayangkan, hal ini menyebabkan beberapa konflik keluarga.

Cheryl tidak hanya bicara tentang kamarnya, namun juga semua barang-barang sang anak, seperti jaket, sepatu kets, dan potongan kue beras yang tersebar di sepanjang jalan dari pintu dapur ke kamarnya. Cheryl dulu merasa marah, ia merasa bahwa anaknya tidak peduli bahwa kekacauannya yang berserakan di seluruh rumah membuatnya kesal.

Ia merasa gagal karena tidak bisa mengajarinya bagaimana menjadi rapi. Tapi ketika kemarahan tidak mengubah apapun, Cheryl berhenti marah dan malah lebih memikirkannya.

Cheryl selalu curiga bahwa sang anak memiliki diagnosis gangguan kesehatan mental ADHD seperti saudara kembarnya. Selain ketidakteraturan dan kekacauan, anaknya selalu kehilangan dan melupakan banyak hal, dan ia merasa perlu untuk tetap sibuk.

Sebagian besar perilaku ini mungkin terdengar khas remaja, tapi ia telah bergumul dengan tugas-tugas ini sejak masih muda. Ia bukan tipe anak yang bisa dihibur oleh layar, sebaliknya, ia suka bersosialisasi atau melakukan aktivitas fisik seperti berenang.

Ketika Cheryl mengisi dokumen untuk evaluasi gangguan kesehatan mental ADHD putranya beberapa tahun lalu, ia ingat pernah berpikir "Putriku memiliki lebih banyak gejala ini daripada putraku." Cheryl memutuskan agar putrinya dievaluasi dengan meminta sang guru mengisi kuesioner skala penilaian perilaku komprehensif conners.

Mereka mengidentifikasi tidak ada gejala gangguan dalam tanggapan tersebut, karena putrinya mendapat nilai A di kelas dan tidak memiliki masalah perilaku apapun. Cheryl memutuskan untuk tidak melanjutkan evaluasinya lebih jauh.

 

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Cheryl memahami kondisi kesehatan mental anaknya

Ilustrasi gangguan kesehatan mental ADHD. Sumber foto: unsplash.com/Onur Bahçıvancılar.

Tiga tahun kemudian, dua keadaan berbeda terjadi di sekitar waktu yang sama. Cheryl melihat TEDx Talk Jessica McCabe dan pandemi dimulai.

Jessica McCabe adalah seorang perempuan penderita ADHD dan menganggap dirinya sebagai pendukung komunitas ADHD. Saat Cheryl mendengarkan Jessica bicara, air mata mengalir di wajahnya karena perjuangannya sama seperti perjuangan putrinya dalam segala hal.

Jessica juga mengingatkan Cheryl pada putrinya dengan kecerdasan dan kepribadiannya yang menarik. Meskipun Jessica berbakat, ia tidak dapat lulus dari perguruan tinggi.

Setelah meneliti ADHD, Cheryl mengetahui bahwa seringkali penderita ADHD berjuang di perguruan tinggi karena mereka harus mampu unggul dalam manajemen waktu, organisasi, dan ketekunan yang sebenarnya merupakan area menantang bagi mereka. Pandemi membuat putrinya belajar dari jarak jauh, bukan secara langsung.

Banyak pembelajaran jarak jauh sangat bergantung pada komunikasi email. Untuk pertama kalinya, putrinya kesulitan menyelesaikan tugas dan terus menerima email.

Pada satu titik, putrinya memiliki lebih dari 100 email yang belum dibaca. Kurangnya struktur dan rutinitas yang biasa dilakukannya di sekolah membuatnya sulit memperhatikan dan mengingat apa yang perlu ia lakukan.

Menatap layar juga jauh tidak lebih menarik dibandingkan mendengarkan guru bicara secara langsung. Salah satu alasan gurunya tidak pernah memperhatikan gejala ADHD karena setiap kali putrinya lupa mengerjakan tugas, Cheryl membantu membawakannya.

Cheryl juga membantunya dalam pengorganisasian dan manajemen waktu. Rencana putrinya adalah masuk perguruan tinggi dalam 3 tahun dan tinggal di asrama kampus.

Setelah menonton Jessica, Cheryl memikirkan tentang caranya membantu sang putri dengan perilakunya yang pelupa dan tidak teratur, bagaimana ia tidak akan bisa melakukannya lagi saat putrinya kuliah. Untuk kedua alasan tersebut, Cheryl memutuskan untuk melakukan evaluasi yang lebih formal terhadap perilaku dan emosi sang anak.

3 dari 4 halaman

Cheryl meminta putrinya melakukan evaluasi ulang untuk mendiagnosis gangguan kesehatan mental yang dialami

Ilustrasi gangguan kesehatan mental ADHD. Sumber foto: unsplash.com/Philip Goldsberry.

Selama pandemi, putrinya menyelesaikan ujian neuropsikologis virtual yang terdiri dari lebih dari 3 jam tes psikologis. Kemudian, Cheryl menerima diagnosis ADHD yang selalu ia curigai, 8 tahun setelah saudara kembar putrinya didiagnosis.

Sayangnya, pengalaman Cheryl dengan diagnosis ADHD anak laki-laki dan perempuannya adalah hal biasa. Anak laki-laki didiagnosis ADHD lebih awal dan lebih sering daripada anak perempuan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit melaporkan bahwa anak laki-laki lebih mungkin didiagnosis dengan ADHD daripada anak perempuan. Anak perempuan cenderung tidak mengalami gangguan tersebut, sebaliknya, mereka cenderung menerima diagnosis karena gejalanya berbeda dari anak laki-laki.

Studi penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki cenderung menunjukkan masalah perilaku hiperaktif yang diperhatikan guru, sedangkan anak perempuan biasanya lalai dan gejala mereka mungkin tidak diperhatikan oleh guru. Karena putrinya memiliki prestasi yang baik secara akademis dan sosial, menurut Cheryl sendiri, diagnosis ADHD tidak penting.

Namun, Cheryl menyadari bahwa itu dapat membantu dalam mencegah masalah di masa depan dan memahami mengapa putrinya berjuang dengan organisasi dan manajemen waktu. Ketika seseorang didiagnosis ADHD, mereka dapat menerima akomodasi sekolah untuk digunakan di lingkungan kampus atau tempat kerja.

Siapapun juga dapat menerima pengobatan dan konseling yang diresepkan jika memiliki diagnosis ADHD. Cheryl mengubah persepsinya tentang mengapa putrinya memiliki kamar yang berantakan.

Daripada berpikir sang putri malas atau tidak peduli, sekarang ia menyadari itu karena sulit baginya untuk menjadi rapi karena kelainannya. Diagnosis ADHD putrinya telah membantu memperbaiki hubungan keduanya dan Cheryl tidak lagi merasa sangat marah ketika melihat kamar yang berantakan.

Sebaliknya, sekarang Cheryl bisa bercanda dengan putrinya tentang hal itu. Ia bahkan tertawa dan itu terasa jauh lebih baik daripada berteriak dan tentu, ia akan merindukannya ketika sang putri pergi kuliah.

4 dari 4 halaman

Saksikan video menarik setelah ini

#Elevate Women