Muak dengan Iklan Haid dan Perlengkapan Bayi di Media Sosial, Perempuan Ini Mengubah Kecenderungan Seksualnya

Annissa Wulan diperbarui 28 Apr 2021, 09:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Beberapa tahun setelah Lindsey Danis, semua temannya mulai memiliki anak, bahkan mereka yang tampaknya tidak terlalu keibuan. Facebook berubah menjadi prosesi mengunggah pengumuman kehamilan, foto bayi, album bayi, dan video bayi yang merangkak pertama kalinya.

Lindsey membeli handuk mandi hewan yang lucu, menghias handuk dengan cat menggembung, dan mengunyah M&M berwarna pastel di acara baby shower sesekali. Tapi sebagian besar temannya tinggal di negara bagian dan kota yang jauh, jadi partisipasi Lindsey dalam kehamilan dan menjadi ibu baru sebagian besar bersifat virtual.

Teman-temannya sibuk, mencoba menyeimbangkan kehidupan ibu baru dan malam tanpa tidur, cuti orangtua yang tidak memadai, dan mencari penitipan anak, prasekolah, pengasuh yang terjangkau, matematika yang mustahil untuk membesarkan anak. Lindsey ingin mereka tahu bahwa ia peduli.

Lalu, ada iklan untuk perlengkapan bayi dan celana dalam untuk menstruasi mulai bermunculan di media sosialnya, setiap hari. Lindsey mulai merasa seram, seolah-olah bagi pengiklan media sosial dan budaya pada umumnya, perempuan hanya memiliki nilai ketika ia menstruasi atau ketika ia melahirkan anak.

Lindsey tidak pernah memiliki keinginan untuk menggendong bayi orang asing atau mencium kepala bayi yang baru lahir atau membuat wajah konyol pada balita yang penasaran. Lindsey tidak menginginkan anak-anak dan sebagai penulis, ia merasa cukup yakin bahwa ia akan membenci kebutuhan mereka yang tidak pernah habis untuk menghabiskan waktu kreatifnya.

Ia mencintai anjingnya melebihi semua alasan, namun ia juga menyukai bagaimana ia bisa menaruhnya di halaman belakang, ketika ia perlu berkonsentrasi. Lindsey telah menemukan pasangan yang merasakan hal yang sama.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Lindsey Danis adalah seorang gay

Ilustrasi iklan di media sosial. Sumber foto: unsplash.com/Will Francis.

Setiap kali orang asing bertanya kepada mereka kapan mereka akan memiliki anak, mereka akan berkata mereka akan menjadi bibi yang keren. Keduanya tidak berhutang penjelasan apapun kepada siapapun, tapi memberikan penjelasan tampaknya akan memuluskan segalanya.

Secara pribadi, Lindsey mengeluh tentang betapa konyolnya begitu banyak orang yang menganggap semua perempuan menginginkan anak dan sekarang iklan juga melakukannya. Ia memberi tahu media sosialnya bahwa iklan itu tidak relevan, berharap ia bisa menghentikan siklusnya.

Tapi setiap ia login, ia akan melihat iklan yang sama, mengingatkan Lindsey pada kerabat yang terus bersikeras bahwa kehidupan tanpa anak adalah sebuah fase yang akan berlalu ketika akhirnya ia bisa menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat. Mudah untuk mengabaikan iklan di media cetak, namun iklan di media sosial terasa lebih berbahaya bagi Lindsey.

Tidak semua perempuan menginginkan anak. Selain itu, tidak semua perempuan mengalami menstruasi, tidak semua orang yang mengalami menstruasi diidentifikasi sebagai perempuan.

Lindsey berharap ia dapat menertawakan pesan tersebut, namun ia tidak dapat menahan kesal, karena semua iklan tersebut terasa seperti kekurangan pribadinya. Ia ingin berhenti main media sosial, namun ia takut terabaikan dari kehidupan teman-temannya yang sudah jauh.

Lindsey berpikir apakah jika ia tidak lagi diidentifikasi sebagai perempuan, apakah iklannya akan berubah. Perempuan adalah pengalaman budaya bersama yang justru tidak membuat Lindsey merasa nyaman dan eksklusif.

Ini bukan hanya tentang anak-anak. Lindsey adalah gay, hubungannya tidak sempurna, tapi tidak berjalan berdasarkan logika yang cenderung diterapkan oleh perempuan.

3 dari 3 halaman

Lindsey Danis adalah seorang perempuan dengan kecenderungan perilaku seperti pria

Ilustrasi iklan di media sosial. Sumber foto: unsplash.com/Obi Onyeador.

Sejak remaja, teman-temannya telah melakukan intervensi yang mendorong Lindsey untuk tampil dan bertingkah laku seperti perempuan. Untuk mencukur kakinya atau memakai riasan, serta pakaian feminin, daripada celana baggy.

Lindsey berasimilasi karena ia pikir ia harus melakukannya, tapi ia merasa selalu ada yang aneh tentang penampilan feminitasnya, ia merasa tidak cocok. Masalahnya tidak ada yang cocok, karena ia juga tidak ingin menjadi seorang pria,

Lebih dari segalanya, Lindsey merasa bebas dari gender. Di profil media sosialnya, Lindsey masih mengatakan bahwa ia perempuan, karena ia tidak memiliki pilihan lain, tidak ada yang terasa benar.

Daripada melihat perlengkapan bayi, Lindsey mulai melihat iklan khusus fotografi dan hal-hal teknologi, yang sesuai dengan minatnya. Bagi pengiklan, pria dan kaum bebas gender diizinkan memiliki minat dan hobi, sedangkan perempuan dianggap hanya bisa menstruasi dan melahirkan bayi.

Iklan-iklan tersebut merugikan semua pihak, termasuk perempuan yang menginginkan anak tapi tidak bisa hamil, yang kehilangan anaknya, yang tidak memiliki pasangan, dan yang tidak mampu melakukannya sendiri tanpa bantuan teknologi reproduksi. Iklan tersebut mengingatkan mereka akan kekurangan yang sangat mereka inginkan, dan bisa jadi mereka justru menyimpulkan bahwa diri mereka bukan perempuan seutuhnya,

Menyisih dari jenis kelamin tertentu sangat mudah bagi Lindsey dan berhasil dilakukannya. Ia mengalahkan alogaritma iklan.

#Elevate Women